Perkembangan Teknologi
Hacker Curi Data Pengguna Maskapai, Anda Salah Satunya?
07 September 2018 12:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi pencurian data pengguna yang dilakukan para hacker kembali terjadi. Kali ini aksi kejahatan siber ini melanda industri penerbangan.
British Airways melaporkan telah terjadi pencurian data pelanggan selama dua minggu sejak 21 Agustus 2018. Para hacker meretas situs dan aplikasi seluler perusahaan. Ada 380.000 kartu kredit yang berpotensi datanya dicuri.
British Airways mengatakan informasi yang dicuri berupa data pribadi dan keuangan tetapi tidak berhubungan dengan data perjalanan atau paspor.
Manajemen telah menghubungi pelanggan yang datanya dicuri dan memberi tahu pihak berwenang, termasuk Information Commissioner's Office Inggris, sebuah lembaga perlindungan data dan komunikasi elektronik.
Manajemen juga menganjurkan pelanggan untuk menghubungi bank atau penerbit kartu kredit untuk meminta rekomendasi tindakan yang harus dilakukan.
"Kami sangat menyesal atas gangguan yang disebabkan oleh tindakan kriminal ini. Kami sangat melindungi data pelanggan kami. " ujar CEO British Airways, Alex Cruz, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (6/9/2018).
'Model hyper-connected'
Aksi peretasan British Airways sejatinya bukan yang pertama. Pada bulan April 2018, Delta Air Lines mengumumkan salah satu pemasoknya telah menjadi korban pencurian data dan minggu lalu Air Canada mengaku aplikasi selulernya telah diretas, berpotensi memengaruhi 20.000 orang.
Pada Mei 2018, sebuah laporan dari PA Consulting, mengatakan "model hyper-connected" di mana penumpang di bandara menginginkan internet cepat dan maskapai semakin bersentuhan dengan digital telah mengundang hacker untuk mengeksploitasi jaringan yang membuat pencurian data meningkat, Irish Times melaporkan.
Pada 2016, ada 1.000 serangan siber setiap bulannya pada sistem penerbangan, menurut Badan Keselamatan Penerbangan Eropa.
Tahun lalu, Latam Airlines dan bandara Boryspil Ukraina diserang ransomware, dan pada tahun 2016 Vietnam Airlines harus melakukan operasi di bandara secara manual setelah peretas membuat situs perusahaan tidak bisa diakses.
(roy/prm)
British Airways melaporkan telah terjadi pencurian data pelanggan selama dua minggu sejak 21 Agustus 2018. Para hacker meretas situs dan aplikasi seluler perusahaan. Ada 380.000 kartu kredit yang berpotensi datanya dicuri.
British Airways mengatakan informasi yang dicuri berupa data pribadi dan keuangan tetapi tidak berhubungan dengan data perjalanan atau paspor.
Manajemen telah menghubungi pelanggan yang datanya dicuri dan memberi tahu pihak berwenang, termasuk Information Commissioner's Office Inggris, sebuah lembaga perlindungan data dan komunikasi elektronik.
"Kami sangat menyesal atas gangguan yang disebabkan oleh tindakan kriminal ini. Kami sangat melindungi data pelanggan kami. " ujar CEO British Airways, Alex Cruz, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (6/9/2018).
'Model hyper-connected'
Aksi peretasan British Airways sejatinya bukan yang pertama. Pada bulan April 2018, Delta Air Lines mengumumkan salah satu pemasoknya telah menjadi korban pencurian data dan minggu lalu Air Canada mengaku aplikasi selulernya telah diretas, berpotensi memengaruhi 20.000 orang.
Pada Mei 2018, sebuah laporan dari PA Consulting, mengatakan "model hyper-connected" di mana penumpang di bandara menginginkan internet cepat dan maskapai semakin bersentuhan dengan digital telah mengundang hacker untuk mengeksploitasi jaringan yang membuat pencurian data meningkat, Irish Times melaporkan.
Pada 2016, ada 1.000 serangan siber setiap bulannya pada sistem penerbangan, menurut Badan Keselamatan Penerbangan Eropa.
Tahun lalu, Latam Airlines dan bandara Boryspil Ukraina diserang ransomware, dan pada tahun 2016 Vietnam Airlines harus melakukan operasi di bandara secara manual setelah peretas membuat situs perusahaan tidak bisa diakses.
Artikel Selanjutnya
Bobol Banyak Perusahaan di Dunia, Geng Hacker 'Malak' Rp 1 T
(roy/prm)