
Rekor Nih! Kurs Riyal Sudah 9 Pekan Tak Melemah Lawan Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar riyal Arab Saudi menguat tajam 0,26% melawan rupiah ke Rp 3.875/SAR pada perdagangan Rabu (21/4/2021), setelah melemah dalam 3 hari beruntun. Arab Saudi menerapkan kebijakan fixed rate mata uang riyal terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak tahun 1986. US$ 1 ditetapkan setara 3,75 riyal.
Dengan kebijakan tersebut naik turunnya nilai tukar riyal melawan rupiah menjadi sama persis dengan dolar AS melawan rupiah. Bagaimana pun kondisi perekonomian Arab Saudi, pergerakan mata uangnya akan selalu copy paste dari dolar AS.
Hal tersebut membuat riyal mampu menguat ke level tertinggi 5 bulan di Rp 3.897/SAR, sebab dolar AS melawan rupiah juga berada di level yang sama. Selain itu, riyal sudah 9 pekan tidak pernah melemah melawan rupiah. Catatan tersebut menjadi yang terpanjang sejak September 2015, ketika riyal mampu menguat 11 pekan beruntun. Sekali lagi, dolar AS juga mencatat hal yang sama.
Selain perkasanya dolar AS yang membuat riyal juga menguat, rupiah juga sedang tidak dalam kondisi bagus. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini dipangkas oleh Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) serta Bank Indonesia.
IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini menjadi 4,3%, dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 4,8%. Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF bahkan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan melesat 6,1%.
Sementara BI kemarin mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan 3,5%. Namun, BI menurunkan proyeksi produk domestik bruto (PDB) tahun ini menjadi 4,1-5,1% dari sebelumnya 4,3-5,3%.
"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,1-5,1%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode April 2021, Selasa (20/4/2021).
Selain itu capital outflow yang terjadi dari pasar obligasi juga membuat rupiah lemas.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pada bulan Maret lalu terjadi capital outflow sekitar Rp 20 triliun di pasar obligasi.
Di bulan ini kondisinya sedikit membaik, sepanjang April hingga terjadi capital inflow sekitar US$ 3 triliun. Namun, hal tersebut belum cukup membuat rupiah kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raja Salman "Blacklist" 20 Negara, Riyal Arab Saudi Jeblok!
