Salah Satu Jawaban Kenapa Go-Jek Diidamkan Investor Asing

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
19 January 2018 13:42
Kabar cukup mengejutkan datang dari dunia startup kemarin di mana Go-Jek kembali mendapatkan suntikan dana segar dari investor.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar cukup mengejutkan datang dari dunia startup kemarin di mana Go-Jek kembali mendapatkan suntikan dana segar dari investor. Dananya berasal dari Alphabet, induk usaha Google , Temasek dari Singapura dan platform online China Meituan-Dianping.

Investor eksisting Go-Jek seperti perusahaan ekuitas swasta global KKR & Co LP dan Warburg Pincus LLC juga ikut suntikkan dana. Dari penggalangan dana ini Go-Jek akan mendapatkan dana sebesar US$1,2 miliar atau setara dengan Rp 16,2 triliun (asumsi US$1 = Rp 13.500).

Sebelumnya, Go-Jek dalam dua tahun terakhir juga mendapat banyak suntikan dana dari Tencent, China. Investor Go-Jek juga berasal dari berbagai negara seperti Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures dan Formation Group. Tak lupa juga  KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital and Capital Group Private Markets.

Direktur Asosiasi Fintech Indonesia M Ajisatria Suleiman ketika berbincang dengan CNBC Indonesia, Jumat (19/1/2018) mengungkapkan banyaknya investor dari luar atau asing untuk masuk ke startup lokal hingga unicorn jangan dipandang negatif.

Pasalnya, jenis investor dalam menyuntik modalnya kepada sebuah perusahaan khusus teknologi dan startup tidak bisa disamakan dengan perusahaan biasanya.


"Kebanyakan investor yang masuk ke startup bahkan ke unicorn ini tidak bicara soal ownership. Tokopedia misalnya. Alibaba masuk Tokopedia, apa langsung kepemilikan berpindah ke asing? Jawabannya tidak," ungkap Aji.

Investor yang masuk Fintech di Indonesia sudah sangat berpengalaman dan sangat mengetahui kondisi perusahaan yang akan disuntikkan modalnya. Menurut Aji, investor ini lebih kepada money oriented termasuk Go-Jek sendiri. "Bukan strategic investor yang masuk untuk menjadi pengendali. Namun lebih kepada pembagian hasil usaha saja dari laba. Go-Jek dan lainnya yang masuk unicorn dipandang investor ke depan mungkin sangat menjanjikan," kata Dia.

Mengapa investor lokal tidak banyak yang berminat?

Aji menjelaskan, pada dasarnya bukan tidak berminat menjawab pertanyaan di atas. Namun investor lokal belum mengetahui bagaimana perusahaan Fintech, startup bahkan sampai unicorn bekerja.

"Bank misalnya, mereka tidak akan bisa masuk perusahaan seperti ini karena perusahaan pasti tidak mau ditagih bunga per bulan dan bayar cicilan pokok. Sementara bank skema pendanaannya highly regulated," papar Aji.

Aji mengungkapkan lebih jauh, Alibaba sendiri di China merupakan raksasa e-commerce dan jasa keuangan. Namun suntikan dananya justru dari perusahaan Jepang yakni SoftBank.

"Ini tidak serta merta menjadikan Alibaba yang notabene perusahaan China menjadi perusahaan Jepang," tuturnya.

Investor luar ini, sambung Aji, merupakan investor yang sudah berpengalaman memberikan suntikan modal kepada perusahan-perusahaan fintech yang dipandang menjanjikan. Sehingga, tak heran banyak asing menyerbu perusahaan Indonesia untuk ikut mengembangkan.

"Toh hal ini memberikan dampak positif pastinya untuk perusahaan lokal bisa ekspansi lebih jauh," tutup Aji.
(dru) Next Article Go-Jek Bikin Harga Rumah Murah, Pengamat: Tak Ada Hubungannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular