Internasional

Australia Ancam Selidiki Perjanjian Kerja Sama Uber Eats

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
23 April 2018 13:00
Pemilik restoran tidak puas dengan ketentuan kontrak yang membuat mereka menanggung biaya pengiriman terlambat meskipun biaya layanan itu ditagih oleh Uber.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Sydney, CNBC Indonesia - Kepala regulator persaingan usaha Australia mengatakan pada hari Senin (23/4/2018) pihaknya akan memeriksa perjanjian antara Uber Technologies Inc dan restoran-restoran yang menggunakan aplikasi pengiriman makanan Uber Eats.

Australian Broadcasting Corporation pada hari Minggu (22/4/2018) memberitakan beberapa pemilik restoran tidak puas dengan ketentuan kontrak yang membuat mereka, bukannya Uber, menanggung biaya pengiriman terlambat meskipun biaya layanan itu ditagih oleh Uber.

"Tentu saja, kami akan mengeceknya," kata Rod Sims, Kepala Komisi Kompetisi dan Konsumen Australia, kepada radio ABC hari Senin ketika dimintai komentar tentang pemberitaan itu, dilansir dari Reuters.

"Kami memiliki tiga bagian hukum yang bisa digunakan di sini. Satu adalah bisnis ke bisnis, apakah mereka menyesatkan orang yang bekerja dengan mereka? Kedua adalah apakah mereka berpartisipasi melakukan tindakan tidak bertanggung jawab? Dan ketiga adalah apakah ketentuan yang mereka gunakan adil? Jadi, ada banyak hal untuk dilihat di situ," katanya.

Uber, yang disokong oleh SoftBank Group dari Jepang, berkata Uber Eats hanyalah "marketplace yang menghubungkan restoran dengan mitra pengiriman", syarat dan ketentuannya juga "konsisten dengan hukum Australia".


"Restoran tidak terikat, sebagaimana mitra pengiriman dan konsumen. Uber Eats hanyalah satu pilihan. Jika sebuah restoran tidak ingin menggunakan aplikasinya, mereka tidak perlu melakukannya," kata seorang Juru Bicara Uber Eats dalam pernyataan resmi.

Uber, yang bersiap untuk melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di tahun 2019, merugi US$4,5 miliar (Rp 62,5 triliun) tahun lalu. Perusahaan itu juga menghadapi kompetisi yang kuat di kampung halamannya Amerika Serikat (AS), serta pengetatan regulasi di Eropa di mana pemerintah berbagai negara mewaspadai dampak aktivitas perusahaan itu terhadap industri taksi tradisional.
(prm) Next Article Tahun 2021, Uber Akan Gunakan Drone untuk Kirim Makanan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular