
Isu Lippo Hengkang & Strategi OVO Bakar Uang Demi Efisiensi
Roy Franedya, CNBC Indonesia
14 November 2019 13:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Lippo Group dikabarkan akan hengkang dari OVO karena tak kuat menyuntikkan dana lagi ke dompet digital ini. Kabarnya OVO mengeluarkan biaya US$50 juta (Rp 700 miliar) per bulan.
Kabar ini dibantah oleh manajemen Lippo dan OVO. Kedua manajemen menyebut kabar ini tidak benar.
OVO memang cukup gencar membayar uang untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Riset iPrice dan App Annie sejak kuartal III-2018, OVO telah menjadi dompet digital paling populer nomor dua di Indonesia setelah GoPay padahal OVO baru beroperasi selama dua tahun.
Namun langkah OVO untuk mengurangi bakar uang sudah mulai terlihat. Indikasinya lewat penerapan biaya transfer ke bank Rp 2.500 per transaksi. Kebijakan ini berlaku mulai Desember 2019. Sebelumnya layanan tak dikenakan biaya alias gratis.
Director of Enterprise Payment OVO Harianto Gunawan mengatakan kebijakan biaya transaksi ini diterapkan OVO karena didorong oleh regulator dan berbagai pihak guna menciptakan bisnis yang berkelanjutan (sustainable).
"Kita juga meng-encourage supaya bisa terus berinovasi memberikan semua yang terbaik kepada konsumen. Sekarang ini sudah common ya, dimana-mana sudah ada transfer bank. Jadi transfer hampir di beberapa platform dan juga di beberapa bank sudah ada biaya dan lain-lain," ujarnya ketika ditemui di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Harianto Gunawan menambahkan biaya transfer yang dibebankan pada konsumen tidak ketinggian tetapi cukup kompetitif.
"Sebenarnya kalau kita lihat kan transfer bank di manapun sama dan pasti kami memberikan yang sangat kompetitif dan dari sisi fitur juga real time kita berikan keamanan dan kenyamanan," jelasnya.
(roy/dru) Next Article OVO Kenakan Biaya Transfer Rp 2500, Begini Tanggapan Pengamat
Kabar ini dibantah oleh manajemen Lippo dan OVO. Kedua manajemen menyebut kabar ini tidak benar.
OVO memang cukup gencar membayar uang untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Riset iPrice dan App Annie sejak kuartal III-2018, OVO telah menjadi dompet digital paling populer nomor dua di Indonesia setelah GoPay padahal OVO baru beroperasi selama dua tahun.
Director of Enterprise Payment OVO Harianto Gunawan mengatakan kebijakan biaya transaksi ini diterapkan OVO karena didorong oleh regulator dan berbagai pihak guna menciptakan bisnis yang berkelanjutan (sustainable).
"Kita juga meng-encourage supaya bisa terus berinovasi memberikan semua yang terbaik kepada konsumen. Sekarang ini sudah common ya, dimana-mana sudah ada transfer bank. Jadi transfer hampir di beberapa platform dan juga di beberapa bank sudah ada biaya dan lain-lain," ujarnya ketika ditemui di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Harianto Gunawan menambahkan biaya transfer yang dibebankan pada konsumen tidak ketinggian tetapi cukup kompetitif.
"Sebenarnya kalau kita lihat kan transfer bank di manapun sama dan pasti kami memberikan yang sangat kompetitif dan dari sisi fitur juga real time kita berikan keamanan dan kenyamanan," jelasnya.
(roy/dru) Next Article OVO Kenakan Biaya Transfer Rp 2500, Begini Tanggapan Pengamat
Most Popular