
Perkembangan Teknologi
Kalahkan Korsel & India, Digitalisasi RI Tercepat di Dunia
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
11 February 2019 17:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan konsultan manajemen bisnis McKinsey & Company menilai, Indonesia merupakan negara dengan progress digitalisasi tercepat di dunia.
Hal itu disampaikan dalam laporan terbaru McKinsey & Company bertajuk Digital Banking in Indonesia: Building Loyalty and Generating Growth. Guillaume de Gantes, Partner, Indonesia, McKinsey & Company menyebut, pertumbuhan Indonesia lebih cepat ketimbang Taiwan, Korea Selatan atau India.
"Di tahun-tahun sebelumnya, biasanya satu orang Indonesia memiliki satu produk. Tapi sekarang satu orang Indonesia bisa memiliki 2-3 produk [layanan keuangan]. Terlebih, produknya juga sekarang bermacam-macam," tutur Guillaume saat media briefing di Jakarta, Senin (11/2/2019).
Hasil penelitian McKinsey kali ini menjabarkan dari sisi pertumbuhan internet banking, penggunaan smartphone dan overall digital Indonesia lebih unggul dibanding negara maju di Asia (developed Asia country), semisal Jepang, Korea dan Taiwan dan dibanding negara berkembang di Asia (emerging Asia country) seperti India.
Pada 2014, internet banking Indonesia tercatat tumbuh 21%, lalu di tahun 2017 mengalami kenaikan hingga 35% atau naik 1,7 kali lipat. Untuk penggunaan smartphone pada 2014 penetrasinya di Indonesia sebesar 33%, di tahun 2017 sudah naik menjadi 57% atau naik 1,7 kali lipat. Sementara, untuk overall digital tahun 2014 Indonesia mencapai 36%, dan naik 1,6 kali lipat pada 2017 menjadi 58%.
Di sisi lain, rerata pertumbuhan internet banking, penggunaan smartphone dan overall digital di negara maju asia dan negara berkembangnya hanya berkisar 1 kali lipat atau paling tinggi 1,5 kali lipat.
Pertumbuhan internet banking negara maju di Asia hanya tumbuh 1 kali lipat dari tahun 2014 ke tahun 2017. Penggunaan smartphone tumbuh 1,2 kali lipat dan secara umum penggunaan digital hanya tumbuh 1,1 kali lipat. Begitu juga dengan pertumbuhan ketiga aspek tersebut di negara berkembang Asia masing-masing hanya tumbuh 1,5 kali lipat.
Menurut Guillaume, perilaku konsumsi digital masyarakat Indonesia mengalami perubahan dari mulanya berorientasi menjaring nasabah baru. Kini, kondisi industri keuangan sudah lebih dalam lagi (deepening) seiring bertambahnya jenis produk.
Cepatnya pertumbuhan, katanya, juga disebabkan aspek komunitas yang kental di masyarakat Indonesia di mana satu konsumen akan memilih menggunakan produk lain setelah mendapatkan validasi orang terdekat atau sosialnya.
"Kalau di Tiongkok orang lebih cenderung eksperimen. Di Indonesia, pertumbuhan digitalisasi yang cepat ini juga didorong oleh aspek komunitasnya. Itu kenapa Indonesia bergerak begitu cepat," imbuhnya.
Selain itu, Indonesia juga diuntungkan dengan banyaknya pengguna smartphone. Guillaume menambahkan, tahun 2017 berdasarkan surveynya, orang Indonesia lebih banyak memiliki smartphone ketimbang rekening di bank. Artinya, ketika digital banking menjamur masyarakat Indonesia sudah siap secara teknologi.
Saksikan video tentang rencana Kemenkominfo kembangkan fintech di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article OJK: 80% Transaksi Akan Menggunakan Smartphone
Hal itu disampaikan dalam laporan terbaru McKinsey & Company bertajuk Digital Banking in Indonesia: Building Loyalty and Generating Growth. Guillaume de Gantes, Partner, Indonesia, McKinsey & Company menyebut, pertumbuhan Indonesia lebih cepat ketimbang Taiwan, Korea Selatan atau India.
"Di tahun-tahun sebelumnya, biasanya satu orang Indonesia memiliki satu produk. Tapi sekarang satu orang Indonesia bisa memiliki 2-3 produk [layanan keuangan]. Terlebih, produknya juga sekarang bermacam-macam," tutur Guillaume saat media briefing di Jakarta, Senin (11/2/2019).
Di sisi lain, rerata pertumbuhan internet banking, penggunaan smartphone dan overall digital di negara maju asia dan negara berkembangnya hanya berkisar 1 kali lipat atau paling tinggi 1,5 kali lipat.
Pertumbuhan internet banking negara maju di Asia hanya tumbuh 1 kali lipat dari tahun 2014 ke tahun 2017. Penggunaan smartphone tumbuh 1,2 kali lipat dan secara umum penggunaan digital hanya tumbuh 1,1 kali lipat. Begitu juga dengan pertumbuhan ketiga aspek tersebut di negara berkembang Asia masing-masing hanya tumbuh 1,5 kali lipat.
![]() |
Menurut Guillaume, perilaku konsumsi digital masyarakat Indonesia mengalami perubahan dari mulanya berorientasi menjaring nasabah baru. Kini, kondisi industri keuangan sudah lebih dalam lagi (deepening) seiring bertambahnya jenis produk.
Cepatnya pertumbuhan, katanya, juga disebabkan aspek komunitas yang kental di masyarakat Indonesia di mana satu konsumen akan memilih menggunakan produk lain setelah mendapatkan validasi orang terdekat atau sosialnya.
"Kalau di Tiongkok orang lebih cenderung eksperimen. Di Indonesia, pertumbuhan digitalisasi yang cepat ini juga didorong oleh aspek komunitasnya. Itu kenapa Indonesia bergerak begitu cepat," imbuhnya.
Selain itu, Indonesia juga diuntungkan dengan banyaknya pengguna smartphone. Guillaume menambahkan, tahun 2017 berdasarkan surveynya, orang Indonesia lebih banyak memiliki smartphone ketimbang rekening di bank. Artinya, ketika digital banking menjamur masyarakat Indonesia sudah siap secara teknologi.
Saksikan video tentang rencana Kemenkominfo kembangkan fintech di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article OJK: 80% Transaksi Akan Menggunakan Smartphone
Most Popular