Internasional

PM Mustafa Merapat ke Raja Salman, Irak-Arab Makin Mesra

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 April 2021 07:30
FILE PHOTO: Saudi Arabia's King Salman bin Abdulaziz Al Saud talks during the opening of 29th Arab Summit in Dhahran, Saudi Arabia April 15, 2018. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY/File Photo
Foto: Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud (Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi melakukan kunjungan ke Arab Saudi. Kunjungan pertamanya ini bertujuan untuk menjalin hubungan ekonomi dan keamanan perbatasan.

Dalam mendorong hubungan ekonomi, Irak dan Arab Saudi menandatangani lima perjanjian, Rabu (31/03/2021) meliputi bidang keuangan, komersial, ekonomi, budaya, dan media.

PM Irak mengatakan pihaknya berupaya meningkatkan hubungan kerjasama perdagangan dan ekonomi selama kunjungan. Kedua negara bahkan sepakat membentuk dana bersama dengan perkiraan modal US$ 3 miliar.

"Sebuah kontribusi dari kerajaan untuk meningkatkan investasi dalam ekonomi Irak," ungkapnya dikutip dari Al Jazeera, Minggu, (04/04/2021).

Diperkirakan investasi ini akan meningkat 10 miliar riyal atau US$ 2,67 miliar. Selain itu, kedua negara juga sepakat memelihara kerjasama energi untuk menjaga stabilitas di pasar minyak global.

Irak adalah produsen terbesar kedua dalam kartel minyak OPEC, hanya mengungguli Arab Saudi.

Al-Kadhimi, yang pemerintahnya berusaha mempercepat investasi asing termasuk dukungan Saudi untuk energi dan pertanian, mendorong kerja sama yang lebih dalam dengan Riyadh.

Selain hubungan di sektor ekonomi, masalah keamanan juga dibahas. Di mana pada bulan Januari, drone bermuatan bahan peledak menabrak istana kerajaan utama di Riyadh.

Media Amerika mengutip pejabat AS mengatakan mereka diluncurkan dari negara tetangga Irak. Pejabat Saudi tidak secara terbuka mengungkapkan rincian tentang serangan.

Tetapi berita itu menimbulkan kekhawatiran di negara yang sering mendapat serangan rudal dan pesawat tak berawak dari pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran di Yaman, tempat koalisi yang dipimpin Riyadh melancarkan serangan militer enam tahun lalu.

Al-Kadhimi mengatakan klaim kelompok tersebut tidak benar. Dia bersikeras bahwa serangan itu tidak diluncurkan dari Irak.

"Kami tidak akan mengizinkan serangan apa pun di kerajaan," katanya kepada wartawan.

Menurutnya ada upaya dari beberapa pihak untuk mengganggu hubungan kedua negara. "Ada upaya oleh beberapa orang untuk mengganggu hubungan," tuturnya.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ambisi Putri Saddam Hussein: Bisa Pimpin Irak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular