
Coba Analisa Donald Trump, Bot Canggih Ini Langsung Rusak
Redaksi, CNBC Indonesia
12 May 2020 14:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Bot canggih langsung rusak ketika analisa pidato Donald Trump adalah kisah nyata, bukan bercanda. Kejadian ini terjadi pada Margaret, artificial intelligence atau kecerdasan buatan (AI) bot.
Margaret merupakan bot yang dibuat startup FactSquared. Bot ini mencoba menganalisa pidato Trump dalam peringatan 75 tahun Perang Laut Coral antara AS dan Australia melawan Jepang pada 4 Mei 2017.
Bot ini mengalami crash setelah mengucapkan kata menang (winning) yang keempat kalinya, seperti dilansir dari Los Angeles Times, Selasa (12/5/2020).
"Bot itu mencoba memahami apakah itu bahasa Inggris , versus memahami bila itu bahasa Trump," ujar CEO FactSquared, Bill Frischling.
Masalah ini terpecahkan setelah coding tata bahasa dihilangkan. Margaret pun bisa menganalisa pidato Donald Trump dengan lebih baik lagi.
Margaret menyimpulkan Trump bicara lebih cepat ketika berimprivisasi ketimbang membaca naskah. Perbandingannya 110-150 kata per menit untuk pidato dan 220 kata per menit untuk improvisasi.
Trump juga pandai menutupi kebohongan dibanding orang pada umum. Biasanya orang bicara melambat atau terbata-bata atau tidak nyaman ketika bicara bohong, tetapi Trump tidak mengalami masalah tersebut, dia hanya sedikit menunjukkan ketegangan fisik.
Kesimpulan lainnya, Trump cukup sering menggerakkan tangan ketika berbicara. Itu tanda dia nyaman tetapi bila sedang marah biasanya berbicara singkat dan berhenti memainkan tangan.
"Ketika dia berhenti mengguna gestur (tangan), hati-hati," ujar Frishcling. "Apapun yang terjadi diamlah."
Kesimpulan lain, Trump sering sekali berbeda antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Bahkan sering mengubah pendapatnya yang membuat ucapannya tidak nyambung.
"Trump dapat mengatakan 'saya pikir ini buruk' pada sebuah proposal kebijakan tetapi sepuluh jam kemudian menandatangani dan menyetujui proposal tersebut," terang Frischling.
(roy/roy) Next Article Canggihnya 'Robot AI': Bisa Deteksi Covid-19 dari Suara Batuk
Margaret merupakan bot yang dibuat startup FactSquared. Bot ini mencoba menganalisa pidato Trump dalam peringatan 75 tahun Perang Laut Coral antara AS dan Australia melawan Jepang pada 4 Mei 2017.
Bot ini mengalami crash setelah mengucapkan kata menang (winning) yang keempat kalinya, seperti dilansir dari Los Angeles Times, Selasa (12/5/2020).
Masalah ini terpecahkan setelah coding tata bahasa dihilangkan. Margaret pun bisa menganalisa pidato Donald Trump dengan lebih baik lagi.
Margaret menyimpulkan Trump bicara lebih cepat ketika berimprivisasi ketimbang membaca naskah. Perbandingannya 110-150 kata per menit untuk pidato dan 220 kata per menit untuk improvisasi.
Trump juga pandai menutupi kebohongan dibanding orang pada umum. Biasanya orang bicara melambat atau terbata-bata atau tidak nyaman ketika bicara bohong, tetapi Trump tidak mengalami masalah tersebut, dia hanya sedikit menunjukkan ketegangan fisik.
Kesimpulan lainnya, Trump cukup sering menggerakkan tangan ketika berbicara. Itu tanda dia nyaman tetapi bila sedang marah biasanya berbicara singkat dan berhenti memainkan tangan.
"Ketika dia berhenti mengguna gestur (tangan), hati-hati," ujar Frishcling. "Apapun yang terjadi diamlah."
Kesimpulan lain, Trump sering sekali berbeda antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Bahkan sering mengubah pendapatnya yang membuat ucapannya tidak nyambung.
"Trump dapat mengatakan 'saya pikir ini buruk' pada sebuah proposal kebijakan tetapi sepuluh jam kemudian menandatangani dan menyetujui proposal tersebut," terang Frischling.
(roy/roy) Next Article Canggihnya 'Robot AI': Bisa Deteksi Covid-19 dari Suara Batuk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular