
Startup
Jepang Beri Pendanaan Rp 12,9 T untuk Startup Luar Angkasa
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
21 March 2018 13:59

Tokyo, CNBC Indonesia - Jepang menawarkan pendana senilai US$940 juta (Rp 12,9 triliun) untuk membiayai perusahaan rintisan (startup) luar angkasa dalam rangka mendorong pertumbuhan industri tersebut, pihak pemerintah mengumumkan pada hari Selasa (20/3/2018) dalam sebuah acara di Tokyo.
Dana tersebut akan disediakan lewat investasi dan pinjaman selama lima tahun mendatang sebagai bagian dari inisiatif pemerintah untuk melipatgandakan nilai industri luar angkasa yang saat ini mencapai lebih dari US$11 miliar.
Jumlah startup luar angkasa Jepang yang kurang dari 20 entitas membuat banyak orang memandang pendanaan ini penting untuk membantu perusahaan baru menutup ongkos beberapa bidang, seperti riset atau mengajukan paten.
"Kami yakin ini akan diingat sebagai titik balik industri kami yang berkembang," kata Takeshi Hakamada, CEO dan pendiri startup penjelajahan bulan bernama ispace dalam sebuah pernyataan.
Ispace telah menerima sokongan dana dari pemerintah sebelumnya, termasuk dalam rangkaian pembiayaan senilai $90,2 juta yang juga disokong Suzuki Motor dan Japan Airlines.
Sejak didirikan tujuh tahun lalu, ispace lolos kompetisi Lunar XPRIZE dari Google untuk mendanai dua misi eksplorasi ke bulan. Misi pertama akan dilakukan akhir tahun 2019 dan yang kedua akan dilaksanakan akhir tahun 2020.
Pemerintah Jepang sedang membentuk sebuah instansi untuk mengelola pendanaan dan menghubungkan startup dengan talenta lokal dari berbagai organisasi, seperti Japan Aerospace Exploration Agency atau anak perusahaan pembuat roket milik Mitsubishi Heavy Industries.
Di tahap awal, setiap startup berhak menerima bantuan dana sekitar US$100.000 untuk membantu menampilkan berbagai konsep ke para investor. Usaha yang menjanjikan dan perusahaan yang lebih matang dapat memperoleh sisa dari dana senilai $940 juta tersebut untuk pengembangan selanjutnya.
Pemerintah Jepang juga mengumumkan pihaknya mempertimbangkan penyusunan undang-undang dan peraturan yang memungkinan bisnis-bisnis memiliki bidang lahan yang dikembangkan di bulan, langkah yang serupa dengan undang-undang Amerika Serikat (AS) dan Luksemburg.
Sampai sejauh ini, AS dan Luksemburg adalah dua negara di dunia yang telah meloloskan undang-undang yang memberikan perusahaan kepemilikan materi tambang di luar angkasa, tetapi setelah semuanya sudah diekstraksi.
Kerangka kerja tersebut telah membuat Luksemburg, sebuah negara kecil di Eropa, menarik minat puluhan perusahaan luar angkasa. Sekitar 70 perusahaan luar angkasa ingin beroperasi di negara itu, menurut Wakil Perdana Menteri Etienne Schneider.
Sementara ispace berbasis di Jepang, perusahaan itu juga memiliki kantor cabang di Luksemburg dan California, AS. Memiliki kerangka kerja legal untuk kepemilikan akan penting bagi kesuksesan startup ketika misi eksplorasi mulai mengumpulkan materi dan informasi.
"Kami akan membawa instrumen sains ke bulan dan menjual hak untuk menggunakan data kami ke badan-badan luar angkasa dan instansi lainya, serta menyediakan layanan tranportasi untuk memperoleh keuntungan," kata Hakamada.
Pengumuman dari Jepang tersebut muncul setelah beberapa perusahaan luar angkasa komersial AS menerima lebih dari US$3,9 miliar investasi swasta tahun lalu.
Perusahaan modal ventura mengalirkan dana ke sektor itu di AS dan mendapatkan kesuksesan. Lebih dari 120 perusahaan berinvestasi di sektor luar angkasa tahun lalu, melampaui puncaknya dengan jumlah 89 di tahun 2015.
(prm) Next Article Saingi AS sampai Rusia, India Siap Luncurkan Misi ke Bulan
Dana tersebut akan disediakan lewat investasi dan pinjaman selama lima tahun mendatang sebagai bagian dari inisiatif pemerintah untuk melipatgandakan nilai industri luar angkasa yang saat ini mencapai lebih dari US$11 miliar.
Jumlah startup luar angkasa Jepang yang kurang dari 20 entitas membuat banyak orang memandang pendanaan ini penting untuk membantu perusahaan baru menutup ongkos beberapa bidang, seperti riset atau mengajukan paten.
Ispace telah menerima sokongan dana dari pemerintah sebelumnya, termasuk dalam rangkaian pembiayaan senilai $90,2 juta yang juga disokong Suzuki Motor dan Japan Airlines.
Sejak didirikan tujuh tahun lalu, ispace lolos kompetisi Lunar XPRIZE dari Google untuk mendanai dua misi eksplorasi ke bulan. Misi pertama akan dilakukan akhir tahun 2019 dan yang kedua akan dilaksanakan akhir tahun 2020.
Pemerintah Jepang sedang membentuk sebuah instansi untuk mengelola pendanaan dan menghubungkan startup dengan talenta lokal dari berbagai organisasi, seperti Japan Aerospace Exploration Agency atau anak perusahaan pembuat roket milik Mitsubishi Heavy Industries.
Di tahap awal, setiap startup berhak menerima bantuan dana sekitar US$100.000 untuk membantu menampilkan berbagai konsep ke para investor. Usaha yang menjanjikan dan perusahaan yang lebih matang dapat memperoleh sisa dari dana senilai $940 juta tersebut untuk pengembangan selanjutnya.
Pemerintah Jepang juga mengumumkan pihaknya mempertimbangkan penyusunan undang-undang dan peraturan yang memungkinan bisnis-bisnis memiliki bidang lahan yang dikembangkan di bulan, langkah yang serupa dengan undang-undang Amerika Serikat (AS) dan Luksemburg.
Sampai sejauh ini, AS dan Luksemburg adalah dua negara di dunia yang telah meloloskan undang-undang yang memberikan perusahaan kepemilikan materi tambang di luar angkasa, tetapi setelah semuanya sudah diekstraksi.
Kerangka kerja tersebut telah membuat Luksemburg, sebuah negara kecil di Eropa, menarik minat puluhan perusahaan luar angkasa. Sekitar 70 perusahaan luar angkasa ingin beroperasi di negara itu, menurut Wakil Perdana Menteri Etienne Schneider.
Sementara ispace berbasis di Jepang, perusahaan itu juga memiliki kantor cabang di Luksemburg dan California, AS. Memiliki kerangka kerja legal untuk kepemilikan akan penting bagi kesuksesan startup ketika misi eksplorasi mulai mengumpulkan materi dan informasi.
"Kami akan membawa instrumen sains ke bulan dan menjual hak untuk menggunakan data kami ke badan-badan luar angkasa dan instansi lainya, serta menyediakan layanan tranportasi untuk memperoleh keuntungan," kata Hakamada.
Pengumuman dari Jepang tersebut muncul setelah beberapa perusahaan luar angkasa komersial AS menerima lebih dari US$3,9 miliar investasi swasta tahun lalu.
Perusahaan modal ventura mengalirkan dana ke sektor itu di AS dan mendapatkan kesuksesan. Lebih dari 120 perusahaan berinvestasi di sektor luar angkasa tahun lalu, melampaui puncaknya dengan jumlah 89 di tahun 2015.
(prm) Next Article Saingi AS sampai Rusia, India Siap Luncurkan Misi ke Bulan
Most Popular