Brent Anjlok Nyaris 1%, Minyak Jauhi US$ 80/barel

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
16 May 2018 20:25
Rilis data resmi cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) di sepanjang pekan lalu, yang akan dilaporkan oleh US Energy Information Administration (EIA).
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak bergerak melanjutkan pelemahannya sore ini, menanti rilis data resmi cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) di sepanjang pekan lalu, yang akan dilaporkan oleh US Energy Information Administration (EIA).

Hingga pukul 19.28 WIB hari ini, harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Juni 2018 melemah hingga 0,46% ke US$70,98/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Juli 2018 terkoreksi 0,89% ke US$77,73/barel.

Brent Anjlok Nyaris 1%, Semakin Jauh dari US$80/barel Foto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung


Sebenarnya, harga minyak masih diselimuti aura positif dari sentimen pasokan minyak global yang semakin ketat, ditambah keputusan AS untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran. Buktinya, kemarin brent sempat menguat sekitar 1% hingga nyaris menyentuh US$80/barel, sebelum akhirnya bergerak turun dan hanya ditutup menguat di kisaran 0,5% ke US$78,43/barel.

Kemarin, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak melaporkan bahwa cadangan minyak di negara-negara maju OECD pada bulan Maret 2018 turun sebesar 12,7 juta barel secara month-to-month (MtM) ke 2,83 miliar barel, atau lebih rendah 204 juta barel secara year-on-year (YoY)

Hal ini nampaknya merupakan buah dari kuatnya komitmen OPEC dan negara non-OPEC (dipimpin Rusia) dalam menjalankan kesepakatan pemangkasan produksinya sejak Januari 2017 lalu, demi mengurangi kelebihan pasokan yang menyebabkan hancurnya harga minyak.

Sentimen ketatnya pasokan global justru bertambah kuat pasca Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran, dan dipastikan akan memulihkan sanksi bagi Negeri Persia.

Sebagai informasi, Iran mengekspor minyak sebanyak 450.000 barel/hari ke Eropa dan 1,8 juta barel/hari ke Asia. Dengan sanksi ekonomi, dunia akan kehilangan potensi tersebut, dan berujung pada kenaikan harga sang emas hitam.

Namun hari ini, sentimen negatif yang membebani harga minyak datang dari Negeri Paman Sam. Menurut catatan American Petroleum Institute (API), stok minyak AS naik 4,9 juta barel pada pekan lalu. Hal ini diakibatkan terjadinya penyumbatan pasokan di West Texas dan Kanada. Munculnya sentimen pasokan yang melimpah pun membuat harga komoditas energi utama dunia ini turun.

Meski demikian, pelaku pasar mengekspektasikan data resmi yang dirilis oleh EIA akan lebih lunak dibandingkan data yang dikeluarkan oleh API. Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh S&P Global Platts, cadangan minyak mentah AS justru diprediksikan turun sebesar 2,3 juta barel sepanjang pekan lalu.

Apabila, data EIA sesuai dengan ekspektasi pasar, maka harga minyak akan mendapatkan energi untuk membalikkan keadaan, dan bergerak menguat. Sebaliknya, apabila cadangan minyak AS pekan lalu tercatat bertambah, maka harga minyak nampaknya akan semakin terperosok menjauhi level US$80/barel.

Sebagai informasi, EIA akan melaporkan data resmi cadangan minyak mentah AS pada pukul 21.30 WIB hari ini.


(hps) Next Article Aksi Ambil Untung, Harga Minyak Jatuh dari Rekor 3,5 Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular