Diblokir Trump, Pendiri: Huawei Punya Kehidupan Baru di 2021
Roy Franedya, CNBC Indonesia
17 June 2019 17:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri sekaligus chief executive Huawei Technologies Ren Zhengfei kembali buka-bukaan soal sanksi Amerika Serikat (AS) kepada perusahaannya. Ren Zhengfei mengaku tidak menyangka AS akan memasukkan Huawei dalam daftar hitam (blacklist).
Pernyataan ini disampaikan Ren Zhengfei dalam sebuah acara diskusi panel "A coffee with Ren". Diskusi ini juga menghadirkan panelis dua ahli teknologi AS, George Gilder dan Nicholas Negroponte.
Kebijakan Presiden Donald Trump memasukkan Huawei dalam daftar hitam diperkirakan akan menyebabkan penjualan raksasa teknologi itu anjlok US$30 miliar. Ren Zhengfei mengonfirmasi penjualan ponsel pintar di luar negeri akan turun 40%. Pendapatan perusahaan pada 2019 dan 2020 akan berada di kisaran US$100 miliar.
"Kami tidak menyangka AS akan menyerang kami dengan tekad seperti itu dan dalam skala besar," ujar Ren Zhengfei, South China Morning Post melaporkan dan dikutip CNBC Indonesia, Senin (17/6/2019). "Kami membuat beberapa persiapan, seperti untuk bagian bisnis inti, tetapi kami tidak dapat melindungi beberapa bagian sekunder [dari bisnis kami]."
Pada pertengahan Mei lalu, AS memasukkan Huawei dalam daftar hitam dengan alasan keamanan nasional. Dampaknya, Huawei dilarang berbisnis dengan perusahaan AS tanpa izin pemerintah. Departemen perdagangan AS juga bisa membatalkan aksi korporasi Huawei di China.
Huawei juga sedang menghadapi serangkaian tuntutan dari pemerintah AS, termasuk mencuri rahasia dagang dan berbisnis dengan Iran melalui anak perusahaan dengan menggunakan perusahaan AS padahal Iran sedang dijatuhi sanksi ekonomi oleh AS.
Huawei telah berulang kali membantah tuduhan ini, bahkan menuding kembali AS kekurangan bukti.
Manajer pemasaran dan penjualan di Huawei secara internal memprediksi akan terjadi penurunan penjualan smartphone di luar negeri antara 40 juta hingga 60 juta unit.
"[Huawei] akan melihat kehidupan baru di tahun 2021," kata Ren Zhengfei. "[Tapi] kami akan memiliki banyak versi untuk beralih, dan itu akan memakan waktu," tambahnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Ren Zhengfei mengatakan meskipun skala serangan AS tidak terduga, Huawei diperkirakan tidak perlu sampai harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran meskipun konsolidasi bisnis dan peninjauan operasi dilakukan secara berkala.
Pada bulan Mei lalu, kepala bisnis seluler Huawei Richard Yu mengatakan Huawei sedang mengembangkan OS sendiri yang akan digunakan sebagai pengganti Android. Kemungkinan OS inia akan diluncurkan paling lambat akhir musim semi tahun depan. OS ini akan bisa mendukung ekosistem termasuk smartphone, komputer, tablet, TV, mobil pintar, dan smart wear.
Simak video tentang Huawei di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/prm) Next Article Huawei Sudah Move On dari Google Android, Ini Buktinya
Pernyataan ini disampaikan Ren Zhengfei dalam sebuah acara diskusi panel "A coffee with Ren". Diskusi ini juga menghadirkan panelis dua ahli teknologi AS, George Gilder dan Nicholas Negroponte.
Kebijakan Presiden Donald Trump memasukkan Huawei dalam daftar hitam diperkirakan akan menyebabkan penjualan raksasa teknologi itu anjlok US$30 miliar. Ren Zhengfei mengonfirmasi penjualan ponsel pintar di luar negeri akan turun 40%. Pendapatan perusahaan pada 2019 dan 2020 akan berada di kisaran US$100 miliar.
"Kami tidak menyangka AS akan menyerang kami dengan tekad seperti itu dan dalam skala besar," ujar Ren Zhengfei, South China Morning Post melaporkan dan dikutip CNBC Indonesia, Senin (17/6/2019). "Kami membuat beberapa persiapan, seperti untuk bagian bisnis inti, tetapi kami tidak dapat melindungi beberapa bagian sekunder [dari bisnis kami]."
![]() |
Pada pertengahan Mei lalu, AS memasukkan Huawei dalam daftar hitam dengan alasan keamanan nasional. Dampaknya, Huawei dilarang berbisnis dengan perusahaan AS tanpa izin pemerintah. Departemen perdagangan AS juga bisa membatalkan aksi korporasi Huawei di China.
Huawei juga sedang menghadapi serangkaian tuntutan dari pemerintah AS, termasuk mencuri rahasia dagang dan berbisnis dengan Iran melalui anak perusahaan dengan menggunakan perusahaan AS padahal Iran sedang dijatuhi sanksi ekonomi oleh AS.
Huawei telah berulang kali membantah tuduhan ini, bahkan menuding kembali AS kekurangan bukti.
Manajer pemasaran dan penjualan di Huawei secara internal memprediksi akan terjadi penurunan penjualan smartphone di luar negeri antara 40 juta hingga 60 juta unit.
![]() |
"[Huawei] akan melihat kehidupan baru di tahun 2021," kata Ren Zhengfei. "[Tapi] kami akan memiliki banyak versi untuk beralih, dan itu akan memakan waktu," tambahnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Ren Zhengfei mengatakan meskipun skala serangan AS tidak terduga, Huawei diperkirakan tidak perlu sampai harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran meskipun konsolidasi bisnis dan peninjauan operasi dilakukan secara berkala.
Pada bulan Mei lalu, kepala bisnis seluler Huawei Richard Yu mengatakan Huawei sedang mengembangkan OS sendiri yang akan digunakan sebagai pengganti Android. Kemungkinan OS inia akan diluncurkan paling lambat akhir musim semi tahun depan. OS ini akan bisa mendukung ekosistem termasuk smartphone, komputer, tablet, TV, mobil pintar, dan smart wear.
Simak video tentang Huawei di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/prm) Next Article Huawei Sudah Move On dari Google Android, Ini Buktinya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular