Korsel & Jepang Diambang 'Perang' Teknologi, RI Jadi Korban?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
26 July 2019 15:51
Dampaknya Pada Pasokan Global
Foto: Kampanye spanduk untuk memboikot produk Jepang terlihat di sebuah pasar di Seoul, Korea Selatan, (20/7/2019). (REUTERS/Heo Ran)
Apabila ketegangan politik antara kedua negara tidak menemui titik temu, analis memperkirakan bahwa akan kekacauan pada pasokan material semikonduktor yang merupakan bahan baku penting untuk membuat komputer, ponsel, dan display layer.

Negeri Gingseng adalah rumah bagi perusahaan raksasa semikonduktor seperti Samsung Electronics dan SK Hynix, yang memasok 61% komponen yang digunakan dalam memproduksi chip memori global, tulis IHS Markit, seperti dilansir CNBC International.


Lebih lanjut melansir situs UNComtrade Database, komoditas semikonduktor yang digunakan untuk keperluan produksi alat elektronik masuk dalam kode HS 8486 dan 8541. Di tahun 2018, total ekspor produk HS 8486 tercatat sebesar US$ 79,48 miliar, dimana sekitar 12% dieskpor Jepang, dan sekitar 8% diekspor dari Korsel.

Lalu total ekspor produk HS 8541 tercatat senilai US$ 74,57 miliar, yang sekitar 31% dikirimkan dari Jepang dan 11% diekspor dari Korsel.

Alhasil bisa dikatakan kedua negara tersebut merupakan pelaku utama yang memasok material semikonduktor ke pasar global.

Korsel & Jepang Diambang 'Perang' Teknologi, RI Jadi Korban?Foto: Ekspor produk semikondaktor (ist)

Jika barrier untuk mengekspor 3 bahan kimia ke Korsel tidak dicabut Jepang maka produksi dari penjualan semikonduktor asal Negeri Ginseng akan terganggu, dan hal ini akan mengakibatkan pada penurunan drastis akan pasokan memori chip dunia yang berujung pada peningkatan harga, ujar Biswas dari HIS Markit, dilansir CNBC International.

"Produk akhir, termasuk server, ponsel, komputer PC, dan berbagai produk konsumen akan sangat terpengaruh," tambah Biswas.


Lebih lanjut, berdasarkan data UNComtrade, pada tahun lalu total impor Indonesia sebesar US$ 188,71 miliar, dimana impor produk dari Korsel dan Jepang dengan kode HS 8541 dan 8486 hanya mencapai US$ 139,42 juta atau setara 0,07%. Jadi, Indonesia sejatinya tidak terlalu banyak memesan bahan semikonduktor.

Meskipun demikian, besar kemungkinan Indonesia dapat terkena dampak dari sisi lain, yaitu investasi dan transaksi perdagangan internasional

Lanjut ke halaman berikutnya>>>


(dwa/roy)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular