
Updated
OVO Kenakan Biaya Transfer Rp 2500, Begini Tanggapan Pengamat
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
04 November 2019 15:32

Jakarta, CNBC Indonesia - OVO meniru langkah GoPay dengan mengenakan biaya transfer pada penggunanya. OVO mengenakan biaya Rp 2500 per transaksi sama dengan GoPay. Biaya ini mulai berlaku 12 Desember 2019 bagi pengguna OVO Cash.
Peneliti INDEF Bhima Yudistira mengatakan saat ini sudah terlihat adanya gejala menyetop aksi bakar bakar uang di startup. Ada beberapa faktor e-wallet stop bakar uang adalah investor sudah meminta uang yang dibakar agar cepat kembali, lalu kesulitan mendapatkan investor atau venture capital baru untuk lakukan bakar uang.
"Nah, yang paling saya khawatirkan itu beberapa investor memandang tahun 2020 akan ada resesi global yang berdampak pada resiko investasi yang mereka tanam di e-wallet. Jadi mereka mulai sekarang mulai lakukan rasionalisasi, dan bakar uang akan di setop," ujar Bhima Yudistira kepada CNBC Indonesia, Senin (3/11/2019).
Bhima menambahkan dampak bakar uang juga sebenarnya kurang bagus bagi persaingan usaha. Konsumen sekarang memakai e-wallet bukan karena efisiensi transaksi, atau kecepatan transaksi tapi karena banyaknya promo dan cashback yang ditawarkan.
"Ini kan jadi jauh dari tujuan inklusi keuangan. Kalau promonya selesai, ya konsumen balik lagi bahkan ke uang cash atau pembayaran konvensional. Ini perlu diatur oleh KPPU, agar tujuan persaingan usaha yang sehat di pembayaran digital bisa berkelanjutan dan sehat," terangnya.
Bhima menambahkan perusahaan e-wallet seperti OVO dan GoPay melakukan aneka promo, cashback hingga gratis biaya transfer sebagai cara memperbesar kue pangsa pasar (market share) di Indonesia. Perusahaan yang akan jadi pemenang utama, pastinya yang kuat lakukan bakar uang secara besar-besaran.
"Masalahnya strategi bakar uang dengan terus menerus menanggung biaya transfer antar bank ada ujungnya," ujarnya.
Dalam penjelasannya resminya, manajemen OVO menyatakan bahwa saat ini OVO berada dalam kondisi pendanaan yang baik untuk menjalankan operasional maupun brand marketing guna mendukung pertumbuhan serta keberlanjutan bisnis di Indonesia.
"Pemberlakuan biaya transfer merupakan salah satu upaya wajar yang dilakukan oleh pelaku industri keuangan, baik perbankan maupun teknologi finansial, untuk menjamin keberlangsungan bisnis, sehingga tidak ada hubungan langsung antara pemberlakuan biaya transfer dengan pendanaan operasional OVO," jelas OVO seperti dikutip Jumat (15/11/2019).
*Keterangan Updated Artikel: Redaksi telah menambahkan pernyataan dari Manajemen OVO dan mengubah judul dari artikel yang sebelumnya 'Kenakan Biaya Transfer Rp 2500, OVO Kesulitan Dapat Investor?'
(roy/roy) Next Article OVO Tarik Biaya Transfer Rp 2.500, Netizen: Kok Ada Biayanya?
Peneliti INDEF Bhima Yudistira mengatakan saat ini sudah terlihat adanya gejala menyetop aksi bakar bakar uang di startup. Ada beberapa faktor e-wallet stop bakar uang adalah investor sudah meminta uang yang dibakar agar cepat kembali, lalu kesulitan mendapatkan investor atau venture capital baru untuk lakukan bakar uang.
"Nah, yang paling saya khawatirkan itu beberapa investor memandang tahun 2020 akan ada resesi global yang berdampak pada resiko investasi yang mereka tanam di e-wallet. Jadi mereka mulai sekarang mulai lakukan rasionalisasi, dan bakar uang akan di setop," ujar Bhima Yudistira kepada CNBC Indonesia, Senin (3/11/2019).
"Ini kan jadi jauh dari tujuan inklusi keuangan. Kalau promonya selesai, ya konsumen balik lagi bahkan ke uang cash atau pembayaran konvensional. Ini perlu diatur oleh KPPU, agar tujuan persaingan usaha yang sehat di pembayaran digital bisa berkelanjutan dan sehat," terangnya.
Bhima menambahkan perusahaan e-wallet seperti OVO dan GoPay melakukan aneka promo, cashback hingga gratis biaya transfer sebagai cara memperbesar kue pangsa pasar (market share) di Indonesia. Perusahaan yang akan jadi pemenang utama, pastinya yang kuat lakukan bakar uang secara besar-besaran.
"Masalahnya strategi bakar uang dengan terus menerus menanggung biaya transfer antar bank ada ujungnya," ujarnya.
Dalam penjelasannya resminya, manajemen OVO menyatakan bahwa saat ini OVO berada dalam kondisi pendanaan yang baik untuk menjalankan operasional maupun brand marketing guna mendukung pertumbuhan serta keberlanjutan bisnis di Indonesia.
"Pemberlakuan biaya transfer merupakan salah satu upaya wajar yang dilakukan oleh pelaku industri keuangan, baik perbankan maupun teknologi finansial, untuk menjamin keberlangsungan bisnis, sehingga tidak ada hubungan langsung antara pemberlakuan biaya transfer dengan pendanaan operasional OVO," jelas OVO seperti dikutip Jumat (15/11/2019).
*Keterangan Updated Artikel: Redaksi telah menambahkan pernyataan dari Manajemen OVO dan mengubah judul dari artikel yang sebelumnya 'Kenakan Biaya Transfer Rp 2500, OVO Kesulitan Dapat Investor?'
(roy/roy) Next Article OVO Tarik Biaya Transfer Rp 2.500, Netizen: Kok Ada Biayanya?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular