
Mengintip Transformasi BTPN Menjadi Bank Digital
Wanti Puspa Gustiningsih & Roy Franedya, CNBC Indonesia
22 February 2018 14:41

Jakarta, CNBC Indonesia — Beberapa tahun lalu, bila berbicara tentang BTPN, hal yang muncul di benak masyarakat adalah bank bagi para pensiunan. Persepsi ini muncul karena setiap bulan, khususnya pada awal bulan, banyak ditemui para pensiunan berkumpul di kantor-kantor cabang BTPN.
Kini, secara perlahan, persepsi tersebut mulai terkikis. Meski tak mengubah bisnis utama sebagai bank pensiunan dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), BTPN saat ini sudah bertransformasi menjadi salah satu bank modern yang mengembangkan layanan dan inovasi berbasis teknologi kekinian.
[Gambas:Video CNBC]
Head of Digital Banking BTPN, Peterjan van Nieuwenhuizen, mengatakan perubahan dan transformasi BTPN dilakukan karena masyarakat berubah dan manajemen memandang teknologi digital membuka peluang baru bagi bisnis perbankan.
“Dinamika dan kompleksitas permasalahan turut mendorong terjadinya perubahan kebutuhan masyarakat, di mana kita dituntut menjadi lebih simpel, lebih cepat, namun tetap aman,” ujar Peterjan.
Dalam beberapa tahun terakhir teknologi memang berkembang pesat. Hal ini tak lepas dari tingginya penetrasi internet dan pengguna telepon cerdas (smartphone). Berdasarkan survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2017, penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta orang, atau 54,68% dari total penduduk Indonesia.
Pesatnya perkembangan teknologi telah menciptakan disrupsi pada bisnis perbankan. Perkembangan teknologi menuntut perubahan dari cara-cara yang lama ke cara baru yang membutuhkan dan mendukung inovasi yang berkelanjutan.
Peterjan menjelaskan transformasi BTPN ditujukan untuk menambah jumlah pelayanan nasabah secara signifikan dalam kurun waktu yang relatif cepat dan singkat.
“Dengan digitalisasi layanan perbankan, kami bisa menambah jumlah alternative channels pelayanan nasabah yang tentu saja berdampak pada meningkatnya customer experience, dan dalam jangka panjang akan meringankan biaya operasional bank,” tambah Peterjan. Perubahan BTPN menjadi bank yang memberikan layanan inovasi berbasis teknologi kekinian tak terjadi dalam semalam. Manajemen telah menjalankan rencana ini sejak lima tahun lalu.
Peterjan mengatakan inovasi BTPN terfokus pada konsumen (customer centric). Produk dan layanan yang diberikan berasal dari konsumen, melihat bagaimana konsumen hidup dan kehidupan konsumen sehari-hari.
“Kami tidak mulai dengan pola pikir (mindset) bank, dimana produk dan layanan bank yang sudah ada, kemudian membuatnya lebih digital dan menambah kanal. Kami tidak memindahkan layanan yang sama pada cabang menjadi produk kanal digital,” ujarnya.
Untuk menghadirkan inovasi tersebut, BTPN melakukan penelitian dengan mengikuti keseharian nasabah dan komponen-komponen finansial yang dibutuhkan nasabah dalam kesehariannya. Dari masalah keseharian tersebut BTPN menghadirkan solusi finansial digital bagi konsumen.
Peterjan mengungkapkan, dalam menghadirkan inovasi digital, manajemen memulainya dengan menghadirkan satu atau dua startup fintech dalam tubuh BTPN. Tugasnya; belajar, mencari tahu dan menjalankan inovasi teknologi dan finansial teknologi yang sudah sukses.
“Ruang kerja Jenius berbeda dengan lantai lainnya. Kami membuat startup baru dalam BTPN dengan cara kerja dan sumber daya manusia yang berbeda. Kami juga merekrut orang dengan berbagai latar berlakang budaya (kultur). Kami merupakan fintech startup yang menjadi bagian dari bank,” ujar Peterjan. Jenius bisa dibilang sebagai salah satu produk yang mendapat apresiasi masyarakat. Ini adalah produk inovasi digital yang memungkinkan penggunanya melakukan pengelolaan keuangan lebih baik. Aplikasi ini diluncurkan Agustus 2016 dan hingga akhir Desember 2017, pengguna terdaftarnya hampir menembus 500.000 orang.
Melalui aplikasi ini konsumen akan lebih mudah, lebih sederhana dan aman dalam mengelola keuangan. Sederhananya, konsumen cukup fokus pada aktivitasnya dan BTPN yang akan mengelola dari sisi keuangannya.
Peterjan mengatakan, ketika diluncurkan dua tahun lalu, Jenius fokus pada pembayaran (payment) dan menabung (saving). Namun tahun ini Jenius akan menambahkan fitur-fitur baru yang mempermudah nasabah dalam berinvestasi dan merencanakan keuangan.
Dalam pembayaran, Jenius memiliki fitur Send It. Layanan ini sama saja dengan menu transfer uang pada bank lain. Pembedanya, pengguna tidak akan direcoki dengan proses penyelesaian transaksi yang sebenarnya tidak dimengerti dan tidak dipedulikan pengguna.
“Kami membuat lebih mudah lagi kepada siapa Anda mau membayar. Bisa menggunakan $Cashtag yang merupakan identitas unik. Jadi tidak perlu lagi mengingat nomor rekening,” ujar Perterjan.
Untuk menabung secara berkala ada fitur Dream Saver. Sesuai namanya, fitur ini membantu nasabah menyisihkan uang untuk mewujudkan impiannya. Kelihatannya memang sederhana, tapi Jenius mengemasnya dengan cara yang unik.
Ketika mengaktifkan fitur Dream Saver, nasabah tinggal mengetikkan mimpi, target realisasi dan jumlah dana yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Jenius lalu menghitung jumlah dana yang perlu disisihkan setiap hari selama kurun waktu yang diiinginkan. Lalu, bagaimana proses menabungnya? Disinilah uniknya.
Jenius akan melakukan autodebet setiap hari hingga jumlah tabungan mencapai target. Namun demikian, Dream Saver juga membolehkan nasabah untuk mencairkan Dream Saver sebelum mimpinya tercapai. Selain tidak dikenakan pinalti, prosesnya juga mudah.
Ada juga Maxi Saver. Ini semacam deposito digital. Pengguna tinggal memasukkan jumlah dana yang akan disimpan di deposito, dan dalam hitungan detik deposito sudah rampung. Jadi tidak perlu lagi pergi ke cabang untuk menyetorkan dana dan menunggu sertifikat deposito.
Peterjan menjelaskan, dari sisi keamananan, Jenius menerapkan sistem keamanan berlapis. Mulai dari dana yang tersimpan di jamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menyesuaikan keamanan sistem dengan aturan yang dibuat regulator, hingga tes secara berkala terhadap keamanan sistem.
Jenius juga memberikan kontrol keamanan secara mandiri. Pengguna bisa menentukan sendiri limit penarikan dana setiap transaksi, atau membuat password tambahan untuk transaksi di atas limit yang telah ditentukan hingga melakukan pemblokiran sementara terhadap kartu.
“Jenius ada untuk membuat hidup pengguna lebih sederhana, lebih pintar, lebih cepat dan memungkin pengguna melakukan apapun tetapi tetap aman. Kami juga ingin layanan Jenius lebih user friendly,” terang Peterjan.
(roy/roy) Next Article Live! OJK & Para CEO Bank Bedah Future of Digital Banking
Kini, secara perlahan, persepsi tersebut mulai terkikis. Meski tak mengubah bisnis utama sebagai bank pensiunan dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), BTPN saat ini sudah bertransformasi menjadi salah satu bank modern yang mengembangkan layanan dan inovasi berbasis teknologi kekinian.
[Gambas:Video CNBC]
Head of Digital Banking BTPN, Peterjan van Nieuwenhuizen, mengatakan perubahan dan transformasi BTPN dilakukan karena masyarakat berubah dan manajemen memandang teknologi digital membuka peluang baru bagi bisnis perbankan.
Dalam beberapa tahun terakhir teknologi memang berkembang pesat. Hal ini tak lepas dari tingginya penetrasi internet dan pengguna telepon cerdas (smartphone). Berdasarkan survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2017, penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta orang, atau 54,68% dari total penduduk Indonesia.
Pesatnya perkembangan teknologi telah menciptakan disrupsi pada bisnis perbankan. Perkembangan teknologi menuntut perubahan dari cara-cara yang lama ke cara baru yang membutuhkan dan mendukung inovasi yang berkelanjutan.
Peterjan menjelaskan transformasi BTPN ditujukan untuk menambah jumlah pelayanan nasabah secara signifikan dalam kurun waktu yang relatif cepat dan singkat.
“Dengan digitalisasi layanan perbankan, kami bisa menambah jumlah alternative channels pelayanan nasabah yang tentu saja berdampak pada meningkatnya customer experience, dan dalam jangka panjang akan meringankan biaya operasional bank,” tambah Peterjan. Perubahan BTPN menjadi bank yang memberikan layanan inovasi berbasis teknologi kekinian tak terjadi dalam semalam. Manajemen telah menjalankan rencana ini sejak lima tahun lalu.
Peterjan mengatakan inovasi BTPN terfokus pada konsumen (customer centric). Produk dan layanan yang diberikan berasal dari konsumen, melihat bagaimana konsumen hidup dan kehidupan konsumen sehari-hari.
“Kami tidak mulai dengan pola pikir (mindset) bank, dimana produk dan layanan bank yang sudah ada, kemudian membuatnya lebih digital dan menambah kanal. Kami tidak memindahkan layanan yang sama pada cabang menjadi produk kanal digital,” ujarnya.
Untuk menghadirkan inovasi tersebut, BTPN melakukan penelitian dengan mengikuti keseharian nasabah dan komponen-komponen finansial yang dibutuhkan nasabah dalam kesehariannya. Dari masalah keseharian tersebut BTPN menghadirkan solusi finansial digital bagi konsumen.
Peterjan mengungkapkan, dalam menghadirkan inovasi digital, manajemen memulainya dengan menghadirkan satu atau dua startup fintech dalam tubuh BTPN. Tugasnya; belajar, mencari tahu dan menjalankan inovasi teknologi dan finansial teknologi yang sudah sukses.
“Ruang kerja Jenius berbeda dengan lantai lainnya. Kami membuat startup baru dalam BTPN dengan cara kerja dan sumber daya manusia yang berbeda. Kami juga merekrut orang dengan berbagai latar berlakang budaya (kultur). Kami merupakan fintech startup yang menjadi bagian dari bank,” ujar Peterjan. Jenius bisa dibilang sebagai salah satu produk yang mendapat apresiasi masyarakat. Ini adalah produk inovasi digital yang memungkinkan penggunanya melakukan pengelolaan keuangan lebih baik. Aplikasi ini diluncurkan Agustus 2016 dan hingga akhir Desember 2017, pengguna terdaftarnya hampir menembus 500.000 orang.
Melalui aplikasi ini konsumen akan lebih mudah, lebih sederhana dan aman dalam mengelola keuangan. Sederhananya, konsumen cukup fokus pada aktivitasnya dan BTPN yang akan mengelola dari sisi keuangannya.
Peterjan mengatakan, ketika diluncurkan dua tahun lalu, Jenius fokus pada pembayaran (payment) dan menabung (saving). Namun tahun ini Jenius akan menambahkan fitur-fitur baru yang mempermudah nasabah dalam berinvestasi dan merencanakan keuangan.
Dalam pembayaran, Jenius memiliki fitur Send It. Layanan ini sama saja dengan menu transfer uang pada bank lain. Pembedanya, pengguna tidak akan direcoki dengan proses penyelesaian transaksi yang sebenarnya tidak dimengerti dan tidak dipedulikan pengguna.
“Kami membuat lebih mudah lagi kepada siapa Anda mau membayar. Bisa menggunakan $Cashtag yang merupakan identitas unik. Jadi tidak perlu lagi mengingat nomor rekening,” ujar Perterjan.
Untuk menabung secara berkala ada fitur Dream Saver. Sesuai namanya, fitur ini membantu nasabah menyisihkan uang untuk mewujudkan impiannya. Kelihatannya memang sederhana, tapi Jenius mengemasnya dengan cara yang unik.
Ketika mengaktifkan fitur Dream Saver, nasabah tinggal mengetikkan mimpi, target realisasi dan jumlah dana yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Jenius lalu menghitung jumlah dana yang perlu disisihkan setiap hari selama kurun waktu yang diiinginkan. Lalu, bagaimana proses menabungnya? Disinilah uniknya.
Jenius akan melakukan autodebet setiap hari hingga jumlah tabungan mencapai target. Namun demikian, Dream Saver juga membolehkan nasabah untuk mencairkan Dream Saver sebelum mimpinya tercapai. Selain tidak dikenakan pinalti, prosesnya juga mudah.
Ada juga Maxi Saver. Ini semacam deposito digital. Pengguna tinggal memasukkan jumlah dana yang akan disimpan di deposito, dan dalam hitungan detik deposito sudah rampung. Jadi tidak perlu lagi pergi ke cabang untuk menyetorkan dana dan menunggu sertifikat deposito.
Peterjan menjelaskan, dari sisi keamananan, Jenius menerapkan sistem keamanan berlapis. Mulai dari dana yang tersimpan di jamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menyesuaikan keamanan sistem dengan aturan yang dibuat regulator, hingga tes secara berkala terhadap keamanan sistem.
Jenius juga memberikan kontrol keamanan secara mandiri. Pengguna bisa menentukan sendiri limit penarikan dana setiap transaksi, atau membuat password tambahan untuk transaksi di atas limit yang telah ditentukan hingga melakukan pemblokiran sementara terhadap kartu.
“Jenius ada untuk membuat hidup pengguna lebih sederhana, lebih pintar, lebih cepat dan memungkin pengguna melakukan apapun tetapi tetap aman. Kami juga ingin layanan Jenius lebih user friendly,” terang Peterjan.
(roy/roy) Next Article Live! OJK & Para CEO Bank Bedah Future of Digital Banking
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular