Ekonomi RI Nyungsep, tapi Rupiah Masih Menang Lawan Riyal

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 August 2020 19:40
File Foto: Penukar mata uang Saudi menampilkan uang kertas Saudi Riyal di toko penukaran mata uang di Riyadh, Arab Saudi 27 Juli 2017. REUTERS / Faisal Al Nasser
Foto: File Foto: Penukar mata uang Saudi menampilkan uang kertas Saudi Riyal di toko penukaran mata uang di Riyadh, Arab Saudi 27 Juli 2017. REUTERS / Faisal Al Nasser

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar riyal Arab Saudi (SAR) melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (5/8/2020), padahal data menunjukkan perekonomian Indonesia nyungsep di kuartal II-2020.

Berdasarkan data Refinitiv, riyal hari ini melemah 0,18% ke Rp 3.871/SAR di pasar spot. Kemarin riyal juga melemah 0,1%.

Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan angka output perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II-2020. Seperti yang sudah diduga, terjadi kontraksi alias pertumbuhan negatif.

Kepala BPS, Suhariyanto, menyebutkan PDB Indonesia periode April-Juni 2020 terkontraksi -5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).

"Terjadi kontraksi dalam, PDB Q1 kita sudah turun dalam meski year-on-year masih positif. Dan PDB kuartal II kontraksi negatif 5,32% (year-on-year)," kata Suhariyanto.

PDB tersebut merupakan yang terburuk sejak kuartal I-1999.

Sementara dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ), PDB kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi -4,19%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi Tanah Air terkontraksi -4,53% YoY dan -2,89% QtQ. Untuk keseluruhan 2020
Untuk diketahui, suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB tumbuh negatif 2 kuartal beruntun secara YoY, sementara jika negatif 2 kuartal beruntun secara QtQ disebut sebagai resesi teknikal.

PDB -5,32% YoY di kuartal II-2020, menjadi pintu gerbang menuju resesi, dan jika PDB kembali negatif di kuartal III-2020, maka Indonesia akan resmi memasuki resesi.

Meski demikian, rupiah masih tetap perkasa, sebabnya PBD negatif di kuartal II-2020 sudah diantisipasi oleh pelaku pasar sejak jauh-jauh hari, dan kemerosotan ekonomi memang terjadi di seluruh dunia. Yang terpenting kini bagaimana membangkitkan perekonomian yang nyungsep akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-10). 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Jeblok, Riyal Turun ke Level Terlemah 1 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular