
Bukalapak PHK Karyawan & Kurangnya Sokongan Investor Kakap
Roy Franedya, CNBC Indonesia
17 September 2019 13:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Bukalapak memilih langkah realitis. Startup unicorn tanah air ini memilih untuk merampingkan organisasi dengan PHK karyawan dan merubah fokus bisnis untuk mengejar profit dan keberlanjutan perusahaan ketimbang pertumbuhan.
Bukalapak mengumumkan PHK sekitar 100 karyawan dari berbagai divisi. Hal ini merupakan keputusan dewan direksi tanpa intervensi dari investor.
Chief Strategy Officer (CSO) Bukalapak Teddy Oetomo mengatakan bisa saja Bukalapak mengumpulkan lebih banyak dana dari investor baru atau investor eksisiting untuk mempertahankan karyawan yang ada.
Tetapi itu "tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang," ujar Teddy Oetomo. "Secara potensial, akan ada waktu - saya tidak tahu kapan - uang murah itu mungkin berhenti mengalir," katanya. "Kami tidak bisa mengendalikan itu."
Tetapi perusahaan dapat bersiap menghadapi itu. "Jika hal seperti itu terjadi, kami sudah menjadi perusahaan yang berkelanjutan, dan karena itu kami tidak akan terkena dampak terlalu banyak," ujarnya seperti dikutip dari Nikkei Asian Review, Selasa (17/9/2019).
Bagi analis OANDA di Singapura Jeffrey Halley, beberapa startup unicorn yang sudah memasuki usia matang harus menghadapi kenyataan selera investor kini berubah. Kini mereka lebih pelit untuk berinvestasi pada startup yang merugi yang tidak terlihat profitablitasnya dalam jangka pendek.
"Unicorn harus menghadapi kenyataan menjalankan bisnis tidak menguntungkan dengan kedok 'ekspansi' alih-alih menguangkannya akan lebih sulit di tahun 2020. [Bagi investor] skala tidak lagi menjadi proposisi unik yang bisa dijual ketika teknologi membuat hambatan masuk relatif rendah," jelasnya.
Lanjut ke halaman selanjutnya >>>
Bukalapak mengumumkan PHK sekitar 100 karyawan dari berbagai divisi. Hal ini merupakan keputusan dewan direksi tanpa intervensi dari investor.
Chief Strategy Officer (CSO) Bukalapak Teddy Oetomo mengatakan bisa saja Bukalapak mengumpulkan lebih banyak dana dari investor baru atau investor eksisiting untuk mempertahankan karyawan yang ada.
Tetapi perusahaan dapat bersiap menghadapi itu. "Jika hal seperti itu terjadi, kami sudah menjadi perusahaan yang berkelanjutan, dan karena itu kami tidak akan terkena dampak terlalu banyak," ujarnya seperti dikutip dari Nikkei Asian Review, Selasa (17/9/2019).
Bagi analis OANDA di Singapura Jeffrey Halley, beberapa startup unicorn yang sudah memasuki usia matang harus menghadapi kenyataan selera investor kini berubah. Kini mereka lebih pelit untuk berinvestasi pada startup yang merugi yang tidak terlihat profitablitasnya dalam jangka pendek.
"Unicorn harus menghadapi kenyataan menjalankan bisnis tidak menguntungkan dengan kedok 'ekspansi' alih-alih menguangkannya akan lebih sulit di tahun 2020. [Bagi investor] skala tidak lagi menjadi proposisi unik yang bisa dijual ketika teknologi membuat hambatan masuk relatif rendah," jelasnya.
Lanjut ke halaman selanjutnya >>>
Next Page
Tak disokong SoftBank
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular