Perkembangan Teknologi

Nilai Internet ASEAN Bakal Tembus Rp 3.528 T, Terbesar di RI

Roy Franedya, CNBC Indonesia
19 November 2018 15:24
Nilai Internet ASEAN Bakal Tembus Rp 3.528 T, Terbesar di RI
Foto: Infografis, Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai ekonomi internet di Asia Tenggara pada tahun 2025 mencapai US$240 miliar atau setara Rp 3.528 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.700). Peningkatan ini dikarenakan kian terjangkaunya penggunaan internet dan pertumbuhan bisnis internet yang cepat, seperti e-commerce dan taksi online (ride hailing).

Ini merupakan hasil penelitian terbaru dari Google dan Temasek Holdings yang dipublikasikan Senin (19/11/2018) seperti dikutip dari CNBC International. Penelitian ini berfokus pada enam negara Asia Tenggara, yakni Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina.

Nilai internet ini naik lebih dari US$40 miliar dari nilai ekonomi internet pada 2016. Akhir 2018, nilai ekonomi internet di Asia Tenggara diperkirakan mencapai sekitar US$72 miliar, naik 37% dari tahun sebelumnya, yang diukur dengan nilai penjualan bruto secara online.

Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi internet terbesar dan paling cepat di Asia Tenggara, dan diperkirakan akan tumbuh hingga US$100 miliar pada tahun 2025 dan mencapai 40% dari pengeluaran regional ini, menurut laporan tersebut.


Data seluler yang terjangkau dan peningkatan konektivitas telah menyebabkan lebih banyak pengguna internet di Asia Tenggara; lebih dari 90% dari mereka mengakses world wide web (www) melalui smartphone mereka, kata laporan tersebut.

Enam negara yang diteliti dalam laporan tersebut saat ini memiliki sekitar 350 juta pengguna internet. Pada tahun 2015 jumlahnya baru 260 juta yang menjadikan Asia Tenggara sebagai kawasan dengan pertumbuhan internet tercepat di dunia.

"Kami menambahkan sekitar 3 juta pengguna internet baru setiap bulan. Mereka mengakses internet hampir seluruhnya melalui perangkat seluler," kata Rajan Anandan, wakil presiden untuk India dan Asia Tenggara di Google.

Rajan Anandan menjelaskan bahwa untuk pengguna rata-rata di Asia Tenggara, titik koneksi pertama mereka ke internet adalah melalui internet seluler - tidak seperti di Barat, di mana orang kebanyakan pertama kali terhubung ke internet melalui koneksi tetap dari rumah mereka, kemungkinan di desktop mereka .

Dalam beberapa tahun terakhir, internet seluler juga menjadi lebih terjangkau karena harga per gigabyte data telah turun hampir 50% selama dua hingga tiga tahun terakhir, menurut Anandan.

"Karena data menjadi lebih terjangkau, mereka menghabiskan lebih banyak waktu, dan jadi pendorong kenaikan e-commerce, lebih tinggi dari sektor lain yang telah kami pelajari," kata Anandan.

Nilai Internet ASEAN Bakal Tembus Rp 3.528 T, Terbesar di RIFoto: infografis/Negara-negara dengan Internet Tercepat 2018/Aristya Rahadian krisabella

Belanja online telah menjadi sektor yang paling cepat pertumbuhan nilai ekonomi internet mencapai US$23 miliar pada tahun 2018 - perkembangan penting dalam sektor ini dibantu oleh tiga perusahaan e-commerce terbesar di Asia Tenggara, menurut laporan itu.

"Tahun ini industri e-commerce telah tumbuh lebih dari 100% secara tahunan, memiliki 120 juta konsumen yang belanja secara online pada tiga pemain teratas - Shopee, Tokopedia dan Lazada - dan menguasai 70% pasar ini," kata Rajan Anandan.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa nilai transaksi e-commerce akan melebihi US$100 miliar pada tahun 2025. Pertumbuhan ini akan dipimpin oleh Indonesia, di mana konsumen membelanjakan US$1 dari setiap nilai belanja US$2 di Asia Tenggara.

Sementara itu sektor taksi online, yang meliputi pemesanan transportasi di internet dan pengiriman online, memiliki nilai US$7,7 miliar pada 2018, dengan layanan yang menjangkau lebih dari 500 kota di Asia Tenggara karena kehadiran pemain seperti Grab dan Go-Jek. Sektor taksi online diperkirakan akan memiliki nilai hampir US$ 30 miliar pada tahun 2025.


Surganya penggalangan dana


Google dan Temasek mengeluarkan laporan ini pertama kali pada 2016. Waktu itu muncul kekhawatiran akan tidak cukupnya dana bagi perusahaan teknologi Asia Tenggara untuk mencapai potensinya, menurut Rohit Sipahimalani, Head of Investment Temasek.

"Tetapi sekarang dalam tiga tahun ini, ada sekitar US$24 miliar yang digelontorkan di Asia Tenggara, kira-kira setengah dari apa yang kami pikir akan dibutuhkan selama periode sepuluh tahun untuk memenuhi potensi," ujar Rohit Sipahimalani.

Sebagian besar dana tersebut disuntikkan pada sembilan startup unicorn Asia Tenggara. Beberapa perusahaan terkemuka juga telah menggalang dana: raksasa taksi online Asia Tenggara, Grab mengatakan sedang berada di jalur untuk mengumpulkan US$3 miliar pada akhir tahun ini; Go-Jek dilaporkan mengumpulkan sekitar US$ 1,5 miliar Februari lalu sementara Lazada menerima tambahan dana dari Alibaba sebesar US$2 miliar di bulan Maret.


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular