Ini Lho Bedanya Kandidat Vaksin Bio Farma, Kalbe dan Eijkman

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 August 2020 15:12
Presiden Joko Widodo tiba di PT Bio Farma (Persero) Bandung untuk meninjau fasilitas produksi dan pengemasan Vaksin COVID-19, Selasa 11 Agustus 2020 pukul 09.45 WIB. (Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Jokowi tiba di PT Bio Farma (Persero) Bandung untuk meninjau fasilitas produksi dan pengemasan Vaksin COVID-19, Selasa 11 Agustus 2020 pukul 09.45 WIB. (Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sampai dengan hari ini, Indonesia masih terus berjuang untuk melawan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang tak kunjung usai. Salah satu bentuk usaha untuk mengembalikan kehidupan normal dan ekonomi adalah mengembangkan vaksin penangkal virus corona jenis baru itu. 

Melalui tiga lembaga yaitu PT Bio Farma, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan institusi riset biologi molekuler kenamaan RI LBM Eijkman, Indonesia sedang mengembangkan tiga jenis kandidat vaksin yang menggunakan teknologi berbeda-beda. 

Bio Farma yang menggandeng perusahaan asal China farmasi Sinovac memimpin pengembangan vaksin untuk Covid-19 di dalam negeri. Saat ini duet Bio Farma-Sinovac tengah melakukan uji klinis tahap terakhir untuk kandidat vaksin yang dikembangkan. 

Sebanyak 1.620 sukarelawan yang sehat dan berusia 18-59 tahun bakal ikut berpartisipasi uji klinis tahap ini. Dalam pelaksanaan uji klinis Bio Farma juga menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 

Pelaksanaan uji klinis saat ini sedang berlangsung di Bandung. Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini juga mengunjungi lokasi pelaksanaan uji klinis tersebut untuk meninjau jalannya uji coba. Dalam kesempatan tersebut Jokowi juga kembali menegaskan bahwa Bio Farma siap memproduksi 250 juta dosis vaksin akhir tahun ini.

"Tetapi nantinya di akhir tahun 2020 di Desember meningkat menjadi 250 juta vaksin. Artinya vaksin inilah yang nanti akan digunakan untuk vaksinasi di tanah air," kata Jokowi.

Uji klinis tersebut rencananya akan berlangsung dalam enam bulan ke depan. Kandidat vaksin yang digunakan merupakan tipe vaksin yang menggunakan teknologi yang bisa dibilang konvensional yaitu dengan menginaktifkan virus (inactivated).

Virus yang dilemahkan ini tidak akan mampu untuk menimbulkan penyakit. Hanya saja pemberian virus yang telah inaktif tersebut masih mampu memicu respon kekebalan tubuh sehingga ketika seseorang yang disuntikkan vaksin terpapar kepada patogen yang sama, imunitasnya bisa langsung merespons sehingga terhindar dari penyakit.

Mengacu pada penelitian ilmiah yang dilakukan oleh 35 ilmuwan asal China dan dipimpin oleh Qiang Gao yang berasal dari Sinovac, virus inaktif yang digunakan untuk mengembangkan vaksin Covid-19 adalah strain CN-2.

Dalam laporan penelitian yang berjudul Development of an inactivated vaccine candidate for SARS-CoV-2 dan dipublikasikan di jurnal ilmiah terkemuka internasional Science tersebut mengatakan ada 11 isolat virus yang bakal jadi kandidat untuk vaksin Covid-19.

Dari 11 isolat tersebut, 5 berasal dari China, 3 dari Italia, 1 dari Swiss, 1 dari Inggris dan 1 dari Spanyol. Selama masa pengembangan skala mini di laboratorium (pilot) kandidat vaksin tersebut telah diujikan ke berbagai hewan uji seperti mencit, tikus hingga primata non-manusia.

Hasil dari uji coba ke hewan model tersebut menunjukkan bahwa virus yang inaktif dapat menginduksi pembentukan antibodi penetral virus corona jenis baru itu yang juga dikenal dengan SARS-CoV-2.

Hasil yang positif pada hewan model mengindikasikan kandidat vaksin dapat diuji lebih lanjut ke manusia seperti yang sekarang sedang dilakukan di India, Bazil dan Bangladesh.

Selain Bio Farma, pihak swasta yang diwakili oleh raksasa farmasi Tanah Air yakni Kalbe juga tergabung ke dalam konsorsium vaksin yang bernama Genexine. Kandidat vaksin yang dikembangkan diberi nama GX-19. 

Berbeda dengan kandidat vaksin Bio Farma-Sinovac, kandidat yang dikembangkan konsorsium Genexine adalah vaksin DNA. Dengan menggunakan teknologi genetika molekuler yang canggih vaksin DNA diharapkan mampu membuat vaksin yang lebih stabil dan spesifik sehingga tidak ada kontaminan lain yang menyebabkan penyakit.

Saat ini kandidat GX-19 sedang berada pada fase uji klinis tahap I yang dilakukan di Korea Selatan hingga akhir Agustus. Rencananya uji klinis tahap II akan dilakukan di Indonesia pada September-Oktober nanti.

Beralih ke pengembangan vaksin lainnya yang dipimpin oleh LBM Eijkman, teknologi yang dikembangkan oleh institusi riset dan konsorsium vaksin nasional ini berbeda dengan dua jenis kandidat vaksin lainnya. 

Jika Bio Farma menggunakan virus yang diinaktivasi sedangkan Kalbe Farma menggunakan teknologi DNA, kandidat Eijkman dan konsorsium nasional menggunakan pendekatan protein rekombinan. 

Jadi secara simpel begini, Bio Farma menggunakan virus secara utuh, Kalbe Farma menggunakan materi genetik dari virus yang mengkode antigen sementara Eijkman dkk menggunakan bagian atau komponen dari virus yang berupa protein. 

Kandidat vaksin yang dikembangkan Eijkman dkk diberi nama vaksin merah putih. Progress pengembangan vaksin yang murni berasal dari Tanah Air ini sedang dalam fase memproduksi protein tersebut di dalam kultur sel mamalia setelah berhasil mengisolasi materi genetik antigen dari virus. 

Konsorsium Eijkman dkk menggunakan protein yang berasal dari virus SARS-CoV-2 yang bernama Spike dan Nucleocapsid. Kedua jenis protein ini adalah komponen dari virus corona yang bersifat sebagai antigen dan dapat memicu terbentuknya antibodi dalam tubuh manusia. 

Meskipun berbeda platform/teknologi yang digunakan dalam pengembangan vaksin oleh ketiga lembaga ini, tujuannya tetap sama yaitu untuk mewujudkan masyarakat RI yang kebal Covid-19. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Corona Melayang di Udara, RI Siap 'Geber' Pengembangan Vaksin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular