
Remdesivir & 5 Obat Corona yang Dikembangkan di Dunia
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
14 May 2020 19:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain vaksin, para pejabat kesehatan dan ilmuwan di seluruh dunia kini sedang berlomba untuk menemukan obat yang efektif melemahkan virus corona (COVID-19).
Walaupun pengembangan vaksin dapat memakan waktu setidaknya 1 tahun hingga 18 bulan, setidaknya obat-obat yang dikembangkan ini dapat menahan dan melemahkan virus-virus di dalam tubuh.
Berikut daftar obat yang sedang dalam pengembangan guna memerangi penyakit COVID-19 yang sudah menjangkit lebih dari 4,4 juta orang di seluruh dunia.
1. Gilead Sciences
Nama obat: Remdesivir
Pengembangan: Uji coba tahap akhir
FDA memberikan izin penggunaan darurat untuk obat remdesivir dari perusahaan Gilead untuk mengobati COVID-19 pada 1 Mei. Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular merilis hasil dari penelitiannya yang menunjukkan pasien yang menggunakan remdesivir biasanya pulih lebih cepat daripada mereka yang tidak menggunakan obat itu.
Meskipun remdesivir, yang awalnya merupakan obat untuk Ebola, diberikan untuk penggunaan darurat, masih ada beberapa uji klinis yang sedang berlangsung menguji apakah itu efektif dalam menghentikan replikasi virus corona dalam tubuh.
2. Negara bagian New York dan lainnya
Nama obat: Hydroxychloroquine
Pengembangan: Sedang dilakukan berbagai uji klinis
Hydroxychloroquine adalah obat malaria berumur beberapa dekade yang digembar-gemborkan oleh Presiden AS Donald Trump sebagai "game-changer" potensial dalam memberantas COVID-19.
Obat ini terbukti bekerja dalam mengobati Lupus dan rheumatoid arthritis, tetapi belum pada COVID-19. Sejumlah studi tentang penggunaannya pada pasien coronavirus yang diterbitkan di Perancis dan China telah meningkatkan harapan bahwa obat tersebut dapat membantu melawan virus.
Namun, hydroxychloroquine, yang tersedia sebagai obat generik dan juga diproduksi dengan nama merek Plaquenil oleh produsen obat Prancis Sanofi, dapat memiliki efek samping yang serius, termasuk kelemahan otot dan aritmia jantung.
FDA mengeluarkan peringatan agar tidak meminum obat di luar rumah sakit atau pengaturan uji klinis formal setelah mengetahui laporan "masalah irama jantung yang serius" pada pasien.
Walaupun pengembangan vaksin dapat memakan waktu setidaknya 1 tahun hingga 18 bulan, setidaknya obat-obat yang dikembangkan ini dapat menahan dan melemahkan virus-virus di dalam tubuh.
Berikut daftar obat yang sedang dalam pengembangan guna memerangi penyakit COVID-19 yang sudah menjangkit lebih dari 4,4 juta orang di seluruh dunia.
Nama obat: Remdesivir
Pengembangan: Uji coba tahap akhir
FDA memberikan izin penggunaan darurat untuk obat remdesivir dari perusahaan Gilead untuk mengobati COVID-19 pada 1 Mei. Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular merilis hasil dari penelitiannya yang menunjukkan pasien yang menggunakan remdesivir biasanya pulih lebih cepat daripada mereka yang tidak menggunakan obat itu.
Meskipun remdesivir, yang awalnya merupakan obat untuk Ebola, diberikan untuk penggunaan darurat, masih ada beberapa uji klinis yang sedang berlangsung menguji apakah itu efektif dalam menghentikan replikasi virus corona dalam tubuh.
2. Negara bagian New York dan lainnya
Nama obat: Hydroxychloroquine
Pengembangan: Sedang dilakukan berbagai uji klinis
Hydroxychloroquine adalah obat malaria berumur beberapa dekade yang digembar-gemborkan oleh Presiden AS Donald Trump sebagai "game-changer" potensial dalam memberantas COVID-19.
Obat ini terbukti bekerja dalam mengobati Lupus dan rheumatoid arthritis, tetapi belum pada COVID-19. Sejumlah studi tentang penggunaannya pada pasien coronavirus yang diterbitkan di Perancis dan China telah meningkatkan harapan bahwa obat tersebut dapat membantu melawan virus.
Namun, hydroxychloroquine, yang tersedia sebagai obat generik dan juga diproduksi dengan nama merek Plaquenil oleh produsen obat Prancis Sanofi, dapat memiliki efek samping yang serius, termasuk kelemahan otot dan aritmia jantung.
FDA mengeluarkan peringatan agar tidak meminum obat di luar rumah sakit atau pengaturan uji klinis formal setelah mengetahui laporan "masalah irama jantung yang serius" pada pasien.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular