
Masih di Bawah Rp 4.000, Kurs Riyal Arab Saudi Menguat Tipis
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 May 2020 20:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar riyal Arab Saudi menguat tipis melawan rupiah pada perdagangan Kamis (14/5/2020), meski masih di bawah Rp 4.000/SAR. Memburuknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah tertekan, sehingga riyal mampu menguat.
Berdasarkan data Refintiv, kurs riyal hari ini menguat 0,03% di Rp 3.950/SAR di pasar spot. Meski demikian riyal masih berada di dekat level terlemah satu setengah bulan Rp 3.934/SAR yang disentuh pada 30 April lalu.
Sebenarnya sentimen pelaku pasar sudah mulai kurang bagus sejak Rabu kemarin akibat munculnya risiko penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua. China dan Korea Selatan (Korsel) yang sebelumnya sudah "menang" melawan virus corona kini harus kembali siaga akibat adanya penambahan kasus baru.
Pemerintah China mengambil langkah tegas dengan menerapkan lockdown di Kota Shulan, Provinsi Jilin. Sementara itu Korsel melaporkan penambahan 29 kasus. Penyebaran kasus baru di Negeri Ginseng tersebut terjadi di sebuah klub, dan hingga saat ini sudah 131 orang dinyatakan positif yang terkait dengan klub tersebut.
Risk appetite (selera mengambil risiko) pelaku pasar semakin rusak setelah ketua bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell memberikan outlook yang agak suram bagi perekonomian Paman Sam, yang diprediksi membutuhkan waktu lama untuk bangkit.
Ketika raksasa ekonomi dunia sedang suram, negara-negara lainnya juga akan terdampak, bahkan pertumbuhan ekonomi global bisa ikut terseret. "Akan butuh waktu untuk kembali seperti sebelum sekarang. Pemulihan kemungkinan akan terjadi dalam tempo yang lebih lebih lambat dari perkiraan," kata Powell, dalam paparan kepada Kongres AS secara virtual.
Selama risiko kesehatan (bahkan kehilangan nyawa) masih tinggi, Powell menegaskan akan sulit bagi dunia usaha untuk menggenjot ekspansi. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja menjadi sangat terbatas (bahkan berkurang drastis) sehingga rumah tangga juga mengalami penurunan pendapatan.
"Ini membuat ekonomi akan mengalami periode produktivitas rendah dan pendapatan yang stagnan dalam waktu yang lebih lama. Dukungan fiskal mungkin membutuhkan biaya yang tidak murah, tetapi layak jika mampu membantu menghindari kerusakan ekonomi jangka panjang dan memperkuat peluang menuju pemulihan," papar Powell.
Akibat pernyataan tersebut, rupiah yang sejak April hingga Rabu kemarin sudah menguat nyaris 9%, harus menghabiskan perdagangan hari ini di zona merah melawan riyal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Raja Salman Diisolasi, Kurs Riyal Ambles Lebih dari 2%
Berdasarkan data Refintiv, kurs riyal hari ini menguat 0,03% di Rp 3.950/SAR di pasar spot. Meski demikian riyal masih berada di dekat level terlemah satu setengah bulan Rp 3.934/SAR yang disentuh pada 30 April lalu.
Sebenarnya sentimen pelaku pasar sudah mulai kurang bagus sejak Rabu kemarin akibat munculnya risiko penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua. China dan Korea Selatan (Korsel) yang sebelumnya sudah "menang" melawan virus corona kini harus kembali siaga akibat adanya penambahan kasus baru.
Risk appetite (selera mengambil risiko) pelaku pasar semakin rusak setelah ketua bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell memberikan outlook yang agak suram bagi perekonomian Paman Sam, yang diprediksi membutuhkan waktu lama untuk bangkit.
Ketika raksasa ekonomi dunia sedang suram, negara-negara lainnya juga akan terdampak, bahkan pertumbuhan ekonomi global bisa ikut terseret. "Akan butuh waktu untuk kembali seperti sebelum sekarang. Pemulihan kemungkinan akan terjadi dalam tempo yang lebih lebih lambat dari perkiraan," kata Powell, dalam paparan kepada Kongres AS secara virtual.
Selama risiko kesehatan (bahkan kehilangan nyawa) masih tinggi, Powell menegaskan akan sulit bagi dunia usaha untuk menggenjot ekspansi. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja menjadi sangat terbatas (bahkan berkurang drastis) sehingga rumah tangga juga mengalami penurunan pendapatan.
"Ini membuat ekonomi akan mengalami periode produktivitas rendah dan pendapatan yang stagnan dalam waktu yang lebih lama. Dukungan fiskal mungkin membutuhkan biaya yang tidak murah, tetapi layak jika mampu membantu menghindari kerusakan ekonomi jangka panjang dan memperkuat peluang menuju pemulihan," papar Powell.
Akibat pernyataan tersebut, rupiah yang sejak April hingga Rabu kemarin sudah menguat nyaris 9%, harus menghabiskan perdagangan hari ini di zona merah melawan riyal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Raja Salman Diisolasi, Kurs Riyal Ambles Lebih dari 2%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular