
BTPN Rogoh Kocek Dalam untuk Restrukturisasi Organisasi
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
14 February 2018 12:35

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) telah merampungkan restrukturisasi organisasi di tahun 2017 kemarin. Merogoh kocek yang tidak sedikit, BTPN telah menyelesaikan Program Pengakhiran Kerja Sukarela (PPKS) yang mendukung bisnis digitalnya.
“Kami mengalokasikan investasi cukup besar untuk proses transformasi ini, termasuk belanja IT, infrastruktur, serta menganggarkan biaya operasional untuk melatih ulang karyawan. Adapun biaya restrukturisasi organisasi perusahaan dan operasionalisasi kantor cabang mencapai Rp 736 miliar," kata Direktur Utama BTPN, Jerry Ng, dalam siaran persnya, Rabu (14/2/2018).
"Biaya tersebut sudah termasuk dana yang kami alokasikan bagi para karyawan yang mengikuti Program Pengakhiran Kerja Sukarela (PPKS), sebagai one-time restructuring cost," imbuh Jerry.
BTPN kini resmi memiliki dua platform digital banking untuk melayani dua segmen yang berbeda. Pertama, BTPN Wow! yang diperuntukkan bagi segmen below-consuming-class yang terdiri dari petani, nelayan, buruh, pekerja informal, dan para pedagang mikro. Platform kedua adalah Jenius yang ditujukan bagi segmen consuming-class.
Hingga akhir Desember 2017, BTPN Wow! telah memiliki 4,8 juta nasabah yang dilayani oleh lebih dari 200.000 agen, sementara jumlah nasabah Jenius yang terdaftar telah mencapai hampir 500.000.
Sepanjang tahun lalu, inovasi digital kedua platform tersebut terus berlanjut. Pada saat yang sama, BTPN juga melakukan Transformasi Digital pada lini bisnis inti lainnya. Digitalisasi existing business ini mencakup pengembangan alternative channels, integrasi cabang, automasi proses, transformasi infrastruktur IT, dan pelatihan (retraining) karyawan.
Melalui transformasi digital ini, jaringan layanan nasabah bertambah luas dan kualitas layanan nasabah tetap terjaga walaupun jumlah kantor cabang berkurang dan organisasi menjadi lebih ramping. Langkah transformasi ini akan dilanjutkan hingga akhir 2018.
Sedangkan untuk mengembangkan layanan digital, sepanjang 2017, BTPN telah menginvestasikan Rp 832 miliar, atau meningkat 36% dibandingkan nilai investasi pada 2016 sebesar Rp 611 miliar.
“Inovasi dan Transformasi Digital yang kami lakukan secara terstruktur dan konsisten sejak 2016 telah berjalan dengan baik dan masih akan terus berlanjut hingga akhir 2018. Kami meyakini kedua inisiatif strategis ini akan mentransformasi BTPN menjadi bank nasional yang paling siap untuk beradaptasi dan berkontribusi dalam era ekonomi digital,” lanjut Jerry.
Akibat dari fokus tersebut di 2017, BTPN harus rela laba bersihnya setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mengalami penurunan 30% (yoy) menjadi Rp 1,2 triliun.
"Inovasi dan Transformasi Digital adalah investasi strategis yang berdampak pada profitibilitas jangka pendek. Tanpa dampak biaya dari investasi strategis ini, laba kami dari bisnis inti masih tumbuh 6% menjadi Rp2,4 triliun," pungkas Jerry.
(dru) Next Article Dua Tahun Pasca-Merger, BTPN Pede Bisa Masuk Jajaran BUKU 4
“Kami mengalokasikan investasi cukup besar untuk proses transformasi ini, termasuk belanja IT, infrastruktur, serta menganggarkan biaya operasional untuk melatih ulang karyawan. Adapun biaya restrukturisasi organisasi perusahaan dan operasionalisasi kantor cabang mencapai Rp 736 miliar," kata Direktur Utama BTPN, Jerry Ng, dalam siaran persnya, Rabu (14/2/2018).
"Biaya tersebut sudah termasuk dana yang kami alokasikan bagi para karyawan yang mengikuti Program Pengakhiran Kerja Sukarela (PPKS), sebagai one-time restructuring cost," imbuh Jerry.
Hingga akhir Desember 2017, BTPN Wow! telah memiliki 4,8 juta nasabah yang dilayani oleh lebih dari 200.000 agen, sementara jumlah nasabah Jenius yang terdaftar telah mencapai hampir 500.000.
Sepanjang tahun lalu, inovasi digital kedua platform tersebut terus berlanjut. Pada saat yang sama, BTPN juga melakukan Transformasi Digital pada lini bisnis inti lainnya. Digitalisasi existing business ini mencakup pengembangan alternative channels, integrasi cabang, automasi proses, transformasi infrastruktur IT, dan pelatihan (retraining) karyawan.
Melalui transformasi digital ini, jaringan layanan nasabah bertambah luas dan kualitas layanan nasabah tetap terjaga walaupun jumlah kantor cabang berkurang dan organisasi menjadi lebih ramping. Langkah transformasi ini akan dilanjutkan hingga akhir 2018.
Sedangkan untuk mengembangkan layanan digital, sepanjang 2017, BTPN telah menginvestasikan Rp 832 miliar, atau meningkat 36% dibandingkan nilai investasi pada 2016 sebesar Rp 611 miliar.
“Inovasi dan Transformasi Digital yang kami lakukan secara terstruktur dan konsisten sejak 2016 telah berjalan dengan baik dan masih akan terus berlanjut hingga akhir 2018. Kami meyakini kedua inisiatif strategis ini akan mentransformasi BTPN menjadi bank nasional yang paling siap untuk beradaptasi dan berkontribusi dalam era ekonomi digital,” lanjut Jerry.
Akibat dari fokus tersebut di 2017, BTPN harus rela laba bersihnya setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mengalami penurunan 30% (yoy) menjadi Rp 1,2 triliun.
"Inovasi dan Transformasi Digital adalah investasi strategis yang berdampak pada profitibilitas jangka pendek. Tanpa dampak biaya dari investasi strategis ini, laba kami dari bisnis inti masih tumbuh 6% menjadi Rp2,4 triliun," pungkas Jerry.
(dru) Next Article Dua Tahun Pasca-Merger, BTPN Pede Bisa Masuk Jajaran BUKU 4
Most Popular