Aksi Ambil Untung, Harga Minyak Jatuh dari Rekor 3,5 Tahun

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
29 June 2018 10:17
Brent yang menjadi acuan di Benua Eropa juga terkoreksi 0,29% ke US$77,62/barel, pada perdagangan hari ini Jumat (29/06/2108) hingga pukul 09.50 WIB pagi ini.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) melemah 0,26% ke US$73,26/barel, sementara Brent yang menjadi acuan di Benua Eropa juga terkoreksi 0,29% ke US$77,62/barel, pada perdagangan hari ini Jumat (29/06/2108) hingga pukul 09.50 WIB pagi ini.

Harga minyak AS mulai melandai pasca kemarin ditutup menguat nyaris 1% ke US$73,45/barel. Light sweet malah sempat menyentuh titik tertingginya sejak akhir November 2014 di angka US$74,03/barel.
Aksi Ambil Untung, Harga Minyak Jatuh Dari Rekor 3,5 TahunFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Berbagai macam sentimen positif memang masih menyelimuti pergerakan harga sang emas hitam dalam beberapa hari terakhir. Mengutip Reuters, AS kini ingin agar negara-negara sekutunya, termasuk China dan India, untuk menghentikan impor minyak dari Iran mulai November. Tujuannya adalah agar akses pendanaan bagi Teheran semakin terbatas.

"Sanksi (AS) berusaha untuk mengisolasi Iran lebih jauh lagi, dan berpotensi memangkas lebih banyak dari pasar global secara keseluruhan," kata Mark Watkins, ahli investasi di US Bank Wealth of Management, seperti dikutip dari Reuters.

Kemudian, kekhawatiran penurunan pasokan dari Kanada dan Libya juga membebani harga minyak. Di Kanada, ada gangguan di fasilitas produksi di Alberta yang bisa mengancam sekitar 10% dari total pasokan minyak Negeri Daun Maple. Gangguan produksi ini diperkirakan berlangsung hingga Juli dan bisa mempengaruhi produksi sebanyak 350.000 barel/hari.

Penurunan pasokan dari Kanada membuat cadangan minyak AS di Cushing, Oklahoma, turun 2,71 juta barel pekan lalu.

Sementara dari Libya, ada ketidakjelasan pihak mana yang tengah mengendalikan ekspor minyak. Seiring dengan pemerintahan Libya yang pecah kongsi, perusahaan minyak negara pun terpecah dua tetapi sama-sama memakai nama National Oil Company (NOC). Bedanya, satu NOC resmi milik pemerintah berbasis di Tripoli dan yang lain adalah NOC milik pemberontak di Benghazi.

Pasukan separatis mengklaim mereka telah menguasai pelabuhan Hariga dan Zueitina dan menyerahkannya kepada NOC Benghazi. Dua pelabuhan ini merupakan objek vital dan menentukan ekspor minyak Libya. Kisruh Libya menyebabkan pasokan minyak dari negara tersebut turun sekitar 450.000 barel/hari. Ini hampir separuh dari total produksi minyak di sana yaitu 1 juta barel/hari.

Kombinasi sejumlah sentimen tersebut masih menimbulkan persepsi bahwa kondisi pasar minyak memang masih berada dalam posisi yang ketat. Situasi ini lantas membuat harga minyak melambung tinggi.

Namun, perlu diingat bahwa tidak semua data menunjukkan posisi pengetatatan pasar minyak dunia. Produksi minyak mentah Negeri Paman Sam tercatat stabil di angka 10,9 juta barel/hari. Meski tingkat pertumbuhannya melambat, saat ini produksi minyak sang negeri adidaya sudah mendekati tingkat produksi 11 juta barel/hari. Kapasitas sebesar itu sebelumnya hanya dapat dicapai oleh Rusia, sang produsen no. 1 dunia.

Dengan Organisasi Negara-negara Pengeskspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang sepakat untuk melonggarkan kesepakatannya, maka dalam waktu singkat pasar minyak global akan diguyur oleh pasokan minyak dari OPEC, Rusia, dan AS, masing-masing sekitar 11 juta barel/hari. Situasi ini lantas sepertinya masih membuat investor sedikit mewaspadai perkembangan situasi pasar minyak global, dan berkontribusi pada pelemahan harga minyak pada hari ini.

Aksi Ambil Untung, Harga Minyak Jatuh Dari Rekor 3,5 TahunFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Faktor lainnya yang menyeret harga minyak ke zona merah adalah aksi ambil untung setelah 3 hari berturut-turut naik signifikan. Sebagai informasi, hingga perdagangan kemarin, light sweet dan brent kompak menguat masing-masing sebesar 7% dan 3%, di sepanjang pekan ini.





(RHG/RHG) Next Article Brent Anjlok Nyaris 1%, Minyak Jauhi US$ 80/barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular