
Gojek & Grab Saling 'Sikut' Kuasai Pasar RI, Pemenangnya?
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
28 December 2019 09:29

Meski telah ekspansi bisnis ke luar negeri, Indonesia tetap menjadi pasar utama kedua perusahaan ini untuk bersaing, karena Indonesia menjadi negara terpadat keempat di dunia.
Saat ini Gojek sudah beroperaso di 207 kota di empat negara di Asia Tenggara, 203 di antaranya berada di Indonesia. Sementara Grab telah hadir di 339 kota di delapan negara, dan 224 ada di Indonesia.
Meski layanan Grab lebih mendominasi di wilayah Indonesia, sayangnya berdasarkan data analitik App Annie, pengguna aktif mingguan, Gojek berada lebih tinggi dibandingkan pesaingnya tahun ini. Presiden dan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo menjabarkan jika pengguna Grab banyak lantaran tergiur dengan tawaran diskon.
"Alasan mengapa banyaknya yang menggunakan Grab menurut saya karena diskon besar. Jika ada yang gratis, Anda pasti menggunakannya," terang Andre.
Secara resmi Grab menolak data yang telah di keluarkan App Annie. Grab mengklaim itu tidak mencerminkan pengguna yang sebenarnya bertransaksi di platformnya. "Ada kritik tentang perusahaan yang mengambil penilaian sangat tinggi dari pihak tertentu. Tapi kami senang dengan apa yang telah kami lakukan," tandas Maa.
Persaingan makin sengit setelah keduanya menyandang status 'unicorn'. Gojek, misalnya, saat ini berada di jalur untuk mengumpulkan hingga US$ 2,5 miliar untuk putaran Seri F, yang ditutup pada Januari 2020.
Peningkatan modal telah membuat startup asli Indonesia ini menyandang status decacorn atau valuasi di atas US$ 10 miliar.
Keduanya terus bersaing dengan mengumumkan kemitraan dan akuisisi baru hampir setiap minggu. Misalnya kesepakatan OVO dengan Grab atau Gojek mengakusisi Moka. Berdasarkan padangan para ahli pemenang dari kompetisi ini belum jelas. Meski keduanya terus menerus mengutip penelitian yang menyatakan diri masing-masing jadi pememang.
"Tidak ada yang mendapat posisi kemenangan konklusif," kata Neel Laungani, bankir Deutsche Bank. "Di luar Indonesia, Grab sulit dikalahkan, tetapi Indonesia adalah Gojek. Mereka bisa menjadi pemimpin di pasar yang bisa berakhir dengan duopoli."
(roy/roy)
Saat ini Gojek sudah beroperaso di 207 kota di empat negara di Asia Tenggara, 203 di antaranya berada di Indonesia. Sementara Grab telah hadir di 339 kota di delapan negara, dan 224 ada di Indonesia.
Meski layanan Grab lebih mendominasi di wilayah Indonesia, sayangnya berdasarkan data analitik App Annie, pengguna aktif mingguan, Gojek berada lebih tinggi dibandingkan pesaingnya tahun ini. Presiden dan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo menjabarkan jika pengguna Grab banyak lantaran tergiur dengan tawaran diskon.
Secara resmi Grab menolak data yang telah di keluarkan App Annie. Grab mengklaim itu tidak mencerminkan pengguna yang sebenarnya bertransaksi di platformnya. "Ada kritik tentang perusahaan yang mengambil penilaian sangat tinggi dari pihak tertentu. Tapi kami senang dengan apa yang telah kami lakukan," tandas Maa.
Persaingan makin sengit setelah keduanya menyandang status 'unicorn'. Gojek, misalnya, saat ini berada di jalur untuk mengumpulkan hingga US$ 2,5 miliar untuk putaran Seri F, yang ditutup pada Januari 2020.
Peningkatan modal telah membuat startup asli Indonesia ini menyandang status decacorn atau valuasi di atas US$ 10 miliar.
Keduanya terus bersaing dengan mengumumkan kemitraan dan akuisisi baru hampir setiap minggu. Misalnya kesepakatan OVO dengan Grab atau Gojek mengakusisi Moka. Berdasarkan padangan para ahli pemenang dari kompetisi ini belum jelas. Meski keduanya terus menerus mengutip penelitian yang menyatakan diri masing-masing jadi pememang.
"Tidak ada yang mendapat posisi kemenangan konklusif," kata Neel Laungani, bankir Deutsche Bank. "Di luar Indonesia, Grab sulit dikalahkan, tetapi Indonesia adalah Gojek. Mereka bisa menjadi pemimpin di pasar yang bisa berakhir dengan duopoli."
(roy/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular