Media China Kecam Trump, Sebut AS Mau 'Curi' TikTok

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
04 August 2020 12:40
FILE - This Feb. 25, 2020, photo shows the icon for TikTok taken in New York. India is banning 59 apps with Chinese links, saying their activities endanger the country’s sovereignty, defense and security. India’s decision comes as its troops are in a tense standoff with Chinese soldiers in eastern Ladakh in the Himalayas that started last month. India lost 20 soldiers in a June 15 clash. The government says the banned apps include TikTok, UC Browser, WeChat and Bigo Live, as well as the e-commerce platforms Club Factory and Shein, that are used in mobile and non-mobile devices connected to the Internet.(AP Photo, File)
Foto: Logo Tiktok AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Media China sepertinya tidak terima dengan aksi Presiden Donald Trump yang mendorong perusahaan AS akuisisi TikTok atau aplikasi China ini diblokir. Aksi ini disebut sebagai perampokan.


Pada tajuk berita China Daily menuliskan bahwa tindakan Trump adalah 'penindasan' Amerika Serikat terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China. Ini adalah konsekuensi dari visi omong kosong Washington tentang 'American first' dan membuat China tidak punya pilihan selain penyerahan atau mencoba melawan.

Dalam editorial tersebut dinyatakan "China memiliki banyak cara untuk merespons jika pemerintah Amerika melakukan penghancuran dan pengambilalih," seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (4/8/2020).

Pada awal pekan ini, Microsoft mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan induk TikTok, Bytedance untuk membeli TikTok AS. Cara ini bisa menghindarkan aplikasi video pendek asal China ini diblokir di AS.

Negosiasi pembelian TikTok harus rampung sebelum tanggal 15 September 2020 atau TikTok diblokir di AS. Trump juga dikabarkan sedang mengicar aplikasi China lainnya yang membagikan data pengguna ke pemerintah Tiongkok, ujar Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.



Koran Global Times, yang juga didukung pemerintah, mengatakan perlakuan AS terhadap ByteDance dan Huawei Technologies, yang kini masuk daftar hitam perdagangan AS, menunjukkan upaya AS untuk memisahkan ekonominya dari China.

China memiliki kemampuan terbatas memberikan perlindungan kepada perusahaan-perusahaan negaranya itu dengan membalas perlakuan tersebut pada perusahaan-perusahaan AS karena Amerika Serikat memiliki keunggulan teknologi dan pengaruh dengan sekutu-sekutunya.

 "Pembukaan China ke dunia luar dan disintegrasi strategi decoupling AS harus menjadi prioritas," katanya tajuk tersebut. The Global Times sendiri diterbitkan oleh People's Daily, yakni surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Microsoft Bicara Soal Akuisisi TikTok, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular