
Mau Indonesia Punya Perusahaan Sehebat Huawei? Ini Syaratnya
S. Pablo I. Pareira, CNBC Indonesia
17 June 2019 18:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia bisa bermimpi punya perusahaan telekomunikasi sekelas Huawei Technologies Co. Ltd. yang berhasil menguasai teknologi 5G hingga membuat Presiden AS Donald Trump dibuat ketar-ketir.
Untuk mewujudkan mimpi itu, industri elektronika perlu untuk berbenah diri, mulai dari memproduksi komponen paling kecil yang menjadi komponen vital semua peralatan elektronik, yakni integrated circuit (chip), yang umumnya disebut industri semikonduktor.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Harjanto mengungkapkan pihaknya sedang berupaya mendorong beberapa investasi baru, khususnya di industri komponen semikonduktor.
Ia menyebut industri hilir (downstream) elektronik di Indonesia sudah cukup banyak saat ini, sehingga sudah waktunya pendalaman industri digeser ke arah industri antara (midstream) dan hulu (upstream).
"Kita ingin dorong dari industri antara ke hulu untuk bisa dibangun di dalam negeri," kata Harjanto kepada CNBC Indonesia usai rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Senin (17/6/2019).
Untuk itu, beberapa waktu lalu da berkunjung ke Taiwan untuk menarik industri semikonduktor agar mau berinvestasi di Indonesia. Ia beralasan, komponen dari semikonduktor ini dapat digunakan pada hampir seluruh peralatan elektronik dan peralatan rumah tangga, tidak terbatas pada telepon seluler (ponsel) atau komputer.
"Component part dari semikonduktor ini bisa lari ke mana-mana. Memang kita sudah punya satu industri semikonduktor di Batam, tapi kita ingin lebih banyak lagi di dalam negeri," imbuhnya.
Perusahaan semikonduktor terbesar di dunia ada di Taiwan, bernama Taiwan Semiconductor Manufacturing Company Ltd. (TSMC). Perusahaan raksasa ini membawahi banyak perusahaan produsen chip seperti Qualcomm dan Wafertech.
Kendati demikian, Harjanto menyebut belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan TSMC. Dia menyebut banyak faktor yang menjadi hambatan, seperti nilai investasi yang besar serta iklim investasi di dalam negeri.
"Memang semikonduktor itu industri yang cukup besar investasinya, perlu pendekatan khusus supaya industri ini tertarik ke dalam negeri. Mereka pernah menyampaikan bahwa di beberapa negara lain lebih atraktif untuk investasi. Kita coba pikirkan beberapa hal untuk mengakomodir kebutuhan mereka," jelasnya.
(hoi/hoi) Next Article Soal Huawei & Kanada, China Sebut AS Trouble Maker
Untuk mewujudkan mimpi itu, industri elektronika perlu untuk berbenah diri, mulai dari memproduksi komponen paling kecil yang menjadi komponen vital semua peralatan elektronik, yakni integrated circuit (chip), yang umumnya disebut industri semikonduktor.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Harjanto mengungkapkan pihaknya sedang berupaya mendorong beberapa investasi baru, khususnya di industri komponen semikonduktor.
Ia menyebut industri hilir (downstream) elektronik di Indonesia sudah cukup banyak saat ini, sehingga sudah waktunya pendalaman industri digeser ke arah industri antara (midstream) dan hulu (upstream).
"Kita ingin dorong dari industri antara ke hulu untuk bisa dibangun di dalam negeri," kata Harjanto kepada CNBC Indonesia usai rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Senin (17/6/2019).
Untuk itu, beberapa waktu lalu da berkunjung ke Taiwan untuk menarik industri semikonduktor agar mau berinvestasi di Indonesia. Ia beralasan, komponen dari semikonduktor ini dapat digunakan pada hampir seluruh peralatan elektronik dan peralatan rumah tangga, tidak terbatas pada telepon seluler (ponsel) atau komputer.
"Component part dari semikonduktor ini bisa lari ke mana-mana. Memang kita sudah punya satu industri semikonduktor di Batam, tapi kita ingin lebih banyak lagi di dalam negeri," imbuhnya.
Perusahaan semikonduktor terbesar di dunia ada di Taiwan, bernama Taiwan Semiconductor Manufacturing Company Ltd. (TSMC). Perusahaan raksasa ini membawahi banyak perusahaan produsen chip seperti Qualcomm dan Wafertech.
Kendati demikian, Harjanto menyebut belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan TSMC. Dia menyebut banyak faktor yang menjadi hambatan, seperti nilai investasi yang besar serta iklim investasi di dalam negeri.
"Memang semikonduktor itu industri yang cukup besar investasinya, perlu pendekatan khusus supaya industri ini tertarik ke dalam negeri. Mereka pernah menyampaikan bahwa di beberapa negara lain lebih atraktif untuk investasi. Kita coba pikirkan beberapa hal untuk mengakomodir kebutuhan mereka," jelasnya.
(hoi/hoi) Next Article Soal Huawei & Kanada, China Sebut AS Trouble Maker
Most Popular