Internasional

Fakta-fakta Sputnik V, Vaksin Corona Pertama Dunia dari Rusia

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
13 August 2020 06:26
In this handout photo taken on Thursday, Aug. 6, 2020, and provided by Russian Direct Investment Fund, an employee shows a new vaccine at the Nikolai Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology in Moscow, Russia. Russia on Tuesday, Aug. 11 became the first country to approve a coronavirus vaccine for use in tens of thousands of its citizens despite international skepticism about injections that have not completed clinical trials and were studied in only dozens of people for less than two months. (Alexander Zemlianichenko Jr/ Russian Direct Investment Fund via AP)
Foto: Vaksin Covid-19 dari Rusia (AP/Alexander Zemlianichenko Jr)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia membuat kejutan. Awal pekan ini, negara itu mengumumkan telah mendaftarkan vaksin coronanya secara resmi ke perizinan negara.

Hal ini ditegaskan langsung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Bahkan, ia mengklaim vaksin yang aman dan efektif.

"Pagi ini untuk pertama kalinya vaksin Covid dikembangkan," ungkap Putin dilansir AFP.

Lalu apa saja fakta-fakta soal vaksin ini:

Nama vaksin
Vaksin ini diberi nama 'Sputnik V'. Vaksin dikembangkan Gamaleya Research Institute dan Kementerian Pertahanan Rusia. Sputnik V adalah vektor virus.

Di mana menggunakan virus lain untuk membawa DNA respons imun yang dibutuhkan ke dalam sel. Vaksin juga dikenal dengan nama Gam-COVID-Vac.

CNBC International melaporkan para ilmuwan Moskow di Gamaleya Institute menggunakan metode pengujian ala militer untuk mempercepat evaluasi klinis.

Mirip vaksin China
Sputnik mirip dengan vaksin yang dikembangkan CanSino asal China. Vaksin CanSino masih dalam uji klinis lanjutan.

CanSino sendiri adalah vaksin buatan CanSino dan militer China yang masih dalam tahap pengujian. Salah satunya dengan Arab Saudi.

Disuntikan ke putri Putin
Presiden Putin menyatakan salah satu dari dua putrinya yang sudah dewasa sudah menerima dua suntikan vaksin Sputnik V.

"Dia telah mengambil bagian dalam eksperimen tersebut," kata Putin, dikutip dari Time.

Putin mengatakan bahwa putrinya memiliki suhu 38 derajat celcius saat menerima suntikan vaksin pertama, dan kemudian turun menjadi lebih dari 37 derajat pada hari berikutnya.

Setelah suntikan kedua, dia kembali mengalami sedikit peningkatan suhu, tapi kemudian semuanya berakhir normal.

Salah satu putrinya itu menyatakan dirinya merasa sehat dan memiliki jumlah antibodi yang tinggi, tambah Putin.

Namun Putin tidak merinci yang mana di antara kedua putrinya, Maria atau Katerina, yang menerima suntikan vaksin.

Dipesan 20 negara
Rusia mengklaim telah menerima permintaan dari 20 negara untuk memproduksi 1 miliar dosis vaksin Sputnik V.

"Kami telah menerima permintaan awal untuk pembelian lebih dari 1 miliar dosis vaksin dari 20 negara," Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), Kirill Dmitriev dikutip dari Kantor Berita Rusia TASS.

"Kami siap untuk memastikan produksi lebih dari 500 juta dosis vaksin bersama mitra luar negeri kami di lima negara, dan kami berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi kami lebih lanjut."

Menurut Dmitriev, sudah ada beberapa negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia sudah menyatakan minatnya untuk membeli vaksin.

Belum selesai uji tahap III
Berbeda dengan vaksin lain, Sputnik V belum memasuki tahap pengujian akhir (atau tahap III).

Pengujian baru dimulai secara resmi kemarin, dengan melibatkan 2.000 lebih relawan. Uji akhir ini juga akan dilakukan dengan Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, dan negara lainnya.

Diragukan WHO
WHO baru mencatat bahwa Sputnik V baru melakukan uji klinis tahap I/II yang dimulai pada 17 Juni lalu. Jumlah peserta ujinya pun hanya 38 orang.

Bahkan sampai saat ini belum ada rilis hasil uji klinis tahap awal tersebut. Ini menyebabkan pertanyaan muncul soal keamanan vaksin.

"Anda tidak bisa menggunakan vaksin atau obat tanpa melalui semua fase uji klinis tersebut" kata Dr. Jarbas Barbosa, Asisten Direktur WHO untuk Pan American Health Organization.

"Saat ini WHO sedang mengontak regulator kesehatan Rusia untuk mendapatkan informasi terkait vaksin ini dan setelah melakukan analisa dari informasi yang didapat, barulah WHO bisa memberikan rekomendasi."

Hal senada juga dikatakan AS. Negeri Paman Sam menuntut transparansi data.

"Kita butuh transparansi data, harusnya data uji klinis tahap tiga lah yang menentukan apakah vaksin tersebut aman dan efektif atau tidak" kata Alex Azar Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS.

"Poin utamanya bukanlah menjadi yang pertama dalam menemukan vaksin, yang terpenting adalah untuk mendapatkan vaksin yang aman dan efektif untuk warga Amerika dan dunia."

Meski begitu, Kirill Dmitriev mengatakan Rusia telah mengembangkan vaksin untuk virus corona dalam enam tahun terakhir terutama untuk penyakit MERS. Sehingga, kata dia, wajar saja bila pengembangannya lebih cepat.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keamanan Vaksin Corona Putin Diragukan, Why?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular