Microsoft Caplok TikTok, Siapa yang Untung dan Rugi?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 August 2020 16:46
tik tok
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia -  Microsoft sebagai perusahaan software global terkemuka saat ini tengah melakukan negosiasi untuk membeli unit bisnis milik startup hectocorn asal China Bytedance yakni TikTok. 

Rencana akuisisi TikTok oleh perusahaan yang didirikan Bill Gates ini tak terlepas dari ancaman Presiden AS Donald Trump yang akan melarang TikTok di negaranya. Kasusnya apalagi kalau bukan sentimen negatif terhadap rivalnya, China. 

Sebagai salah satu unit usaha dari perusahaan rintisan asal China, Trump khawatir dengan adanya demam TikTok di AS membuat data dan privasi masyarakat AS akan berujung di tangan Partai Komunis China. 

Jelas ini diyakini Trump sebagai suatu tindakan yang merugikan bagi bangsanya. Kemudian muncul Microsoft yang berniat untuk membeli operasional TikTok di beberapa negara seperti AS, Canada, Australia dan Selandia Baru. Ya, Microsoft memang tidak akan mengakuisisi penuh TikTok. 

Awalnya Trump tidak menyukai gagasan tersebut. Namun seiring berjalannya waktu Trump mulai melunak dan memberikan beberapa persyaratan seperti tenggat waktu tak lebih dari 15 September hingga transaksi ini haruslah menguntungkan bagi AS dari segi material.

Di sini, Microsoft juga membuka peluang bagi investor lain yang ingin berpartisipasi dengan raksasa teknologi AS tersebut untuk membeli TikTok. Saat ini valuasi TikTok ditaksir mencapai US$ 50 miliar dan diproyeksikan bisa mencapai US$ 200 miliar. 

Dengan pengambil alihan operasional TikTok di beberapa negara pada akhirnya membuat ongkos akuisisinya tentu lebih rendah dari valuasi saat ini. Namun tetap saja Microsoft dinilai harus merogoh kocek hingga puluhan miliar dolar AS. 

Terlepas dari kerumitan masalah seputar data dan privasi serta hubungan AS-China yang retak, sebenarnya apa untungnya bagi Microsoft dari aksi korporasi ini? Mengapa Microsoft tampaknya ingin sekali membeli aplikasi yang sedang ngetren itu?

Selama ini Microsoft bukanlah perusahaan yang core (inti) bisnisnya adalah konsumen, melainkan ke segmen korporasi dan bisnis. Mayoritas pendapatan Microsoft lebih banyak ditopang oleh segmen produktivitas dan cloud bisnis.

Meski memiliki segmen bisnis yang menyasar konsumen secara langsung, tetapi Microsoft tampaknya tak selalu berhasil menyasarnya. Terbukti beberapa produk seperti Nokia, produk video game Xbox hingga search engine Bing gagal untuk mencuri hati konsumen. 

Dengan akuisisi TikTok yang memiliki pengguna hingga 100 juta warga AS, tentu membuat Microsoft memiliki peluang untuk memperkuat bisnis di segmen konsumennya. Microsoft juga bisa mengintegrasikan teknologi miliknya untuk memastikan bahwa data yang ada di TikTok aman seperti yang diinginkan oleh Trump.

Ini tentu menjadi peluang besar bagi Microsoft untuk mengokohkan kakinya di segmen konsumen. Hal ini pun diungkapkan oleh analis DA Davidson, Rishi Jaluria kepada CNN Business. 

"Microsoft adalah perusahaan yang kita semua tahu bergerak di bidang perangkat lunak perusahaan," kata Jaluria. "TikTok mungkin menjadi cara bagi Microsoft untuk menumbuhkan kehadiran konsumen dan bisnis konsumen mereka."

"Meskipun sebagian besar orang tidak berpikir tentang tarian para remaja ketika mereka berpikir tentang software perusahaan, membawa TikTok dapat membantu menunjukkan kehebatan perusahaan Microsoft: Jika Microsoft mampu mengatasi kekhawatiran seputar kebijakan privasi data aplikasi dan menjadi host bagi jejaring sosial yang berkembang pesat di Platform cloud Azure miliknya, itu akan mengukuhkan kemampuan keamanan dan geofencing layanan," tambah Jaluria.

Kemudian beralih ke ByteDance, Microsoft mungkin diuntungkan dari transaksi ini. Namun sebenarnya apa yang diperoleh ByteDance sebagai induk usaha TikTok? 

Seperti yang sudah disebutkan di atas, pengguna TikTok di AS mencapai 100 juta orang. Sementara secara global pengguna aktif TikTok mencapai 800 juta orang. Artinya porsi pengguna TikTok di AS sangatlah besar. 

Jika sampai TikTok dilarang di AS, maka TikTok akan kehilangan hampir 12,5% dari penggunanya. Jelas angka yang fantastis tentunya karena jumlah pengguna ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan dan tentunya valuasi TikTok dan ByteDance itu sendiri. 

Di sisi lain Microsoft mungkin salah satu calon pembeli yang tepat mengingat raksasa AS lain seperti Amazon, Facebook, Google hingga Apple yang kini sedang menghadapi masalah terkait undang-undang (UU) anti-monopoli yang di AS sering disebut sebagai antitrust. 

Namun jalan dari negosiasi ini tidak bisa dibilang mulus lantaran masih banyak yang harus dibahas seperti bagaimana model operasional antara TikTok dengan ByteDance dan Microsoft, mengingat operasional TikTok yang dikendalikan perusahaan yang dipimpin oleh Satya Nadella itu hanya untuk empat negara saja sementara di ratusan negara lain masih di bawah kendali ByteDance. 

Isu lain seputar siapa yang bakal memimpin TikTok hingga siapa saja yang akan bergabung dalam transaksi ini juga patut dicermati dan menarik untuk terus dilihat perkembangannya. Jadi pada dasarnya untuk mencapai kata sepakat bukanlah perkara mudah.

Namun secara umum, investor Microsoft menyambut baik rencana tersebut. Terbukti setelah Microsoft mengungkapkan rencananya, nilai kapitalisasi pasar Microsoft naik US$ 80 miliar sebagaimana diwartakan CNN Business.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Oracle Mau Saingi Microsoft Buat Beli TikTok?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular