
Sri Mulyani: Habis Perang Dagang, Kini Perang Teknologi 5G
Iswari Anggit Pramesti, CNBC Indonesia
12 February 2019 12:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum usai masalah perang dagang antara AS dan China, kini muncul masalah baru. Negara-negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kekuatan teknologinya. Siapa yang menguasai teknologi, maka akan menguasai dunia.
Teknologi kali adalah teknologi jaringan internet 5G.
"Hari-hari ini, mengenai AS dan RRT [China] dalam perang dagang, muncul dimensi perang teknologi. Teknologi 5G yang dikhawatirkan akan mendominasi dan memonopoli, karena seluruh kehidupan manusia bisa terkait dan dikaitkan dengan 5G," ungkap Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (12/2/2019).
"Inovasi 5G terjadi head to head antara China dengan 5G-nya, AS berkoordinasi dengan negara Pro Barat tidak pakai teknologi 5G RRT."
Menurut Sri Mulyani, dunia terus diharapkan dengan konstalasi geopolitik yang membuat kehidupan berubah, termasuk ekonomi. "Kita sudah bahas dalam forum G20 implikas digital terhadap dunia. Karena ada otomatisasi, robot artificial intelligent yang mampu mengerjakan tugas manusia, hampir semua bisa dikerjakan dengan robot."
Hal yang menjadi ketakutan, sambung Sri Mulyani adalah munculnya prediksi dan kekhawatiran manusia akan kalah berkompetisi dengan robot. Lalu apakah robot tersebut akan dikenakan pajaknya nanti?
"Manusia mau ngapain? Itu pertanyaan yang sifatnya fundamental. Muncul ide-ide dari Kemenkeu, anda jangan anggap ini fiksi, Kemenkeu ada dalam core ini, siapa yang dapat income kalau diganti robot? Siapa yang bayar pajak? Siapa yang bangun public utility? Public services?"
"Sebagai Kemenkeu kita melihat ini, sudah diprediksi, sudah terjadi di berbagai belahan dunia. Kita tidak boleh nunggu itu terjadi baru mikir. Kebijakan fiskal, penerimaan negara, belanja negara, itu sangat terpengaruh, ada dalam corenya."
(dru/roy) Next Article Resmi! China Masuki Era Teknologi 5G Komersial
Teknologi kali adalah teknologi jaringan internet 5G.
"Hari-hari ini, mengenai AS dan RRT [China] dalam perang dagang, muncul dimensi perang teknologi. Teknologi 5G yang dikhawatirkan akan mendominasi dan memonopoli, karena seluruh kehidupan manusia bisa terkait dan dikaitkan dengan 5G," ungkap Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Menurut Sri Mulyani, dunia terus diharapkan dengan konstalasi geopolitik yang membuat kehidupan berubah, termasuk ekonomi. "Kita sudah bahas dalam forum G20 implikas digital terhadap dunia. Karena ada otomatisasi, robot artificial intelligent yang mampu mengerjakan tugas manusia, hampir semua bisa dikerjakan dengan robot."
Hal yang menjadi ketakutan, sambung Sri Mulyani adalah munculnya prediksi dan kekhawatiran manusia akan kalah berkompetisi dengan robot. Lalu apakah robot tersebut akan dikenakan pajaknya nanti?
"Manusia mau ngapain? Itu pertanyaan yang sifatnya fundamental. Muncul ide-ide dari Kemenkeu, anda jangan anggap ini fiksi, Kemenkeu ada dalam core ini, siapa yang dapat income kalau diganti robot? Siapa yang bayar pajak? Siapa yang bangun public utility? Public services?"
"Sebagai Kemenkeu kita melihat ini, sudah diprediksi, sudah terjadi di berbagai belahan dunia. Kita tidak boleh nunggu itu terjadi baru mikir. Kebijakan fiskal, penerimaan negara, belanja negara, itu sangat terpengaruh, ada dalam corenya."
(dru/roy) Next Article Resmi! China Masuki Era Teknologi 5G Komersial
Most Popular