
Mengenal Obat Corona Rusia yang Disebut Ampuh lawan Covid-19
Redaksi, CNBC Indonesia
02 June 2020 13:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia menyetujui obat anti-influenza, Avifavir sebagai obat yang diberikan kepada pasien virus Covid-19. Lantas apa itu Avifavir?
Avifavir, yang secara umum dikenal sebagai favipiravir, pertama kali dikembangkan pada akhir 1990-an oleh sebuah perusahaan Jepang yang kemudian dibeli oleh Fujifilm ketika perusahaan ini mengembangkan bisnis layanan kesehatan.
Kepala RDIF Kirill Dmitriev mengatakan para ilmuwan Rusia telah memodifikasi obat untuk meningkatkan efektivitasnya lawan Covid-19 dan mengatakan Moskow akan siap untuk berbagi rincian modifikasi tersebut dalam dua minggu.
Di Jepang obat corona ini dikenal dengan nama Avigan. Obat ini sudah mendapatkan pendanaan dari pemerintah Jepang sebesar US$128 juta tetapi belum disetujui untuk digunakan.
Dmitriev mengatakan uji klinis obat ini telah dilakukan dengan melibatkan 330 orang, dan telah menunjukkan bahwa obat itu berhasil mengobati virus corona dalam dalam waktu empat hari.
Uji coba itu akan selesai dalam satu minggu ini tetapi kementerian kesehatan Rusia telah memberikan persetujuan untuk penggunaan obat di bawah proses khusus dipercepat dan manufaktur telah dimulai pada bulan Maret.
"Kami percaya ini adalah game changer. Ini akan mengurangi masalah pada sistem perawatan kesehatan, kita akan memiliki lebih sedikit orang yang masuk ke kondisi kritis," kata Dmitriev, seperti dilansir dari NDTV, Selasa (2/6/2020). "Kami percaya bahwa obat itu adalah kunci untuk melanjutkan kembali kegiatan ekonomi penuh di Rusia."
Tetapi patut dicatat, keberhasilan dalam uji coba skala kecil berskala kecil tidak menjamin kesuksesan dalam uji coba selanjutnya yang lebih komprehensif. Obat anti malaria, Hydrochloroquine yang sebelumnya disebut bisa lawan corona telah dilarang oleh WHO karena efek sampingnya yang berbahaya.
Avigan sendiri telah diuji klinis di Jepang. namun belum ada bukti yang jelas tentang efektivitas obat ini mengurangi penyebaran virus corona dalam tubuh.
"Saat ini tidak ada data yang menunjukkan bahwa Avigan memiliki kemanjuran tinggi," kata Daisuke Tamura, seorang profesor di Universitas Kedokteran Jichi yang berspesialisasi dalam penyakit menular anak, dikutip dari Kyodo News.
"Ini harus dievaluasi secara hati-hati berdasarkan bukti ilmiah," katanya.
Selain tidak manjur dalam mengobati virus corona, menurut beberapa ahli medis, Avigan ternyata diketahui memiliki potensi efek samping pada janin saat digunakan oleh wanita hamil.
Data uji klinis dilaporkan oleh rumah sakit yang merawat orang yang menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala. Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan mengharapkan bahwa data tersebut, bersama dengan hasil uji coba lain yang melibatkan ribuan pasien COVID-19, akan membantu mengarah pada persetujuan awal.
(roy/roy) Next Article Sedang Diuji Coba, Ampuhkah Avigan Obati COVID-19?
Avifavir, yang secara umum dikenal sebagai favipiravir, pertama kali dikembangkan pada akhir 1990-an oleh sebuah perusahaan Jepang yang kemudian dibeli oleh Fujifilm ketika perusahaan ini mengembangkan bisnis layanan kesehatan.
Kepala RDIF Kirill Dmitriev mengatakan para ilmuwan Rusia telah memodifikasi obat untuk meningkatkan efektivitasnya lawan Covid-19 dan mengatakan Moskow akan siap untuk berbagi rincian modifikasi tersebut dalam dua minggu.
Dmitriev mengatakan uji klinis obat ini telah dilakukan dengan melibatkan 330 orang, dan telah menunjukkan bahwa obat itu berhasil mengobati virus corona dalam dalam waktu empat hari.
Uji coba itu akan selesai dalam satu minggu ini tetapi kementerian kesehatan Rusia telah memberikan persetujuan untuk penggunaan obat di bawah proses khusus dipercepat dan manufaktur telah dimulai pada bulan Maret.
"Kami percaya ini adalah game changer. Ini akan mengurangi masalah pada sistem perawatan kesehatan, kita akan memiliki lebih sedikit orang yang masuk ke kondisi kritis," kata Dmitriev, seperti dilansir dari NDTV, Selasa (2/6/2020). "Kami percaya bahwa obat itu adalah kunci untuk melanjutkan kembali kegiatan ekonomi penuh di Rusia."
Tetapi patut dicatat, keberhasilan dalam uji coba skala kecil berskala kecil tidak menjamin kesuksesan dalam uji coba selanjutnya yang lebih komprehensif. Obat anti malaria, Hydrochloroquine yang sebelumnya disebut bisa lawan corona telah dilarang oleh WHO karena efek sampingnya yang berbahaya.
Avigan sendiri telah diuji klinis di Jepang. namun belum ada bukti yang jelas tentang efektivitas obat ini mengurangi penyebaran virus corona dalam tubuh.
"Saat ini tidak ada data yang menunjukkan bahwa Avigan memiliki kemanjuran tinggi," kata Daisuke Tamura, seorang profesor di Universitas Kedokteran Jichi yang berspesialisasi dalam penyakit menular anak, dikutip dari Kyodo News.
"Ini harus dievaluasi secara hati-hati berdasarkan bukti ilmiah," katanya.
Selain tidak manjur dalam mengobati virus corona, menurut beberapa ahli medis, Avigan ternyata diketahui memiliki potensi efek samping pada janin saat digunakan oleh wanita hamil.
Data uji klinis dilaporkan oleh rumah sakit yang merawat orang yang menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala. Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan mengharapkan bahwa data tersebut, bersama dengan hasil uji coba lain yang melibatkan ribuan pasien COVID-19, akan membantu mengarah pada persetujuan awal.
(roy/roy) Next Article Sedang Diuji Coba, Ampuhkah Avigan Obati COVID-19?
Most Popular