Sisa Virus Covid Ada di Otak hingga Mata, Serang Semua Organ

Jakarta, CNBC Indonesia - Covid-19 didefinisikan sebagai infeksi yang menyerang saluran pernapasan. Namun ternyata efek dari sisa virus ini tidak terbatas pada satu organ saja.
Dari beberapa autopsi yang dilakukan, menunjukkan bukti virus tersebut berdampak pada seluruh tubuh, termasuk di paru-paru, jantung, limpa, ginjal, hati, usus besar, dada, otot, saraf, saluran reproduksi, mata, dan otak.
Dalam satu otopsi, sisa-sisa coronavirus ditemukan di otak pasien yang meninggal 230 hari setelah mereka mulai menunjukkan gejala.
"Data kami menunjukkan bahwa pada beberapa pasien SARS-CoV-2 dapat menyebabkan infeksi sistemik dan bertahan di dalam tubuh selama berbulan-bulan," kata kesimpulan para penulis studi yang merupakan peneliti di Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH).
Otopsi pada mereka yang tertular Covid-19 telah menunjukkan tanda-tanda awal penyebaran multi-organ, dengan sisa-sisa genetika virus muncul di banyak sekali jaringan, organ, dan cairan.
Pada Juli 2020, autopsi lebih lanjut menunjukkan bukti pembekuan darah di hampir setiap organ vital dari mereka yang terjangkit virus.
Dikutip dari Sciencealert, Jumat (20/1/2023), para peneliti sekarang mereplikasi dan mengkonfirmasi hasil ini dengan lebih detail daripada sebelumnya.
Para peneliti mengatakan temuan terbaru mereka adalah analisis paling komprehensif hingga saat ini tentang kegigihan seluler SARS-CoV-2 dalam tubuh manusia.
Studi tersebut melibatkan 44 autopsi. Para peneliti dengan hati-hati mendeteksi dan menghitung tingkat messenger RNA dari SARS-CoV-2 di 85 lokasi dan cairan. Informasi genetik ini menunjukkan tempat virus mungkin telah bereplikasi selama hidup seseorang.
Dari otopsi yang dilakukan pada April 2020 hingga Maret 2021, para peneliti menemukan individu yang lebih tua dan tidak divaksinasi yang meninggal karena Covid-19 menunjukkan banyak tanda replikasi SARS-CoV-2 di total 79 lokasi dan cairan tubuh.
Terlebih lagi, beberapa perubahan terlihat dalam waktu dua minggu setelah gejala pertama mulai muncul.
Jika pada paru-paru menunjukkan peradangan dan cedera paling banyak, otak dan organ lain tidak sering menunjukkan perubahan jaringan yang signifikan, meskipun ada beban virus yang besar. Peneliti studi yang dipublikasi di Nature itu tidak yakin mengapa bisa demikian. Bisa jadi, karena sistem kekebalan manusia tidak sebaik menargetkan lokasi lain ini dibandingkan dengan paru-paru.
Pada tahap pemulihan Covid-19 selanjutnya, para peneliti menemukan bukti bahwa paru-paru tidak terlalu terinfeksi dibandingkan pada saat awal, sementara lokasi lain tidak menunjukkan peningkatan.
Bagaimana virus menyebar begitu jauh dan luas adalah misteri lain yang perlu dipecahkan. Otopsi dalam penelitian ini tidak sering menunjukkan sisa-sisa virus yang terdeteksi dalam plasma darah, yang menunjukkan bahwa patogen mungkin menyebar melalui cara lain.
Menurut peneliti, dengan memahami cara SARS-CoV-2 menyebar dan bertahan dalam tubuh manusia dapat mengungkapkan banyak hal tentang mengapa beberapa pasien menderita Covid-19 jangka panjang.
[Gambas:Video CNBC]
Ini Gejala Covid yang Sering Muncul di Pagi Hari, Bukan Demam
(dem)