
Obat Covid-19 Ditemukan, 6 Ini Kandidat Terkuatnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak pandemi virus corona (COVID-19) muncul di Wuhan, China pada Desember 2019 dan menyebar ke berbagai penjuru dunia, per Selasa ini (25/8/2020) telah ada 23,8 juta orang yang terinfeksi. Di mana lebih dari 800.000 di antaranya meninggal dunia, menurut Worldometers.
Akibat pesatnya pertumbuhan kasus-kasus baru harian dan jumlah korban jiwa, berbagai upaya untuk menemukan vaksin dan obat bagi virus itu pun terus dilakukan.
Meski hingga kini belum ada vaksin ataupun obat pasti yang bisa mencegah seseorang tertular atau sembuh, namun telah ada beberapa obat dan terapi yang diketahui menunjukkan hasil positif.
Berikut adalah beberapa yang paling menjanjikan seperti dikutip CNBC Indonesia dari Guardian, Selasa (25/8/2020):
1. Dexamethasone
Obat murah dan mudah ditemukan di seluruh dunia ini telah terbukti mampu menyelamatkan nyawa. Di mana satu dari delapan pasien yang menggunakan ventilator, ditemukan memiliki kesempatan sembuh lebih tinggi setelah diberi steroid dengan dosis rendah selama uji coba Pemulihan yang dilakukan Universitas Oxford.
Setelah hasil penelitian secara acak terbesar di dunia itu diumumkan pada pertengahan Juni lalu, obat yang telah ada selama 60 tahun itu kini digunakan dalam pengobatan standar untuk pasien yang paling sakit. Sebelumnya dalam penelitian, hampir semua rumah sakit di Inggris terlibat, menurut The Guardian.
2. Plasma darah pasien sembuh
Convalescent blood plasma merupakan plasma yang mengandung antibodi terhadap virus, yang dikumpulkan dari orang yang telah pulih dari COVID-19. Plasma ini digunakan dalam terapi di beberapa negara, seperti Amerika Serikat (AS).
Presiden AS Donald Trump mengklaim terapi ini dapat menurunkan risiko kematian sampai 35%. Sayangnya, sebagian besar ahli mengatakan masih belum ada cukup bukti keampuhan dari uji coba yang dilakukan terhadap pasien corona.
Untuk mengetahui lebih jauh, NHS Blood and Transplant mengimbau pasien COVID-19 untuk menyumbangkan plasma mereka untuk uji coba yang diharapkan akan bermanfaat bagi pasien.
3. Remdesivir
Obat tersebut telah diizinkan untuk digunakan dalam pengobatan darurat di AS, India, dan Singapura dan telah disetujui di Uni Eropa, Jepang, dan Australia untuk digunakan pada orang dengan gejala parah.
Obat yang mahal itu dibuat oleh perusahaan AS, Gilead Sciences, dengan tujuan awal untuk menyembuhkan hepatitis C. Sayangnya obat itu justru tidak efektif untuk penyakit itu dan dialihkan penggunaannya untuk pasien Ebola.
Terhadap pasien COVID-19, obat ini terbukti manjur, yaitu mampu mempersingkat waktu sakit orang yang terinfeksi dari 15 hari menjadi 11 hari rata-rata. Namun, belum ada kejelasan apakah obat itu memiliki efek signifikan dalam mengurangi kematian.
4. Tocilizumab
Terapi atau perawatan anti-inflamasi ini masih dalam tahap uji untuk mengetahui apakah akan berhasil pada pasien COVID-19 keseluruhan. Virus corona biasanya akan menyebabkan peradangan di tubuh. Tocilizumab sendiri merupakan antibodi yang biasanya digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis. Obat ini diberikan melalui suntikan untuk memblokir protein inflamasi IL-6.
Pada saat digunakan untuk pasien corona di Italia pada bulan Maret, obat itu terlihat menunjukkan hasil, membuat orang memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk menggunakan ventilator atau meninggal. Sayangnya, saat itu pengobatan hanya berhasil pada segelintir orang. Oleh karenanya hingga kini masih dilakukan penelitian lanjutan.
5. Pil tekanan darah
Para ilmuwan menyarankan agar orang-orang yang memiliki penyakit tekanan darah untuk tetap mengkonsumsi obat tekanan darah mereka saat terinfeksi COVID-19.
Sebuah makalah dari University of East Anglia menemukan bahwa risiko penyakit kritis atau kematian akibat COVID-19 pada orang dengan tekanan darah tinggi ditemukan secara signifikan lebih rendah jika mereka mengkonsumsi penghambat enzim pengubah angiotensin (ACEi) atau penghambat reseptor angiotensin (ARB).
Sayangnya, belum ada bukti bahwa obat-obatan tersebut akan manjur pada siapa saja yang terinfeksi virus corona, apa lagi untuk mereka yang tidak menderita tekanan darah tinggi.
6. Interferon beta yang dihirup (inhaler)
Sebuah studi kecil dari para ilmuwan di Universitas Southampton menunjukkan bahwa inhaler yang mengandung obat interferon beta, yang digunakan untuk mengobati multiple sclerosis, bisa efektif menyembuhkan pasien COVID-19.
Dari uji coba yang dilakukan pada 101 pasien di sembilan rumah sakit, diketahui bahwa obat itu cukup manjur. Mereka yang menghirup obat tersebut lebih cepat meninggalkan rumah sakit dan lebih mungkin untuk pulih. Tetapi, belum ada data lebih rinci yang dipublikasikan dan karenanya masih dibutuhkan percobaan yang lebih besar.
"Ada perbedaan besar antara mendorong hasil awal dan bukti definitif yang mengubah praktik klinis," kata Martin Landray, profesor kedokteran dan epidemiologi di Universitas Oxford dan salah satu pemimpin uji coba Pemulihan pada saat itu.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apa Itu Dexamethasone, Obat Pasar yang Ampuh Sembuhkan Corona