Putra Mahkota Arab Saudi Disebut Tersangka, Riyal Apa Kabar?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 July 2020 07:45
Dollar and Riyal banknotes are seen in this picture illustration taken May 8, 2017. Picture taken May 8, 2017. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: Riyal (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) disebut menjadi tersangka pembunuhan oleh seorang pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Tetapi, nilai tukar riyal Arab Saudi justru menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (14/7/2020) kemarin.

Berdasarkan data Refinitiv, riyal menguat 0,18% melawan rupiah ke Rp 3.832/SAR di pasar spot.

Pejabat PBB tersebut mengatakan MBS merupakan tersangka utama pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Jurnalis Saudi itu meregang nyawa di Istanbul, Turki, 2018 lalu.

Dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency, pelapor khusus PBB Agnes Callamard mengatakan meski tak memiliki bukti, MBS memprovokasi sehingga pembunuhan terjadi. Ini, ujar dia, membuat MBS menjadi tersangka utama.

"Saya pikir dia adalah tersangka utama," ujarnya sebagaimana dikutip dari media Turki tersebut, Senin (13/7/2020).

"Dalam hal yang menentukan siapa yang memerintahkan atau yang menghasut pembunuhan. Dia adalah sosoknya. (Namun) secara pribadi, saya tidak memiliki bukti yang menunjuk kepadanya," ujar aktivis perempuan ini lagi.

Ia pun mengatakan Badan Intelijen Amerika Serikat alias CIA mungkin memiliki bukti.

Meski demikian, kabar tersebut tak membuat riyal goyang, malah mampu menguat hari ini. Sebabnya, rupiah sedang loyo akibat risiko resesi yang akan melanda Indonesia. 

Hal itu terjadi setelah Singapura yang resmi mengalami resesi, tidak tanggung-tanggung produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2020 minus 41,2% quarter-on-quarter (QoQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020. Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) PDB minus 12,6% setelah sebelumnya minus 0,3%.

Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB minus dalam 2 kuartal beruntun. Kecemasan hal yang sama akan terjadi di Indonesia kini muncul, apalagi Singapura merupakan salah satu mitra strategis.

Di kuartal I-2020 lalu, perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh 2,97% YoY, menjadi yang terendah sejak tahun 2001. Tetapi di kuartal II-2020, situasinya akan berbeda, banyak daerah menerapkan PSBB termasuk DKI Jakarta, sehingga roda bisnis nyaris terhenti atau bahkan mati suri.

Karenanya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%.
Jika di kuartal III-2020 perekonomian Indonesia gagal bangkit, maka label resesi juga akan diterima Indonesia. PDB Indonesia di kuartal III-2020 juga diramal di kisaran -1% sampai 1,2%. Artinya risiko resesi tersebut memang nyata, rupiah pun loyo.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Pekan Berlalu, Rupiah Akhirnya Menguat Melawan Riyal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular