
Bisnis Antar Makanan Kian Sengit, Akankah Gojek-Grab Tumbang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Momentum stay at home saat pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merebak menjadi berkah bagi binis pesan antar makanan. Peluang bisnis yang menarik, membuat Grab dan Gojek yang dominan tak hanya kebanjiran pesanan tetapi juga kedatangan pesaing. Mampukah mereka mempertahankan hegemoninya?
Pesaing baru Grab dan Gojek bukanlah perusahaan rintisan (start up), melainkan sebuah bank. Jangan kaget, bank tertua di Thailand Siam Commercial Bank akan masuk ke lini bisnis ini guna menantang duo decacorn di Asia Tenggara yang juga masuk ke bisnis keuangan melalui electronic payment.
Namun karena bank dilarang untuk masuk ke bisnis baru, Siam Commercial Bank akan membentuk layanan antar makanan melalui lengan venture capital (VC). Perusahaan baru ini diharapkan mampu mengintegrasikan 50.000 lebih restoran ke dalam aplikasi Robinhood miliknya hingga akhir tahun 2020.
Bisnis pesan antar makanan yang dilakukan Grab dan Gojek memang membantu restoran untuk tetap bertahan di kala pandemi. Namun biaya yang dikenakan oleh dua start up yang mencapai 30% - 40% dirasa memberatkan.
Sebagai awal untuk masuk ke lini bisnis antar makanan, Siam Commercial Bank tak akan mengenakan pungutan atau tarif dari transaksi. Sehingga setiap restoran dapat menerima uangnya sejam setelah pemesanan diantarkan.
Sebenarnya Siam Commercial Bank memiliki tujuan lain dibalik ekspansinya ke sektor ini. Berangkat dari latar belakang untuk menyalurkan kredit hingga US$ 1,26 miliar tahun ini, Siam Commercial berupaya untuk menarget segmen debitur dari restoran.
Mengutip Nikkei Asian Review, meski tingkat gagal bayar kredit restoran dinilai tinggi, Siam Commercial Bank menilai masih bisa memanfaatkan data transaksi dari setiap restoran yang ada.
Pada akhirnya ini adalah cara bank untuk menciptakan nilai tambah dari bisnisnya. Saingan Gojek dan Grab tak hanya Siam Commercial Bank saja. Ada beberapa pemain 'murni' yang lebih awal bermain di bidang ini di kawasan Asia Tenggara dibanding Grab dan Gojek.
Sebut saja Deliveroo asal Inggris yang juga beroperasi di Singapura dan FoodPanda asal Belanda yang juga populer di Malaysia, Filipina dan Singapura. Ada beberapa model bisnis sebenarnya di sektor jasa pesan antar makanan.
Mengutip di The Asean Post, model bisnis yang paling populer adalah melibatkan penyedia layanan untuk mengelola situs web pemesanan dan aplikasi seluler atas nama restoran, tempat konsumen memesan untuk pengambilan dan pengiriman.
Di sini, komisi berasal dari pendapatan restoran tanpa menambahkan biaya lagi kepada pelanggan. FoodPanda, GrabFood, dan Go-Food mendapatkan komisi antara 15 hingga 30 persen dari model bisnis ini.
Model bisnis kedua mirip dengan yang di atas, kecuali bahwa penyedia layanan merekrut dan mengelola kumpulan kontraktor independen sebagai kurir pengiriman, dan membebani pelanggan dengan tarif premium untuk pengiriman.
Model lain yang mendapatkan daya tarik di Asia Tenggara adalah delivery only kitchen atau "cloud kitchen" yang beroperasi langsung dari dapur ke pintu rumah pelanggan.
Cloud kitchen adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan restoran tanpa toko ritel fisik dan hanya ditujukan untuk mengantarkan makanan. Di sini, koki disewa untuk menyiapkan makanan di lokasi pusat sebelum mengirimkan makanan kepada pelanggan.
Start up seperti Deliveroo bahkan telah membangun layanan dapur bersama atau yang disebut "dark kitchen", untuk koki pemula yang ingin masuk ke layanan pengiriman makanan.
Tidak diperlukannya bangku makan, penyejuk udara dan lampu tentu mampu memangkas biaya sewa dan tagihan dan juga mengurangi kebutuhan untuk mempekerjakan staf layanan. Model ini dikenal lebih efisien.
Model bisnis seperti cloud kitchen ini cepat mendapatkan momentum di Asia Tenggara. Grain dari Singapura dan Dahmakan, sebuah perusahaan makanan yang berbasis di Malaysia, keduanya menggunakan model bisnis ini.
Grain, didirikan pada tahun 2014, adalah perusahaan pengantar makanan yang terspesialisasi dalam makanan sehat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pengalaman makan yang bermakna.
Didirikan pada 2015, Dahmakan baru-baru ini mengumpulkan tambahan pembiayaan US$ 5 juta dari investor baru. Kedua pemula fokus pada makanan sehat.
Memang bisnis pesan antar makanan memiliki banyak pelaku. Namun ada beberapa perbedaan mendasar selain model bisnis yang digunakan. Di sektor ini kolaborasi juga memainkan peranan penting dalam keberlangsungan usaha. Contohnya adalah Gojek & Deliveroo.
Mengutip Techinasia, Gojek Singapura mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian dengan tiga start up - Deliveroo, Advo, dan Ebb and Flow Group - untuk menyediakan layanan pengiriman dan menciptakan peluang penghasilan tambahan untuk mitra pengemudi di tengah Covid-19.
Menurut sebuah pernyataan, di bawah kemitraan dengan perusahaan pengiriman makanan online yang berbasis di Inggris Deliveroo, mitra pengemudi Gojek dapat mengambil makanan dari restoran dan mengirimkannya kepada pelanggan di distrik di sekitar Singapura Tengah: Bukit Merah, Queenstown, Toa Payoh, dan Geylang.
Pengemudi Gojek juga akan menjadi bagian dari inisiatif #FeedaFam, yang dibentuk oleh start up pembiayaan pendidikan lokal Advo dan perusahaan makanan dan minuman Ebb and Flow.
Melalui inisiatif ini, pengemudi Gojek akan mengirimkan lebih dari 2.000 makanan dari dapur awan Ebb dan Flow ke rumah tangga orang tua tunggal di negara kota. Gojek telah memperkenalkan beberapa langkah dalam beberapa bulan terakhir untuk mendukung pengemudi, kata perusahaan itu dalam pernyataannya.
Saingan regional Gojek, Grab, juga melakukan hal serupa, dengan komitmen US$ 40 juta untuk inisiatif bantuan untuk mendukung pengemudi dan pedagang yang terkena dampak pandemi.
Bentuk kolaborasi, bahkan di ranah sosial pun termasuk bentuk dari bagaimana perusahaan start up ini menciptakan nilai tambah dan memberikan nilai-nilai baru dalam berbisnis. Peta persaingan bisnis memang sangatlah dinamis, penuh dengan inovasi dan kolaborasi, tetapi juga tak menutup kemungkinan adanya konsolidasi.
Pada akhirnya, bisnis pesan antar makanan ini bukanlah tujuan utama, tetapi menjadi pintu masuk untuk mewujudkan ekosistem digital yang utuh dalam berbisnis. Dengan begitu eksistensi Gojek dan Grab bisa saja tetap bertahan atau bahkan dominansinya mulai tergempur.
Semua tentu tergantung pada bagaimana kedua decacorn itu tetap relevan terhadap perkembangan zaman serta menyikapi tren yang berlaku di pasar saat ini. Tak luput juga terus mendorong integrasi setiap layanan untuk mewujudkan suatu ekosistem digital yang kokoh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Bank Berani Tantang Grab & Gojek di Bisnis Antar Makanan
