Diblokir Trump, Huawei Kehilangan Pendapatan Rp 426 T
Roy Franedya, CNBC Indonesia
18 June 2019 11:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan daftar hitam (blacklist) Presiden Donald Trump ternyata memberikan pukulan keras pada Huawei Technologies. Kebijakan ini memaksa Huawei untuk memangkas proyeksi pendapatannya.
Pendiri sekaligus chief executive Huawei Ren Zhengfei mengatakan kebijakan tersebut membuat Huawei kehilangan pendapatan US$30 miliar atau setara Rp 426 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.200).
Proyeksi ini menjadi kejutan setelah berminggu-minggu manajemen Huawei berusaha membantah dampak signifikan blacklist pemerintah AS. Departemen Perdagangan AS memasukkan Huawei ke daftar hitam (blacklist), di mana raksasa teknologi ini tidak bisa berbisnis dengan perusahaan AS tanpa izin pemerintah.
Larangan ini memaksa perusahaan termasuk Google dan produsen chip AS untuk memasok dan menjual teknologi kepada Huawei.
"Kami tidak menyangka mereka akan menyerang kami dalam begitu banyak aspek," ujar Ren Zhengfei seperti dikutip dari Reuters, Selasa (18/6/2019), seraya menambahkan ia mengharapkan kebangkitan bisnisnya pada 2021.
"Kami tidak dapat memperoleh pasokan komponen, tidak dapat berpartisipasi dalam banyak organisasi internasional, tidak dapat bekerja sama dengan banyak universitas, tidak dapat menggunakan apa pun dengan komponen A.S., dan bahkan tidak dapat membuat koneksi dengan jaringan yang menggunakan komponen tersebut."
(roy/prm) Next Article AS-China Damai, Trump Malah Tambah Galak ke Huawei
Pendiri sekaligus chief executive Huawei Ren Zhengfei mengatakan kebijakan tersebut membuat Huawei kehilangan pendapatan US$30 miliar atau setara Rp 426 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.200).
Proyeksi ini menjadi kejutan setelah berminggu-minggu manajemen Huawei berusaha membantah dampak signifikan blacklist pemerintah AS. Departemen Perdagangan AS memasukkan Huawei ke daftar hitam (blacklist), di mana raksasa teknologi ini tidak bisa berbisnis dengan perusahaan AS tanpa izin pemerintah.
![]() |
"Kami tidak menyangka mereka akan menyerang kami dalam begitu banyak aspek," ujar Ren Zhengfei seperti dikutip dari Reuters, Selasa (18/6/2019), seraya menambahkan ia mengharapkan kebangkitan bisnisnya pada 2021.
"Kami tidak dapat memperoleh pasokan komponen, tidak dapat berpartisipasi dalam banyak organisasi internasional, tidak dapat bekerja sama dengan banyak universitas, tidak dapat menggunakan apa pun dengan komponen A.S., dan bahkan tidak dapat membuat koneksi dengan jaringan yang menggunakan komponen tersebut."
(roy/prm) Next Article AS-China Damai, Trump Malah Tambah Galak ke Huawei
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular