Presiden Brasil Sembuh Dari Corona, Pamer Hydroxychloroquine

Roy Franedya, CNBC Indonesia
27 July 2020 16:32
Jair Bolsonaro, President of Brazil, participates in a session at the annual meeting of the World Economic Forum in Davos, Switzerland, Tuesday, Jan. 22, 2019. (AP Photo/Markus Schreiber)
Foto: World Economic Forum (AP Photo/Markus Schreiber)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengumumkan dirinya telah sembuh dari virus corona baru penyebab Covid-19 setelah hasil tes terbarunya negatif. Ia mengumumkan positif Covid-19 pada 7 Juli 2020.

Pengumuman ini disampaikannya melalui akun twitter pribadinya @jairbolsinaro bersama dengan fotonya diri tersenyum sambil memegang bungkus hydroxychloroquine.

"RT-PCR untuk Sars-Cov-2: negatif. Selamat pagi semuanya," cuitnya seperti dikutip dari AFP, Senin (27/7/2020). Ia tidak menjelaskan kapan tes Covid-19 kembali dilakukan.

Media setempat melaporkan Presiden Brasil mengendarai sepeda motor melewati kota Brasilia serta mengunjungi beberapa toko dan dikerumuni beberapa warga.

"Saya tidak merasa apa-apa, bahkan pada awalnya. Jika Saya tidak mengikuti tes, saya tidak akan tahu saya memiliki virus itu," ujarnya dalam sebuah video pendek.

Pria yang dijuluki Trump Tropical ini dikenal karena meremehkan virus corona dengan menyebutnya sebagai 'flu kecil'. Ia menghabiskan 20 hari untuk karantina mandiri di Istana Alvorada, Brasilia.


Hydroxychloroquine Tak Ampuh Lawan Corona

Menurut data Worldometer, hingga Senin (27/7/2020), Brasil merupakan negara kedua dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia. Ada 2,419 juta kasus positif corona di Brazil dengan 1,634 juta sembuh dan 87 ribu meninggal.

Hydroxychloroquine merupakan obat yang ampuh untuk mengatasi malaria. Berdasarkan studi terbaru dari Universitas of Minnesota obat ini tak efektif lawan corona.

Dalam penelitian, para periset membandingkan pemberian obat anti malaria ini dengan alternatif pengobatan lain yakni plasebo.

Pada pasien gejala ringan yang tidak dirawat di rumah sakit, sekitar 24% pasien yang diberi hydroxychloroquine, masih mendapatkan gejala Covid-19 hingga 14 hari. Ini mendekati dengan 30% pasien yang diberi jenis pengobatan lain, yakni plasebo.



"Hydroxychloroquine tidak secara substansial mengurangi keseriusan gejala ada prevalensi waktu kasus Covid-19 mereka yang tidak dirawat di rumah sakit," ujar peneliti dalam laporan yang diterbitkan jurnal "Annals of Internal Medicine".


(roy/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Studi Kemenkes Soal Hydroxychloroquine, Obat Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular