Jakarta, CNBC Indonesia - Mukesh Ambani kini banyak dibicarakan orang. Startup orang terkaya Asia ini, Jio Platforms, berhasil mengumpulkan US$15,2 miliar atau setara Rp215 triliun melalui 11 kesepakatan bisnis dalam dua bulan. Menariknya, dana itu terkumpul di tengah pandemi Covid-19.
Penggalangan dana ini dimulai dengan pengumuman blockbuster pada 22 April lalu bahwa Reliance menjual 10% saham Jio Platforms kepada Facebook senilai US$5,7 miliar. Selanjutnya Jio Platforms mendapat dana segar dari perusahaan investasi kelas kakap swasta Kohlberg Kravis Roberts (KKR) sebesar US$1,5 miliar, Visa Equity Partners US$1,5 miliar, dan Saudi Arabia Public Invesment Fund US$1,35 miliar.
Kemudian dari Silver Lake sebesar US$1,35 miliar, Mubadala US$1,2 miliar, General Atlantic US$870 juta, Abu Dhabi Investment Authority US$750 juta, TPG US$600 juta, L Catterton US$250 juta, dan terakhir Jio Platforms mengumumkan pemerintah Arab Saudi akan menginvestasikan US$1,5 miliar untuk 2,3% saham di perusahaan.
Adapun dana tersebut digunakan untuk membayar utang induknya Reliance Group. Setelah kesepakatan dengan pemerintah Arab Saudi, Mukesh Ambani mengklaim sekarang perusahaannya telah bebas dari utang, suatu prestasi yang dicapai sembilan bulan lebih awal dari yang diharapkan, seperti dilansir dari Fortune, Rabu (24/6/2020).
Selain membayar utang, dana kemungkinan akan digunakan untuk mempersiapkan proses IPO luar negeri untu Jio Platforms. Para analis memperkirakan perusahaan dapat meraup dana segar sebesar US$100 miliar lewat penawaran umum perdana ini.
Tampaknya pandemi Covid-19 telah mempercepat ambisi Mukesh Ambani, yang ingin mentransisikan Reliance Grup dari perusahaan minyak ke digital. Tetapi apakah Jio Platforms dapat menjadi raksasa teknologi bonafit pertama di India, ini bergantung pada sejauh mana operator telekomunikasi dapat bertransformasi menjadi perusahaan digital yang mengalahkan persaingan ketat di India dan luar negeri.
Pada awalnya, Ayah Ambani, Dhirubhai Ambani, mendirikan perusahaan induk Jio Platforms, RIL, sebagai produsen tekstil pada tahun 1973. Kemudian pada tahun 1970 hingga 1980-an, Ambani senior mengembangkan bisnisnya menjadi penghasil bahan kimia untuk tekstil dan juga minyak bumi.
Pada 2010, Mukesh Ambani masuk ke ruang telekomunikasi dengan membeli operator jaringan telekomunikasi kecil bernama IBSL. Operator ini digunakan sebagai kendaraan untuk memenangkan pelelangan spektrum yang dikelola pemerintah.
Setelah membeli hak spektrum, Reliance Group kemudian terjun ke industri telekomunikasi dan digital yang ditandai dengan peluncuran layanan 4G di India oleh anak perusahaannya, Reliance Jio Infocomm. Perusahaan mengklaim telah menarik 100 juta pelanggan dalam enam bulan pertama dan berhasil mengumpulkan 388 juta pelanggan pada April 2020.
Jeli Memanfaatkan Krisis
Saat pandemi Covid-19 melanda India, pemerintah memutuskan untuk mengkarantina penuh (lockdown) masyarakat selama kira-kira satu bulan. Hal ini memaksa masyarakat India untuk bergerak online. Pemerintah India melaporkan bahwa penggunaan Internet melonjak lebih dari 13% selama lockdown.
Kondisi pandemi ditambah trend penurunan harga minyak global ini menyebabkan kapitalisasi pasar Reliance Group di Nasdaq meningkat hingga mencapai US$133 miliar. Tak hanya itu, investasi yang dilakukan Facebook juga membantu meningkatkan nilai keseluruhan perusahaan. Saham Reliance sempat melonjak lebih dari 8% di New York Stock Exchange.
Setidaknya kesepakatan dengan Facebook ini cukup menarik bagi investor karena memungkinkan Jio Platforms untuk memanfaatkan jangkauan luas WhatsApp milik Facebook di pasar India.
Layanan telekomunikasi Jio Platforms memiliki basis pelanggan terbesar di antara penyedia telekomunikasi lainnya di India. Januari lalu Jio Platforms diketahui meluncurkan JioMart, yaitu platform pengiriman e-grocery untuk mendukung Reliance Retail, anak perusahaan Reliance dengan 12.000 toko di lebih dari 6.600 kota di seluruh India.
Beberapa hari setelah investasi Facebook, Jio Platforms juga mengumumkan bahwa pelanggan dapat memesan bahan makanan melalui layanan pesan WhatsApp milik Facebook. Hal ini memang berpotensi membawa Jio Platforms menjadi raksasa digital mengingat 90% dari sektor ritel besar di India sedang dilarang beroperasi.
Namun sebelum Jio Platforms benar-benar menjadi raksasa digital dan mengusai India, ada pemain e-grocery lain, baik milik asing maupun perusahaan lokal yang didukung oleh investor luar negeri, misalnya BigBasket yang didukung Alibaba dan Grofers, serta FlipKart yang didukung Amazon dan Walmart.
Dalam upaya menjadi raksasa digital, Jio Platforms menyebut akan mengandalkan keberhasilan dari serangkaian aplikasi seluler milik perusahaan, termasuk layanan streaming musik JioSaavn, mata uang digital JioMoney, dan platform konferensi video JioMeet.
Meski begitu, perlu diakui bahwa persaingan kelihatannya akan semakin ketat mengingat raksasa teknologi Amerika memandang sektor telekomunikasi sebagai landasan untuk memperkuat pijakan mereka di pasar digital India yang sedang berkembang.
Misalnya Amazon yang dilaporkan akan membeli 10% saham di Bharti Airtel, operator telekomunikasi terbesar ketiga di India. Selain itu ada Google yang dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengambil 5% saham di Vodafone Idea, perusahaan telekomunikasi nomor 2 di India.