Awal Pekan, Kurs Riyal Arab Saudi Menguat ke Rp 3.760/SAR

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 June 2020 20:09
An employee counts Saudi Riyals bills at a money exchange office in central Cairo, Egypt, March 20, 2019. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Foto: Riyal (REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar riyal Arab Saudi menguat melawan rupiah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (22/6/2020). Sentimen pelaku pasar yang memburuk membuat rupiah diterpa aksi ambil untung (profit taking) sehingga melemah.

Riyal menguat 0,45% ke Rp 3.760/SAR di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di awal Juni lalu, rupiah berada di level terkuat dalam 3 bulan terakhir melawan riyal. Rupiah perkasa sejak 1-8 April saat mencapai level terkuat 3 bulan, dengan penguatan lebih dari 15% melawan riyal. Penguatan tersebut tentunya menggoda pelaku pasar untuk mencairkan cuan

Sentimen pelaku pasar memburuk setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan pandemi penyakit virus corona (Covid-19) kini berada dalam "fase baru dan berbahaya". Hampir separuh dari kasus baru itu berasal dari Amerika Serikat (AS), dengan sejumlah besar juga dilaporkan dari Asia Selatan dan Timur Tengah.

"Pandemi semakin cepat. Lebih dari 150 ribu kasus baru Covid-19 dilaporkan ke WHO kemarin - jumlah paling banyak dalam satu hari sejauh ini," sebut Tedros dalam konferensi pers virtual pada Jumat (19/6) waktu setempat.

Gelombang kedua Covid-19 memang sedang mengintai. China, negara pertama virus corona menjangkit dan sudah sukses meredam penyebarannya kini kembali menghadapi peningkatan kasus.

Namun episenter penyebaran Covid-19 kini berada di Beijing. Setelah 50 hari tanpa transmisi lokal Covid-19 alias nol kasus, Beijing melaporkan kasus pertama pada Jumat (12/6/2020). Komisi Kesehatan Nasioanal China hari ini melaporkan ada 18 kasus Covid-19 baru, 9 di antaranya di Beijing sehingga total kasus di Beijing saat ini 236 orang.

Kluster Covid-19 di Beijing berada di pasar Xinfadi, yang merupakan pasar tradisional terbesar di Beijing. Sehingga risiko semakin banyak orang yang terjangkit cukup tinggi. Pasar Xinfadi tersebut juga jauh lebih besar dari pasar di kota Wuhan yang menjadi awal munculnya virus corona hingga menjadi pandemi.

AS juga melaporkan rekor penambahan kasus per hari di beberapa Negara Bagian. Kemudian dari Australia, Negara Bagian Victoria kembali mengetatkan kebijakan penjarakan sosial (social distancing) setelah terjadi peningkatan kasus.

Dari Eropa, Jerman tingkat reproduksi (Rt) Covid-19 pada hari Minggu naik menjadi 2,88 dari sebelumnya 1,79. Artinya 1 orang yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan ke 2,88 orang, atau dari 100 orang dapat menularkan ke 288 orang.

Penambahan kasus Covid-19 tersebut terjadi setelah kebijakan karantina wilayah (lockdown) dilonggarkan, sehingga pelaku pasar menjadi berhati-hati mengingat hampir semua negara kini melonggarkan kebijakan lockdown.

Yang ditakutkan pelaku pasar, peningkatan jumlah kasus itu bakal memicu penerapan kembali lockdown. Dampaknya, perekonomian global berisiko mengalami resesi panjang. Akibatnya rupiah yang sudah menguat tajam diterpa aksi profit taking.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article 10 Pekan Berlalu, Rupiah Akhirnya Menguat Melawan Riyal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular