
Pandu Sastrowardoyo
CEO DeBio Network, NFT Curator Unique One Network, CoFounder Asosiasi Blockchain Indonesia. Mantan pegawai IBM dengan posisi sebagai Country Product Leader, Manajer Teknis APAC, Manajer Bisnis ASEAN, dan Territory General Manager, Pandu membawa pengalaman Enterprise yang kuat ke dalam ekosistem Blockchain. Beliau merupakan konsultan teknologi dan pengamat masa depan persimpangan bisnis dan teknologi.
Profil SelengkapnyaBlockchain, Masa Depan Industri?
15 January 2018 14:22

Bayangkanlah sebuah situasi seperti ini: Anda memiliki anak atau adik di luar negeri yang sedang menempuh studi. Tiba-tiba dia sakit parah, uangnya tidak cukup untuk pergi ke rumah sakit dan menemui dokter. Apa yang akan anda lakukan? Tentu anda akan pergi ke bank untuk mengirimkan sejumlah dana agar anak atau adik anda bisa pergi ke dokter.
Semua orang tahu bahwa proses pengiriman uang via bank ke luar negeri mahal biayanya. Bank akan memeriksa apakah bank yang dituju adalah mitra atau koresponden atau tidak. Jika ternyata bank tempat anda mengirim dana tidak mengenal bank tujuan, maka bank harus mencari bank lain sebagai perantara. Dana yang anda kirim itu bisa jadi dipotong di setiap titik sebagai komisi. Sudah begitu, sampainya lama pula, bisa dua sampai tiga hari. Mau sampai pada hari yang sama? Bayar lagi, dan itu mahal sekali.
Hal tersebut terjadi karena antara bank di seluruh dunia tidak terhubung melalui protokol yang sama, sehingga tidak ada cara memastikan kebenaran transaksi yang dilakukan antara satu bank dengan bank lainnya selama tidak ada jalinan hubungan langsung. Hal yang sama pada tingkatan yang lebih tidak kompleks juga terjadi di dalam hubungan antar bank di dalam negeri, dalam kegiatan sistem kliring nasional misalnya.
Pertanyaannya kemudian, tidak adakah cara untuk membuat seluruh sistem perbankan di dunia terhubung dalam satu jaringan besar dimana setiap bank bisa bermitra atau bertransaksi dengan bank lainnya tanpa proses pengenalan yang rumit, dan mempercepat proses transaksi orang-orang yang ingin mengirimkan uang dari satu bank ke bank lainnya?
Jawaban atas mimpi tersebut ada dalam teknologi blockchain, suatu teknologi berdasarkan jaringan peer to peer yang terdesentralisasi, efisien, dan aman karena dilindungi oleh algoritma kriptografi yang kuat. Blockchain di dalam dunia perbankan memungkinkan setiap bank yang menerapkan teknologi ini untuk dapat memverifikasi identitas bank yang menjadi lawan transaksi, melihat pembukuan dan histori transaksi secara terbuka, dan memungkinkan perpindahan dana secara cepat.
Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan sistem blockchain untuk menyatukan seluruh institusi perbankan di dunia tersebut pun tidaklah besar, karena sistemnya yang terdesentralisasi dan tidak membutuhkan satu server atau data center terpusat untuk bertindak sebagai lembaga kliring bagi seluruh transaksi. Bank tidak perlu mengeluarkan biaya investasi IT yang besar seperti penambahan dan penggantian server baru setiap tahunnya, atau mempekerjakan tim IT support dan tim operasional yang besar jumlahnya seperti saat ini.
Blockchain membuat sekelompok bank yang memiliki kepentingan sama yang saling bersaing jadi mampu bekerja sama. Hal ini sebelumnya tidak dapat dilakukan ketika mereka memakai sistem tradisional IT. Karena dalam arsitektur traditional IT harus selalu ada server central yang bertindak sebagai single point of truth.
Dengan blockchain hal itu tidak perlu terjadi karena masing masing bank akan memiliki status yang sama. Tidak ada bank yang lebih tinggi dari yang lain, dan bank yang bisa melakukan tempering terhadap data. Karena teknologi peer to peer dalam blockchain menyebabkan tiap nodes memiliki kemampuan yang sama dan tidak ada nodes yang dapat menguasai nodes lainnya, semua keputusan dilakukan atas dasar konsensus. Inilah kekuatan utama dari blockchain yaitu dari kemampuan mendistribusikan kepercayaan di dalam sebuah sistem IT.
Yang dibutuhkan semata hanya jaringan yang terbentuk dari komputer di satu bank yang dihubungkan ke bank lainnya yang akan menerima seluruh histori data transaksi yang dilakukan di dalam sistem blockchain tersebut. Setiap transaksi dapat divalidasi secara independen sehingga memudahkan bank untuk melakukan balancing atas dana yang dikirimkan dan diterima.
Tidak lagi diperlukan suatu sistem gerbang pembayaran atau transaksi nasional maupun internasional yang menggantungkan seluruh pertukaran data hanya pada satu sistem yang disediakan oleh bank, acquirer, atau perusahaan penyedia. Artinya, biaya transaksi akan lebih murah lagi karena hilangnya middleman alias perantara yang memastikan data transaksi bisa dipertukarkan antar bank pemilik transaksi.
Seluruh data selalu hidup dan disebarkan kepada seluruh peserta dalam sistem blockchain, sehingga meningkatkan keandalan data karena tidak tergantung pada satu penyedia saja yang membutuhkan biaya investasi sekunder seperti sistem DRC (Disaster Recovery Center) untuk mendukung keandalan operasi. Andaikan satu node milik bank mengalami kegagalan, tidak ada yang perlu dikuatirkan. Ia akan menerima data terbaru ketika hidup dan bergabung kembali.
Satuan informasi yang diterima dan dikirimkan dapat dianggap sebagai suatu ‘mata uang’ baru yang disepakati nilainya oleh setiap bank, dan ini merupakan suatu peluang bisnis tresuri baru bagi setiap bank-bank pesertanya, dan melepaskan ketergantungan bank dari satu mata uang yang paling dominan sekaligus dapat melakukan lindung nilai atas mata uang asli yang digunakan.
Prasyarat untuk mewujudkan keterhubungan antara institusi perbankan ini adalah kesediaan setiap bank untuk bergabung ke dalam satu platform blockchain yang sama. Untuk mencapai hal ini, perlu inisiatif dari bank sentral untuk mendorong migrasi dari bentuk transaksi antar bank konvensional dengan memanfaatkan teknologi blockchain, dapat dimulai pada adopsi level regional, mengingat kerjasama yang baik antara bank sentral Indonesia dengan bank sentral di kawasan, sehingga mempercepat adopsinya.
Dalam hal ini, justru bank sentral selaku regulator yang seharusnya dapat mendorong adopsi blockchain dengan secara aktif menjadi mendorong adopsi melalui penetapan platform blockchain dan algoritma enkripsi yang digunakan, sehingga tercipta rasa keadilan dan saling percaya antar bank untuk menggunakannya. Blockchain juga memberikan fleksibilitas bagi bank sentral untuk melihat transaksi yang dilakukan setiap bank dalam satu sistem perbankan sebuah negara, sehingga meminimalkan waktu pengumpulan laporan harian atau bulanan dan proses verifikasinya.
Dalam ekstrim industri yang lain, sistem blockchain tidak hanya eksis di dalam industri jasa seperti perbankan dan finansial. Dalam industri manufaktur atau retail, menjaga agar stok persediaan selalu cukup dan mencegah penyusutan akibat pencurian adalah suatu tantangan yang sudah ada sejak manufaktur mengalami proses revolusi industri. Blockchain dapat menjadi platform dimana harga, tanggal-tanggal penting, perpindahan lokasi, tingkat kualitas, sertifikasi, dan informasi lainnya dicatat serta tercatat historinya sehingga bisa dikelola dengan lebih baik lagi.
Saya percaya Blockchain adalah teknologi yang memiliki value yang lebih besar dari sekedar cryptocurrency. Blockchain adalah sebuah teknologi yang dapat diaplikasikan dalam banyak sekali kasus bisnis. Sebagai contoh dalam suply chain management, pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai berapa banyak suplai yang terpakai, dipakai di lini mana saja, berapa jumlah stok saya sekarang dan kapan saya perlu melakukan restok persediaan dengan sangat efisien, dan bagaimana saya mengelola para pemasok dan kapan saya perlu memesan dari mereka, sembari memberikan tingkat keamanan yang tinggi melalui pencatatan perpindahan lokasi sebagai suatu transaksi yang valid dalam blockchain.
Kini di jaman internet untuk segala, atau yang kita kenal juga dengan istilah IoT (Internet of Things) teknologi blockchain bahkan bisa diterapkan untuk membuat sistem IoT yang severless. Bayangkan, sebuah sistem IoT untuk agrikultur yang memonitor kondisi presipitasi tanah dan menyalakan sprinkler atau meningkatkan cahaya -- namun tidak membutuhkan server untuk melakukan semua kalkulasi tersebut.
Pada akhirnya, masyarakat sebagai konsumenlah yang akan diuntungkan dengan penerapan teknologi blockchain di dalam industri, baik itu jasa maupun barang. Dalam dunia finansial, efisiensi waktu dan biaya akan mendorong lebih banyak masyarakat yang bertransaksi menggunakan jasa perbankan dan mengurangi atau bahkan menghapus hambatan penggunaan jasa perbankan di dalam masyarakat.
Dalam dunia retail, blockchain dapat mendorong penyediaan kualitas produk yang baik dan tersedia sepanjang waktu. Demikian pula bagi pelaku industri yang hendak mengandalkan kemampuan jaringan dalam bisnisnya, blockchain dapat membantu sistem mereka menjadi lebih handal dan efisien. Pada akhirnya, semua pihak akan diuntungkan dengan implementasi platform blockchain yang diadopsi secara uniform, simultan, dan meluas oleh seluruh pelaku dunia industri. (dru)
Semua orang tahu bahwa proses pengiriman uang via bank ke luar negeri mahal biayanya. Bank akan memeriksa apakah bank yang dituju adalah mitra atau koresponden atau tidak. Jika ternyata bank tempat anda mengirim dana tidak mengenal bank tujuan, maka bank harus mencari bank lain sebagai perantara. Dana yang anda kirim itu bisa jadi dipotong di setiap titik sebagai komisi. Sudah begitu, sampainya lama pula, bisa dua sampai tiga hari. Mau sampai pada hari yang sama? Bayar lagi, dan itu mahal sekali.
Hal tersebut terjadi karena antara bank di seluruh dunia tidak terhubung melalui protokol yang sama, sehingga tidak ada cara memastikan kebenaran transaksi yang dilakukan antara satu bank dengan bank lainnya selama tidak ada jalinan hubungan langsung. Hal yang sama pada tingkatan yang lebih tidak kompleks juga terjadi di dalam hubungan antar bank di dalam negeri, dalam kegiatan sistem kliring nasional misalnya.
Pertanyaannya kemudian, tidak adakah cara untuk membuat seluruh sistem perbankan di dunia terhubung dalam satu jaringan besar dimana setiap bank bisa bermitra atau bertransaksi dengan bank lainnya tanpa proses pengenalan yang rumit, dan mempercepat proses transaksi orang-orang yang ingin mengirimkan uang dari satu bank ke bank lainnya?
Jawaban atas mimpi tersebut ada dalam teknologi blockchain, suatu teknologi berdasarkan jaringan peer to peer yang terdesentralisasi, efisien, dan aman karena dilindungi oleh algoritma kriptografi yang kuat. Blockchain di dalam dunia perbankan memungkinkan setiap bank yang menerapkan teknologi ini untuk dapat memverifikasi identitas bank yang menjadi lawan transaksi, melihat pembukuan dan histori transaksi secara terbuka, dan memungkinkan perpindahan dana secara cepat.
Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan sistem blockchain untuk menyatukan seluruh institusi perbankan di dunia tersebut pun tidaklah besar, karena sistemnya yang terdesentralisasi dan tidak membutuhkan satu server atau data center terpusat untuk bertindak sebagai lembaga kliring bagi seluruh transaksi. Bank tidak perlu mengeluarkan biaya investasi IT yang besar seperti penambahan dan penggantian server baru setiap tahunnya, atau mempekerjakan tim IT support dan tim operasional yang besar jumlahnya seperti saat ini.
Blockchain membuat sekelompok bank yang memiliki kepentingan sama yang saling bersaing jadi mampu bekerja sama. Hal ini sebelumnya tidak dapat dilakukan ketika mereka memakai sistem tradisional IT. Karena dalam arsitektur traditional IT harus selalu ada server central yang bertindak sebagai single point of truth.
Dengan blockchain hal itu tidak perlu terjadi karena masing masing bank akan memiliki status yang sama. Tidak ada bank yang lebih tinggi dari yang lain, dan bank yang bisa melakukan tempering terhadap data. Karena teknologi peer to peer dalam blockchain menyebabkan tiap nodes memiliki kemampuan yang sama dan tidak ada nodes yang dapat menguasai nodes lainnya, semua keputusan dilakukan atas dasar konsensus. Inilah kekuatan utama dari blockchain yaitu dari kemampuan mendistribusikan kepercayaan di dalam sebuah sistem IT.
Yang dibutuhkan semata hanya jaringan yang terbentuk dari komputer di satu bank yang dihubungkan ke bank lainnya yang akan menerima seluruh histori data transaksi yang dilakukan di dalam sistem blockchain tersebut. Setiap transaksi dapat divalidasi secara independen sehingga memudahkan bank untuk melakukan balancing atas dana yang dikirimkan dan diterima.
Tidak lagi diperlukan suatu sistem gerbang pembayaran atau transaksi nasional maupun internasional yang menggantungkan seluruh pertukaran data hanya pada satu sistem yang disediakan oleh bank, acquirer, atau perusahaan penyedia. Artinya, biaya transaksi akan lebih murah lagi karena hilangnya middleman alias perantara yang memastikan data transaksi bisa dipertukarkan antar bank pemilik transaksi.
Seluruh data selalu hidup dan disebarkan kepada seluruh peserta dalam sistem blockchain, sehingga meningkatkan keandalan data karena tidak tergantung pada satu penyedia saja yang membutuhkan biaya investasi sekunder seperti sistem DRC (Disaster Recovery Center) untuk mendukung keandalan operasi. Andaikan satu node milik bank mengalami kegagalan, tidak ada yang perlu dikuatirkan. Ia akan menerima data terbaru ketika hidup dan bergabung kembali.
Satuan informasi yang diterima dan dikirimkan dapat dianggap sebagai suatu ‘mata uang’ baru yang disepakati nilainya oleh setiap bank, dan ini merupakan suatu peluang bisnis tresuri baru bagi setiap bank-bank pesertanya, dan melepaskan ketergantungan bank dari satu mata uang yang paling dominan sekaligus dapat melakukan lindung nilai atas mata uang asli yang digunakan.
Prasyarat untuk mewujudkan keterhubungan antara institusi perbankan ini adalah kesediaan setiap bank untuk bergabung ke dalam satu platform blockchain yang sama. Untuk mencapai hal ini, perlu inisiatif dari bank sentral untuk mendorong migrasi dari bentuk transaksi antar bank konvensional dengan memanfaatkan teknologi blockchain, dapat dimulai pada adopsi level regional, mengingat kerjasama yang baik antara bank sentral Indonesia dengan bank sentral di kawasan, sehingga mempercepat adopsinya.
Dalam hal ini, justru bank sentral selaku regulator yang seharusnya dapat mendorong adopsi blockchain dengan secara aktif menjadi mendorong adopsi melalui penetapan platform blockchain dan algoritma enkripsi yang digunakan, sehingga tercipta rasa keadilan dan saling percaya antar bank untuk menggunakannya. Blockchain juga memberikan fleksibilitas bagi bank sentral untuk melihat transaksi yang dilakukan setiap bank dalam satu sistem perbankan sebuah negara, sehingga meminimalkan waktu pengumpulan laporan harian atau bulanan dan proses verifikasinya.
Dalam ekstrim industri yang lain, sistem blockchain tidak hanya eksis di dalam industri jasa seperti perbankan dan finansial. Dalam industri manufaktur atau retail, menjaga agar stok persediaan selalu cukup dan mencegah penyusutan akibat pencurian adalah suatu tantangan yang sudah ada sejak manufaktur mengalami proses revolusi industri. Blockchain dapat menjadi platform dimana harga, tanggal-tanggal penting, perpindahan lokasi, tingkat kualitas, sertifikasi, dan informasi lainnya dicatat serta tercatat historinya sehingga bisa dikelola dengan lebih baik lagi.
Saya percaya Blockchain adalah teknologi yang memiliki value yang lebih besar dari sekedar cryptocurrency. Blockchain adalah sebuah teknologi yang dapat diaplikasikan dalam banyak sekali kasus bisnis. Sebagai contoh dalam suply chain management, pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai berapa banyak suplai yang terpakai, dipakai di lini mana saja, berapa jumlah stok saya sekarang dan kapan saya perlu melakukan restok persediaan dengan sangat efisien, dan bagaimana saya mengelola para pemasok dan kapan saya perlu memesan dari mereka, sembari memberikan tingkat keamanan yang tinggi melalui pencatatan perpindahan lokasi sebagai suatu transaksi yang valid dalam blockchain.
Kini di jaman internet untuk segala, atau yang kita kenal juga dengan istilah IoT (Internet of Things) teknologi blockchain bahkan bisa diterapkan untuk membuat sistem IoT yang severless. Bayangkan, sebuah sistem IoT untuk agrikultur yang memonitor kondisi presipitasi tanah dan menyalakan sprinkler atau meningkatkan cahaya -- namun tidak membutuhkan server untuk melakukan semua kalkulasi tersebut.
Pada akhirnya, masyarakat sebagai konsumenlah yang akan diuntungkan dengan penerapan teknologi blockchain di dalam industri, baik itu jasa maupun barang. Dalam dunia finansial, efisiensi waktu dan biaya akan mendorong lebih banyak masyarakat yang bertransaksi menggunakan jasa perbankan dan mengurangi atau bahkan menghapus hambatan penggunaan jasa perbankan di dalam masyarakat.
Dalam dunia retail, blockchain dapat mendorong penyediaan kualitas produk yang baik dan tersedia sepanjang waktu. Demikian pula bagi pelaku industri yang hendak mengandalkan kemampuan jaringan dalam bisnisnya, blockchain dapat membantu sistem mereka menjadi lebih handal dan efisien. Pada akhirnya, semua pihak akan diuntungkan dengan implementasi platform blockchain yang diadopsi secara uniform, simultan, dan meluas oleh seluruh pelaku dunia industri. (dru)