
Pejabat AS: Covid-19 Lebih Cepat Mati Kena Sinar Matahari
Redaksi, CNBC Indonesia
24 April 2020 13:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Apakah musim panas atau musim kemarau akan membunuh virus corona Covid-19 masih terus jadi perdebatan. Penelitian terbaru Amerika Serikat (AS) menyatakan sinar matahari, panas, dan kelembaban yang naik lebih cepat mematikan virus corona.
Direktur divisi sains dan teknologi di Department of Homeland Security, William Bryan mengatakan, peneliti AS telah menemukan bahwa virus corona akan bertahan lama dalam kondisi kering tetapi virus ini semakin tak berdaya ketika suhu dan kelembaban udara meningkat, terutama bila terkena matahari.
"Virus ini lebih cepat mati bila terkena sinar matahari langsung," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (24/4/2020).
Menurut Presiden Donald Trump, temuan ini harus ditafsirkan dengan hati-hati. Namun ia mengklaim penemuan ini sebagai pembenaran atas pernyataannya yang sebelumnya yang sebut virus corona akan berkurang ketika musim panas.
Donald Trump menambahkan pada awal musim panas, warga AS perlu menjaga jarak dulu. "Saya pernah mengatakan virus ini mungkin hilang dengan panas dan cahaya [matahari], dan orang-orang tidak terlalu suka dengan pernyataan ini," ujarnya.
Informasi saja, musim panas di AS terjadi pada bulan Juni hingga September tahun ini. Temuan ini memberikan harapan virus corona akan seperti influenza yang tidak terlalu menular ketika musim panas.
Namun perlu dicatat, virus corona juga tetap mematikan ketika berada di negara-negara hangat seperti Singapura sehingga menimbulkan perdebatan apakah soal dampak lingkungan.
(roy/roy) Next Article Pejabat AS Sebut Sinar Matahari Matikan Corona, Apa Kata WHO?
Direktur divisi sains dan teknologi di Department of Homeland Security, William Bryan mengatakan, peneliti AS telah menemukan bahwa virus corona akan bertahan lama dalam kondisi kering tetapi virus ini semakin tak berdaya ketika suhu dan kelembaban udara meningkat, terutama bila terkena matahari.
"Virus ini lebih cepat mati bila terkena sinar matahari langsung," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (24/4/2020).
Donald Trump menambahkan pada awal musim panas, warga AS perlu menjaga jarak dulu. "Saya pernah mengatakan virus ini mungkin hilang dengan panas dan cahaya [matahari], dan orang-orang tidak terlalu suka dengan pernyataan ini," ujarnya.
Informasi saja, musim panas di AS terjadi pada bulan Juni hingga September tahun ini. Temuan ini memberikan harapan virus corona akan seperti influenza yang tidak terlalu menular ketika musim panas.
Namun perlu dicatat, virus corona juga tetap mematikan ketika berada di negara-negara hangat seperti Singapura sehingga menimbulkan perdebatan apakah soal dampak lingkungan.
(roy/roy) Next Article Pejabat AS Sebut Sinar Matahari Matikan Corona, Apa Kata WHO?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular