
Corona Merajalela, Kapan Vaksinnya Siap Dirilis?
Thea Fatanah Arbar, CNBC Indonesia
17 March 2020 16:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Dengan menggunakan berbagai macam teknologi yang berbeda, perusahaan farmasi dan laboratorium penelitian di seluruh dunia berlomba untuk menemukan vaksin dan perawatan untuk penyakit COVID-19 atau virus corona.
Menurut Benjamin Neuman, seorang ahli virologi di Universitas A&M Texas-Texarkana, imunisasi terhadap patogen adalah langkah panjang, sebab belum pernah ada vaksin manusia yang sangat sukses melawan anggota keluarga coronavirus ini.
"Ini akan menjadi banyak percobaan, banyak kesalahan, tetapi kami memiliki banyak pilihan untuk dicoba," kata Neuman, dikutip dari AFP, Selasa (17/3/2020).
Namun pengobatan bisa datang lebih cepat, dengan menggunakan antivirus Remdesivir yang sudah digunakan secara ad hoc sebelum persetujuan pemerintah.
Presiden AS Donald Trump bahkan mendesak para ilmuwan dan perusahaan obat-obatan untuk mempercepat proses. Tetapi para ahli mengatakan kendala mendasar dapat meninggalkan sedikit ruang gerak.
"Vaksin harus memiliki dasar ilmiah yang mendasar. Itu harus dapat diproduksi. Itu harus aman. Ini bisa memakan waktu satu setengah tahun atau lebih lama," tulis H. Holden Thorp, pemimpin redaksi jurnal Science saat menanggapi panggilan Trump.
"Eksekutif farmasi memiliki setiap insentif untuk sampai ke sana dengan cepat. Pada akhirnya mereka akan menjual vaksin. Namun, mereka juga tahu bahwa Anda tidak dapat melanggar hukum alam untuk sampai ke sana," lanjutnya.
Amerika Serikat mendanai beberapa perusahaan melalui Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) dan National Institutes of Health (NIH). Organisasi global yang berbasis di Oslo, Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi (CEPI) juga membantu mendanai banyak perusahaan.
Pendanaan masuk ke perusahaan mitra yang lebih kecil dan tidak memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi massal. Sejauh ini dana yang disediakan sekitar US$ 24 juta (Rp 361,8 miliar, asumsi kurs Rp 15.077/US$ 1).
Menurut Benjamin Neuman, seorang ahli virologi di Universitas A&M Texas-Texarkana, imunisasi terhadap patogen adalah langkah panjang, sebab belum pernah ada vaksin manusia yang sangat sukses melawan anggota keluarga coronavirus ini.
"Ini akan menjadi banyak percobaan, banyak kesalahan, tetapi kami memiliki banyak pilihan untuk dicoba," kata Neuman, dikutip dari AFP, Selasa (17/3/2020).
Presiden AS Donald Trump bahkan mendesak para ilmuwan dan perusahaan obat-obatan untuk mempercepat proses. Tetapi para ahli mengatakan kendala mendasar dapat meninggalkan sedikit ruang gerak.
"Vaksin harus memiliki dasar ilmiah yang mendasar. Itu harus dapat diproduksi. Itu harus aman. Ini bisa memakan waktu satu setengah tahun atau lebih lama," tulis H. Holden Thorp, pemimpin redaksi jurnal Science saat menanggapi panggilan Trump.
"Eksekutif farmasi memiliki setiap insentif untuk sampai ke sana dengan cepat. Pada akhirnya mereka akan menjual vaksin. Namun, mereka juga tahu bahwa Anda tidak dapat melanggar hukum alam untuk sampai ke sana," lanjutnya.
Amerika Serikat mendanai beberapa perusahaan melalui Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) dan National Institutes of Health (NIH). Organisasi global yang berbasis di Oslo, Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi (CEPI) juga membantu mendanai banyak perusahaan.
Pendanaan masuk ke perusahaan mitra yang lebih kecil dan tidak memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi massal. Sejauh ini dana yang disediakan sekitar US$ 24 juta (Rp 361,8 miliar, asumsi kurs Rp 15.077/US$ 1).
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular