Cryptocurrency

Bunker di Gunung Swiss yang Jadi Tempat Penyimpanan Bitcoin

Roy Franedya, CNBC Indonesia
27 January 2018 11:30
Bunker di Gunung Swiss yang Jadi Tempat Penyimpanan Bitcoin
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia — Joon Ian Wong, Reporter Teknologi Quartz berada di pesisir timur Danau Lucerne, Swiss ketika pemandu jalan menunjukkan tempat yang akan dituju. “Bunkernya berada di salah satu pegunungan ini,” ujar Maxim Kon, memberikan isyarat pada kabut yang dilalui mobil BMW yang mereka tunggangi. 

Kon membawanya ke salah satu Kubah untuk melihat dimana Xapo, perusahaan tempat Kon bekerja, menyimpan Bitcoin milik pelanggan perusahaan. Kubah itu bukan tempat biasa, disana ada sebuah bunker yang tak lagi digunakan militer Swiss, yang terletak di sebuah gunung granit. 

Bunker merupakan sejenis bangunan pertahanan militer yang dibangun di bawah tanah. Bunker tempat Xapo beroperasi memiliki panjang 320 meter. Bunker ini dibangun tahun 1947 dan menjadi kantor pusat rahasia pasukan Swiss pada masa perang dingin. 

Lokasinya pun sangat rahasia, aksesnya dibatasi oleh pihak keamanan. Kon tidak akan memberi tahu pada Jong Ian Wong berapa banyak Bitcoin yang tersimpan di Bunker itu. Tetapi Kon bisa menghasilkan jutaan dolar dari konsumen yang ingin berkeliling kubah untuk mengetahui tempat penyimpanan uang digital mereka. 


Aneh memang memiliki Bitcoin Cs tetapi membutuhkan tempat penyimpanan fisik. Ternyata Bitcoin Cs sama saja seperti foto yang paling berharga, yang membutuhkan wadah penyimpanan sendiri.
 

Pendiri Xapo adalah pengusaha asal Argentina, Wences Casares. Adalah Casares orang pertama yang memberikan taipan teknologi Bill Gates and Reid Hoffman Bitcoin pertama mereka.
Xapo tidak menyimpan fisik Bitcoin. Secara teknis, di tempat ini hanya tersimpan kunci kriptografi pribadi. Kunci kriptografi ini akan saling berpasang dan membentuk kunci khusus yang akan memberikan akses ke penyimpanan dalam jaringan Bitcoin.

Bunker yang jadi pusat data ini memiliki luas 3.048 m2 dan dikelola oleh perusahaan bernama Deltalis. Ini adalah perusahaan keamanan siber tingkat tinggi dan pengelolaan data terpusat.


Bunker ini sudah disulap layaknya sebuah kantor. Ketika berada di lobi, pengunjung harus melapor ke pihak keamanan, foto diri dan memindai sidik jari. Setelah itu bergerak ke sebuah kotak yang Joon Ian Wong sebut sebagai ‘perangkap’. Ini adalah sebuah tempat berbentuk silinder seperti bilik telepon. Ruang ini terbuat dari kaca anti peluru dengan pintu yang tertutup di sisi lainnya.

Operator akan membuka bilik ini dan pengunjung harus memindai lagi kartu identitas. Setelahnya sederetan pintu baja akan terbuka. Pelanggan akan menelusuri lorong setinggi 100 meter menuju ruang dari batu granit yang mungkin bisa bertahan bila ada ledakan nuklir.

Joon Ian Wong diajak ke sebuah ‘ruangan pribadi’ Xapo, sebuah data center yang sangat aman. Mereka melalui ‘perangkap’ kedua dan berakhir di sebuah pintu berwarna putih yang tidak terlalu mencolok. Saat di buka ada sebuah ruangan berisi unit pendingin dan satu pintu lagi. Di balik pintu itu, telah menunggu Carlos Rienzi, kepala keamanan Xapo. ‘Ruangan pribadi’ Xapo dirancang dengan protokol keamanan sangat rumit untuk mencegah pencurian dan pembobolan data dari para hacker.

Ada dua portal lagi dalam ‘ruang pribadi’ tersebut. Permata mengarah ke ruang operator dan kedua ke sebuah ‘ruangan dingin’. Ruangan ini dilingkari dengan pelat baja yang mencegah kemungkinan EMP (sebuah gelombang energy yang dapat membuat korsleting benda yang dialiri listrik) yang bisa menghapus data. Untuk ruang penyimpanan aset digital hal  ini memang diperlukan guna menghadapi serangan seperti EMP.


Tak seorangpun yang diizinkan memasuki ‘ruangan dingin’. Pintunya menutup rapat. Ruangan ini berisi hardware yang tidak terhubung dengan internet digunakan untuk menandai transaksi Bitcoin. Transaksi Bitcoin bisa dilakukan secara offline.

Operator mengakses hardware tersebut dengan sebuah kabel khusus dan mengirimkan data terenkripsi ke hardware untuk ditandai lagi. Sebelum transaksi disetujui ada dua proses penandaan yang harus dilalui, itu pun berada di kubah lain berada di benua lain. Rienzi mengatakan sistem mereka diserang para hacker 7x24 jam dan langkah pengaman yang dilakukan selalu mengalami pembaharuan. “Ini permainan catur. Anda harus memikirkan gerakan lama selanjutnya, tidak bisa rileks,” ujarnya.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular