
GoPay & OVO Cs Kian Populer, Transaksi Tembus Rp 145 T
Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
04 February 2020 11:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Kini bertransaksi melaluiĀ pembayaran uang elektronik semakin populer di masyarakat. Dilihat dari data Bank Indonesia (BI) terdapat kenaikan volume transaksi uang elektronik pada akhir 2019 melonjak 79,3% menjadi 5,2 miliar transaksi dibandingkan 2018 sebesar 2,9 miliar transaksi.
Selain itu, lonjakan drastis juga terjadi pada nominal nilai transaksi uang elektronik hingga 208,5%. Pada 2019 total nominal nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp 145 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar Rp 98 triliun atau hampir tiga kali lipat dibandingkan 2018 yang sebesar Rp 47 triliun.
Naiknya transaksi pembayaran uang elektronik ini disinyalir karena semakin berkembangnya dompet digital maupun fintech yang banyak digandrungi masyarakat di Indonesia saat ini.
Perusahaan riset pemasaran independen, Ipsos Indonesia, baru-baru ini meluncurkan riset seputar kebiasaan masyarakat Indonesia terhadap penggunaan alat pembayaran digital.
Contohnya, hasil studi yang bertajuk Ipsos Marketing Summit 2020: Indonesia The Next Cashless Society, yang diadakan hari Rabu, (15/1/2020), melakukan survei ke 1.000 responden yang bermukim di pulau Jawa (66%), Sumatra (21%), Kalimantan (6%), Sulawesi (4%), Bali (4%) dan Nusa Tenggara (1%).
Terungkap beberapa fakta menarik bahwa sebanyak 25% responden menggunakan digital payment karena memberikan pengalaman yang menyenangkan dan sebanyak 26% karena merasa Iebih aman, nyaman dan yakin.
Soeprapto Tan, Managing Director Ipsos Indonesia, meriset penggunaan digital payment dari tahun lalu karena dinilai memiliki tren yang sangat positif.
"Latar belakang adanya survei ini terkait adanya fenomena cashless society di Indonesia, dimana menurut data dari Bank Indonesia, selama tahun 2019 saja telah terjadi 4,7 juta jumlah transaksi cashless dan 128 triliun volume transaksi cashless di lndonesia, sehingga evolusi pembayaran sudah terjadi dengan pesatnya," jelas Soeprapto Tan, Managing Director Ipsos Indonesia.
Penelitian juga mengungkapkan pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kartu non tunai, terungkap e-money dan Flazz merupakan kartu yang paling sering digunakan dalam bertransaksi, dimana sebanyak 47% hanya memiliki satu kartu, 30% memiliki dua kartu dan 23% memiliki tiga atau lebih kartu non tunai.
Pengamat ekonomi, Yustinus Prastowo, menerangkan bahwa hasil temuan Ipsos ini penting karena bisa memprofil penggunaan e-wallet itu seperti apa dan regulator untuk membuat policy yang kuat.
"Yang tadinya seolah-olah fintech musuh dari perbankan namun kini perbankan dengan fintech bisa berkolaborasi. Pemerintah kini juga harus bukan hanya menjadi regulator namun menjadi pemain untuk menciptakan ekosistem digital payment yang lebih baik lagi."
Menariknya, semua ini menimbulkan dilema. Tapi dengan dilema itu kita bisa menjadi tumbuh. Semoga tiga pilar yakni pemerintah, pelaku dompet digital, dan pelanggan bisa membangun ekosistem digital payment yang sehat dan nyaman," ujar Yustinus.
(roy/roy) Next Article OVO Tarik Biaya Transfer Rp 2.500 & Masa Depan Era Bakar Uang
Selain itu, lonjakan drastis juga terjadi pada nominal nilai transaksi uang elektronik hingga 208,5%. Pada 2019 total nominal nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp 145 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar Rp 98 triliun atau hampir tiga kali lipat dibandingkan 2018 yang sebesar Rp 47 triliun.
Naiknya transaksi pembayaran uang elektronik ini disinyalir karena semakin berkembangnya dompet digital maupun fintech yang banyak digandrungi masyarakat di Indonesia saat ini.
Contohnya, hasil studi yang bertajuk Ipsos Marketing Summit 2020: Indonesia The Next Cashless Society, yang diadakan hari Rabu, (15/1/2020), melakukan survei ke 1.000 responden yang bermukim di pulau Jawa (66%), Sumatra (21%), Kalimantan (6%), Sulawesi (4%), Bali (4%) dan Nusa Tenggara (1%).
Terungkap beberapa fakta menarik bahwa sebanyak 25% responden menggunakan digital payment karena memberikan pengalaman yang menyenangkan dan sebanyak 26% karena merasa Iebih aman, nyaman dan yakin.
Soeprapto Tan, Managing Director Ipsos Indonesia, meriset penggunaan digital payment dari tahun lalu karena dinilai memiliki tren yang sangat positif.
"Latar belakang adanya survei ini terkait adanya fenomena cashless society di Indonesia, dimana menurut data dari Bank Indonesia, selama tahun 2019 saja telah terjadi 4,7 juta jumlah transaksi cashless dan 128 triliun volume transaksi cashless di lndonesia, sehingga evolusi pembayaran sudah terjadi dengan pesatnya," jelas Soeprapto Tan, Managing Director Ipsos Indonesia.
Penelitian juga mengungkapkan pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kartu non tunai, terungkap e-money dan Flazz merupakan kartu yang paling sering digunakan dalam bertransaksi, dimana sebanyak 47% hanya memiliki satu kartu, 30% memiliki dua kartu dan 23% memiliki tiga atau lebih kartu non tunai.
Pengamat ekonomi, Yustinus Prastowo, menerangkan bahwa hasil temuan Ipsos ini penting karena bisa memprofil penggunaan e-wallet itu seperti apa dan regulator untuk membuat policy yang kuat.
"Yang tadinya seolah-olah fintech musuh dari perbankan namun kini perbankan dengan fintech bisa berkolaborasi. Pemerintah kini juga harus bukan hanya menjadi regulator namun menjadi pemain untuk menciptakan ekosistem digital payment yang lebih baik lagi."
Menariknya, semua ini menimbulkan dilema. Tapi dengan dilema itu kita bisa menjadi tumbuh. Semoga tiga pilar yakni pemerintah, pelaku dompet digital, dan pelanggan bisa membangun ekosistem digital payment yang sehat dan nyaman," ujar Yustinus.
(roy/roy) Next Article OVO Tarik Biaya Transfer Rp 2.500 & Masa Depan Era Bakar Uang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular