Saham BRIS Kena ARB Terus, Ini Wejangan Yusuf Mansur

tahir saleh, CNBC Indonesia
23 October 2020 15:33
Foto: detik.com/ Tripa Ramadhan
Foto: Foto: detik/ Tripa Ramadhan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ustaz kondang, Yusuf Mansur yang juga pendiri Paytren, menegaskan belum akan melepas saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) mengingat horizon investasinya adalah investasi jangka panjang demi pengembangan perbankan syariah.

Komitmen itu disampaikan kendati saham BRIS saat ini mulai mengalami tren turun di tengah sentimen positif merger bank syariah BUMN.

Dalam skema merger, BRIS akan menjadi bank survivor dan menerima penggabungan dua bank syariah BUMN lainnya yakni PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNI).

Merger tiga bank syariah pelat merah ini akan efektif pada 1 Februari 2021.

"Harus ada kemauan untuk membersamai industri syariah dan ekonomi umat, yang bukan bicara cash in cash out, bukan cip in cip out, memuaskan diri menjadi pemegang saham dan dapat bagi hasil dari Allah, di dan dari setiap kegiatan dan aktivitas perbankan syariah, entar keberkahan dunia, ngikut," katanya dalam pesan WhatsApp kepada CNBC Indonesia, Jumat (23/10/2020).

Ustad YM adalah salah satu dari sekian banyak pemegang saham BRISyariah dari investor ritel di bawah 5% sehingga tidak tercatat dalam laporan keuangan BRIS.

Dia mengatakan berkaitan dengan dilusi pemegang saham publik saat bank BRIS efektif merger, Yusuf Mansur menegaskan dilusi menjadi keniscayaan di investasi mana pun.

"Sebenarnya ga ada pilihan. Ke depan pasti dilusi itu keniscayaan. Makanya, jaga niat banget [untuk niat investasi] atau ya mangga [silakan] ditarik, dilepas [jika ingin jangka pendek]," katanya.

"Dilusi, seperti keharusan sebuah perjalanan perbankan, nambah modal terus menerus. Kecuali sudah jadi Bank BUKU 4. Mudah-mudahan kategori merger ini menjadikan bank syariah gabungan ini jadi dan berkelas bank BUKU 4 [bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun]."

"Persoalan terdilusi sebagai sebuah sistem, udah terjadi di hampir semua bentuk dan wujud usaha apapun, apalagi termasuk perbankan. Jika demikian, maka kelak bisa saja, umat yang membersamai di awal, bisa zero sahamnya."

"Jika ini yang terjadi, semoga segala keberkahan nawaitu [niat baik karena Allah] berjuang karena Allah, sudah membawa kepada pulang modal dan untung dunia akhirat dari semua pintu rizki, di dan dengan berbagai bentuknya," jelasnya.

Menurut ustaz YM, niat berinvestasi jangan disertai dengan mental mengambil untung sesaat di bank syariah.

"Itu dia... makanya mentalnya jangan mental ambil untung sesaat. Tapi kan yang begini-begini, suka bikin nyesek diri sendiri. diserang sana sini sendiri, diomongin yang engga-engga."

Dalam skema merger ini, pemegang saham publik di BRIS nantinya akan terdilusi menjadi tinggal 4,4% dalam proses merger bank syariah BUMN.

Adapun PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan menjadi pemegang saham dominan BRIS dengan kepemilikan hingga 51% mengingat anak usahanya, BSM, memberikan aset paling besar.

Berdasarkan keterangan resmi pemerintah, komposisi pemegang saham pada lainnya di BRIS nanitnya adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) 25,0%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 17,4%, DPLK BRI-Saham Syariah 2% dan investor publik 4,4%.

Pemegang saham BRIS usai merger, prospektusFoto: Pemegang saham BRIS usai merger, prospektus
Pemegang saham BRIS usai merger, prospektus

Sebagai perbandingan, data laporan keuangan per Juni 2020 mencatat saham BRIS dipegang publik sebesar 18,34%, sementara BRI 73%, dan 8,6% dipegang DPLK Bank Rakyat Indonesia-Syariah.

Ketua Project Management Office Integrasi (PMO) dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi mengatakan total aset bank hasil penggabungan ini nantinya akan mencapai Rp 215,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun.

Dengan demikian bank hasil penggabungan akan masuk ke dalam TOP 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.

Bank hasil penggabungan akan tetap menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan ticker code (kode saham) BRIS.

"Integrasi ini lebih dari sekadar corporate action," kata Hery dalam siaran persnya, Rabu (21/10/2200).

Hanya saja, data perdagangan mencatat, dalam 3 hari terakhir saham BRIS terkoreksi. Bahkan pada perdagangan Rabu dan Kamis koreksinya mencapai level bawah alias auto reject bawah (ARB) minus 7%.

Pada sesi II, pukul 14.37 WIB, Jumat ini (23/10), saham BRIS minus 6,54% di level Rp 1.215/saham.

Salah satu dampak koreksi saham ini adalah harga cash offer saham BRIS yang hanya berada di kisaran Rp 781/unit. Cash offer adalah harga yang akan dibeli oleh pemegang saham pengendali BRIS jika investor eksisting menolak skema merger tiga bank tersebut.

Harga Rp 781,29 per saham BRIS itu merupakan nilai pasar wajar BRIS sebagaimana dinilai oleh KJPP Suwendho, Rinaldy dan Rekan.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dihantam Covid-19, Kinerja BRIS Tetap Moncer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular