
10 Startup Potensial Terjaring Grab Venture Velocity
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
18 June 2019 14:18

Jakarta, CNBC Indonesia- Sepuluh startup terpilih mengikuti Grab Venture Velocity (GVV) angkatan kedua. Tujuh dari 10 start up yang terpilih tersebut berasal dari Indonesia.
GVV merupakan ajang pencarian bakat bagi start up, dimana Grab sendiri mengevaluasi lebih dari 150 startup di Asia Tenggara. GVV adalah program andalan untuk peningkatan lebih lanjut dari Grab bagi post-seed startup.
Presiden Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata mengatakan, Grab percaya dalam menciptakan teknologi untuk kebaikan (tech for good) dan melalui Grab Ventures Velocity ingin mendorong akselerasi jutaan startup dan pengusaha mikro untuk membangun Asia Tenggara yang lebih kuat.
"Pada angkatan pertama, kami mendukung beberapa startup di Indonesia seperti BookMyShow dan Sejasa, memberikan bimbingan untuk mencapai tujuan bisnis yang lebih baik dan menyelesaikan masalah sosial," katanya dalam sambutannya di Grand Hyatt Jakarta, Senin (17/6/2019).
Startup GVV Angkatan 2 akan menguji proyek awal mereka dalam ekosistem Grab. Dibandingkan dengan proyek awal Angkatan 1 yang hanya diintegrasikan pada aplikasi Grab, proyek awal Angkatan 2 akan dilakukan pada beberapa channel.
Menyesuaikan dengan layanan yang mereka tawarkan, startup Angkatan 2 ini akan menguji proyek awal mereka melalui aplikasi Grab, basis merchant GrabFood, atau jaringan agen Kudo.
Melalui jaringan agen Kudo yang tersebar di lebih dari 500 kota di Indonesia, Kudo akan memberikan kesempatan bagi startup terpilih untuk menerapkan ide dan inovasi bisnisnya untuk bekerja sama dalam memberdayakan warung agar dapat terlibat dalam kemajuan teknologi.
Program GVV akan berlangsung selama 16 minggu setelah kesepuluh startup melakukan pitching kepada Grab. Startup yang berhasil akan mendapat kesempatan untuk berkolaborasi bersama Grab dalam bentuk pendanaan atau kemitraan komersial.
Grab juga bermitra dengan Sinar Mas Land untuk mendukung GVV Angkatan 2 dengan aset strategis perusahaan dimana BSD City akan menjadi lokasi diselenggarakannya GVV. BSD Smart Digital City dikembangkan untuk menjadi tempat berkumpulnya bakat digital dan area ekonomi digital yang kondusif.
Adapun kesepuluh startup yang mengikuti dalam GVV tersebut adalah:
1. Eragano, Indonesia: platform digital yang menawarkan dukungan komprehensif bagi petani berskala kecil untuk mengoptimalkan operasional pertanian. Dukungan yang diberikan termasuk dukungan melalui pinjaman, pelatihan, hingga persediaan alat pertanian.
2. Glife, Singapura: online to offline platform yang menghubungkan petani dengan restoran, mengurangi tahap orang penengah dalam proses rantai pasokan. Hasilnya akan memastikan kualitas hasil pertanian serta penurunan biaya ke merchants.
3. Sayurbox, Indonesia: platform diatribusi farm-to-table yang didukung teknologi, membawa produk organik segar langsung dari petani hingga ke pembeli.
4. TaniHub, Indonesia: online marketplace yang menghubungkan petani dengan pasar yang lebih besar dan memberikan layanan kepada perorangan dan juga UMKM.
5. Treedots, Singapura: solusi online bagi bisnis untuk mengurangi pemborosan produk dan persediaan yang tidak terjual. Solusi ini akan membantu menghubungkan suppliers yang memiliki produk yang belum terjual dengan pembeli, tentunya dengan harga terbaik
6. My Cash Online, Malaysia: e-Marketplace untuk migran Malaysia dan Singapura. Menawarkan layanan finansial yang mudah dan aman bagi para migran yang tidak memiliki akses terhadap kartu kredit lokal dan perbankan online
7. Pergiumrah, Indonesia: platform digital yang mengkolaborasikan berbagai perusahaan perjalanan dan menyediakan paket umrah kepada muslim
8. Porter, Indonesia: startup logistik online yang menawarkan paket pengiriman yang cepat bagi berbagai ukuran bisnis di area Jakarta.
9. Qoala, Indonesia: micro-insurance technology startup yang bertujuan untuk membuat asuransi di berbagai industri dapat diakses, terjangkau, dan mudah digunakan oleh semua orang melalui aggregated online platform.
10. Tamasia, Indonesia: platform digital yang menawarkan kemudahan membeli, menjual, dan melakukan transfer emas menggunakan smartphone.
(dob/dob) Next Article Dengan Teknologi, Grab Bantu Bajay Tetap Eksis di Jakarta
GVV merupakan ajang pencarian bakat bagi start up, dimana Grab sendiri mengevaluasi lebih dari 150 startup di Asia Tenggara. GVV adalah program andalan untuk peningkatan lebih lanjut dari Grab bagi post-seed startup.
Presiden Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata mengatakan, Grab percaya dalam menciptakan teknologi untuk kebaikan (tech for good) dan melalui Grab Ventures Velocity ingin mendorong akselerasi jutaan startup dan pengusaha mikro untuk membangun Asia Tenggara yang lebih kuat.
Startup GVV Angkatan 2 akan menguji proyek awal mereka dalam ekosistem Grab. Dibandingkan dengan proyek awal Angkatan 1 yang hanya diintegrasikan pada aplikasi Grab, proyek awal Angkatan 2 akan dilakukan pada beberapa channel.
Menyesuaikan dengan layanan yang mereka tawarkan, startup Angkatan 2 ini akan menguji proyek awal mereka melalui aplikasi Grab, basis merchant GrabFood, atau jaringan agen Kudo.
Melalui jaringan agen Kudo yang tersebar di lebih dari 500 kota di Indonesia, Kudo akan memberikan kesempatan bagi startup terpilih untuk menerapkan ide dan inovasi bisnisnya untuk bekerja sama dalam memberdayakan warung agar dapat terlibat dalam kemajuan teknologi.
Program GVV akan berlangsung selama 16 minggu setelah kesepuluh startup melakukan pitching kepada Grab. Startup yang berhasil akan mendapat kesempatan untuk berkolaborasi bersama Grab dalam bentuk pendanaan atau kemitraan komersial.
Grab juga bermitra dengan Sinar Mas Land untuk mendukung GVV Angkatan 2 dengan aset strategis perusahaan dimana BSD City akan menjadi lokasi diselenggarakannya GVV. BSD Smart Digital City dikembangkan untuk menjadi tempat berkumpulnya bakat digital dan area ekonomi digital yang kondusif.
Adapun kesepuluh startup yang mengikuti dalam GVV tersebut adalah:
1. Eragano, Indonesia: platform digital yang menawarkan dukungan komprehensif bagi petani berskala kecil untuk mengoptimalkan operasional pertanian. Dukungan yang diberikan termasuk dukungan melalui pinjaman, pelatihan, hingga persediaan alat pertanian.
2. Glife, Singapura: online to offline platform yang menghubungkan petani dengan restoran, mengurangi tahap orang penengah dalam proses rantai pasokan. Hasilnya akan memastikan kualitas hasil pertanian serta penurunan biaya ke merchants.
3. Sayurbox, Indonesia: platform diatribusi farm-to-table yang didukung teknologi, membawa produk organik segar langsung dari petani hingga ke pembeli.
4. TaniHub, Indonesia: online marketplace yang menghubungkan petani dengan pasar yang lebih besar dan memberikan layanan kepada perorangan dan juga UMKM.
5. Treedots, Singapura: solusi online bagi bisnis untuk mengurangi pemborosan produk dan persediaan yang tidak terjual. Solusi ini akan membantu menghubungkan suppliers yang memiliki produk yang belum terjual dengan pembeli, tentunya dengan harga terbaik
6. My Cash Online, Malaysia: e-Marketplace untuk migran Malaysia dan Singapura. Menawarkan layanan finansial yang mudah dan aman bagi para migran yang tidak memiliki akses terhadap kartu kredit lokal dan perbankan online
7. Pergiumrah, Indonesia: platform digital yang mengkolaborasikan berbagai perusahaan perjalanan dan menyediakan paket umrah kepada muslim
8. Porter, Indonesia: startup logistik online yang menawarkan paket pengiriman yang cepat bagi berbagai ukuran bisnis di area Jakarta.
9. Qoala, Indonesia: micro-insurance technology startup yang bertujuan untuk membuat asuransi di berbagai industri dapat diakses, terjangkau, dan mudah digunakan oleh semua orang melalui aggregated online platform.
10. Tamasia, Indonesia: platform digital yang menawarkan kemudahan membeli, menjual, dan melakukan transfer emas menggunakan smartphone.
(dob/dob) Next Article Dengan Teknologi, Grab Bantu Bajay Tetap Eksis di Jakarta
Most Popular