
Perkembangan Teknologi
China Getol Kembangkan Robot Industri, Kenapa?
Roy Franedya, CNBC Indonesia
29 June 2018 12:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada tahun 2014, Presiden China Xi Jinping mencetuskan revolusi robot di bidang manufaktur. Saat ini program tersebut sedang berjalan dan meningkatkan produktivitas, namun ada konsekuensi yang merugikan.
Setelah pertumbuhan yang tinggi dalam beberapa dekade, banyak perusahaan yang mengalihkan bisnis manufaktur ke Asia Tenggara karena upah di China yang tinggi dan menguras laba perusahaan. Upah minimum di Sanghai mencapai 2.420 yuan per bulan atau setara US$366,62 (Rp 5,096 juta), dua setengah kali lipat lebih tinggi dari satu dekade yang lalu.
"China menyadari Anda tidak bisa hanya bersaing dengan tenaga kerja murah. Anda harus meningkatkan kemampuan manufaktur secara keseluruhan," kata Jing Bing Zhang, Direktur Riset Intelijen Pasar dan Perusahaan Konsultan IDC, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (28/6/2018).
Usia pekerja yang menua juga membutuhkan otomatisasi. Populasi usia kerja China, berusia 15 hingga 64 tahun, mencapai 998 juta orang. Angka ini mulai menurun sejak 2014 dan bisa turun menjadi 800 juta orang pada 2050.
Menurut Federasi Robotika (International Federation of Robotics), pada 2016 China menambahkan 87.000 robot industri, sedikit di bawah gabungan Eropa dan AS. Pertumbuhan Robot Industri di China diperkirakan akan melebihi 20% setiap tahun hingga 2020.
Salah satu contoh adalah raksasa produsen iPhone, Foxconn, secara resmi dikenal sebagai Hon Hai Precision Industry.
Pada 2012-2016, pendapatan operasi Foxconn sedikit meningkat, tetapi jumlah karyawannya menurun hampir sepertiga. Lebih dari 400.000 pekerjaan dieliminasi karena puluhan ribu "Foxbots," robot pabrik, dikerahkan. Foxconn menargetkan otomatisasi 30% pada tahun 2020.
Robot-robot tersebut menyemprot, menekan, merakit, membongkar, mengelas, mengemas, dan melacak barang. Mereka bekerja 24 jam selama tujuh hari, tidak perlu liburan dan melakukan seperti yang diprogram. Mereka meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas dan mengurangi risiko.
Perusahaan China tidak hanya mengadopsi robot, mereka juga memproduksinya. Kampanye nasional, Made in China 2025, mendorong proses otomatis dan manufaktur cerdas. Musim panas lalu, Perdana Menteri Li Keqiang meminta perusahaan domestik untuk membuat lebih banyak robot.
Setelah pertumbuhan yang tinggi dalam beberapa dekade, banyak perusahaan yang mengalihkan bisnis manufaktur ke Asia Tenggara karena upah di China yang tinggi dan menguras laba perusahaan. Upah minimum di Sanghai mencapai 2.420 yuan per bulan atau setara US$366,62 (Rp 5,096 juta), dua setengah kali lipat lebih tinggi dari satu dekade yang lalu.
"China menyadari Anda tidak bisa hanya bersaing dengan tenaga kerja murah. Anda harus meningkatkan kemampuan manufaktur secara keseluruhan," kata Jing Bing Zhang, Direktur Riset Intelijen Pasar dan Perusahaan Konsultan IDC, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (28/6/2018).
Menurut Federasi Robotika (International Federation of Robotics), pada 2016 China menambahkan 87.000 robot industri, sedikit di bawah gabungan Eropa dan AS. Pertumbuhan Robot Industri di China diperkirakan akan melebihi 20% setiap tahun hingga 2020.
Salah satu contoh adalah raksasa produsen iPhone, Foxconn, secara resmi dikenal sebagai Hon Hai Precision Industry.
Pada 2012-2016, pendapatan operasi Foxconn sedikit meningkat, tetapi jumlah karyawannya menurun hampir sepertiga. Lebih dari 400.000 pekerjaan dieliminasi karena puluhan ribu "Foxbots," robot pabrik, dikerahkan. Foxconn menargetkan otomatisasi 30% pada tahun 2020.
Robot-robot tersebut menyemprot, menekan, merakit, membongkar, mengelas, mengemas, dan melacak barang. Mereka bekerja 24 jam selama tujuh hari, tidak perlu liburan dan melakukan seperti yang diprogram. Mereka meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas dan mengurangi risiko.
Perusahaan China tidak hanya mengadopsi robot, mereka juga memproduksinya. Kampanye nasional, Made in China 2025, mendorong proses otomatis dan manufaktur cerdas. Musim panas lalu, Perdana Menteri Li Keqiang meminta perusahaan domestik untuk membuat lebih banyak robot.
Dengan dukungan dana dan kebijakan pemerintah lokal dan nasional, sekitar 3.000 pembuat robot atau penyedia solusi diluncurkan pada periode 2014-2016.
"Fokusnya sekarang adalah mendorong inovasi, mendorong pengembangan teknologi otomasi dan robotika. Dan juga mendorong perusahaan manufaktur untuk mengadopsi robotika di lini produksi," kata Zhang.
"Fokusnya sekarang adalah mendorong inovasi, mendorong pengembangan teknologi otomasi dan robotika. Dan juga mendorong perusahaan manufaktur untuk mengadopsi robotika di lini produksi," kata Zhang.
Next Page
Mengurangi jumlah pegawai
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular