
Potensinya US$130 Miliar, Ini Hambatan Ekonomi Digital RI
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
11 April 2019 15:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia seringkali disebut sebagai negara yang kaya dan memiliki potensi luar biasa. Tetapi apakah hal itu benar?
"Indonesia itu potensinya luar biasa, sebenarnya kaya. Tapi potensi mulu kapan jadinya? Jadi potensi kaya kita punya banyak barang tapi cuma dibungkus di gudang." kata Lis Sutjiiati, Special Advisory Staff to The Minister for Ministry Priority Programs Management & Digital Economy pada acara Digital Industry Job Fair, Kamis (11/4/2019), Kota Kasablanka, Jakarta Selatan.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia berpotensi, tetapi potensi masih di dalam sebuah kotak. Salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan adalah ekonomi digital.
"Harusnya dibuka dari kotaknya, sehingga semua potensi bisa berfungsi dan membawa nilai tambah," tambahnya.
Berbicara tentang potensi, sekarang Indonesia sudah masuk ke dalam jajaran negara G20 (negara dengan ekonomi terbesar di dunia), di mana sekarang berada di peringkat no.16 dalam ekonomi terbesar di dunia. Diprediksi Indonesia juga akan menjadi no.5 di dunia 10 tahun lagi tepatnya pada 2030 berdasarkan PPP GDP.
Lalu, di tahun 2030 Indonesia memiliki 135 juta penduduk yang masuk dalam kategori consuming class. Ini adalah penduduk yang sudah memikirkan untuk membelanjakan uangnya setiap harinya. Di 2030 juga, 180 juta orang Indonesia berada di usia produktif.
"Banyak usia produktif, mau dikasih kerjaan apa tuh?" ujarnya.
Ia menceritakan sejarah singkat eknomi digital di Indonesia, di mana pada awalnya belum banyak yang mengetahui topik ini ketika dibahas pada Kemenkominfo pada 2015. Sebelumnya, Ia mengatakan "pada akhir 2014 pak Presiden Jokowi bilang Pak Rudi (Menteri Kominfo Rudiantara) tolong kembangkan e-commerce dan digital ekonomi dan pastikan benefitnya tetap tinggal di Indonesia."
Digital economy Indonesia mempunyai potensinya luar biasa, tetapi Lis mengatakan ada ratusan permasalahan yang sedang di hadapi. Beberapa hal yang dia tekankan adalah: funding yang regulasinya banyak, di mana startup belum mulai tetapi sudah terkena pajak, logistik Indonesia paling mahal di dunia, Internet yang lambat dan ketersediaan talenta yang sesuai dengan kebutuhan Industri.
(roy/roy) Next Article Alasan Menteri Rudiantara Ogah Atur Ketat Startup
"Indonesia itu potensinya luar biasa, sebenarnya kaya. Tapi potensi mulu kapan jadinya? Jadi potensi kaya kita punya banyak barang tapi cuma dibungkus di gudang." kata Lis Sutjiiati, Special Advisory Staff to The Minister for Ministry Priority Programs Management & Digital Economy pada acara Digital Industry Job Fair, Kamis (11/4/2019), Kota Kasablanka, Jakarta Selatan.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia berpotensi, tetapi potensi masih di dalam sebuah kotak. Salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan adalah ekonomi digital.
Berbicara tentang potensi, sekarang Indonesia sudah masuk ke dalam jajaran negara G20 (negara dengan ekonomi terbesar di dunia), di mana sekarang berada di peringkat no.16 dalam ekonomi terbesar di dunia. Diprediksi Indonesia juga akan menjadi no.5 di dunia 10 tahun lagi tepatnya pada 2030 berdasarkan PPP GDP.
Lalu, di tahun 2030 Indonesia memiliki 135 juta penduduk yang masuk dalam kategori consuming class. Ini adalah penduduk yang sudah memikirkan untuk membelanjakan uangnya setiap harinya. Di 2030 juga, 180 juta orang Indonesia berada di usia produktif.
"Banyak usia produktif, mau dikasih kerjaan apa tuh?" ujarnya.
Ia menceritakan sejarah singkat eknomi digital di Indonesia, di mana pada awalnya belum banyak yang mengetahui topik ini ketika dibahas pada Kemenkominfo pada 2015. Sebelumnya, Ia mengatakan "pada akhir 2014 pak Presiden Jokowi bilang Pak Rudi (Menteri Kominfo Rudiantara) tolong kembangkan e-commerce dan digital ekonomi dan pastikan benefitnya tetap tinggal di Indonesia."
Digital economy Indonesia mempunyai potensinya luar biasa, tetapi Lis mengatakan ada ratusan permasalahan yang sedang di hadapi. Beberapa hal yang dia tekankan adalah: funding yang regulasinya banyak, di mana startup belum mulai tetapi sudah terkena pajak, logistik Indonesia paling mahal di dunia, Internet yang lambat dan ketersediaan talenta yang sesuai dengan kebutuhan Industri.
(roy/roy) Next Article Alasan Menteri Rudiantara Ogah Atur Ketat Startup
Most Popular