2023, BI Targetkan Industri Syariah Capai Market Share 20%
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 December 2018 14:36

Surabaya, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan berharap dalam waktu lima tahun ke depan pangsa pasar (market share) industri keuangan syariah akan mencapai 20%. Sementara posisi saat ini berada di posisi 8%
"Insya Allah jika sektor keuangan kita dorong bisa naik double digit. Inginnya dalam 5 tahun sektor keuangan akan mencapai (market share) 20% dengan pasar modal, instrumen jangka pendek, dan keterlibatan keuangan sosial yaitu wakaf dan zakat," ujar Perry.
Harapan itu disampaikannya, Selasa (11/12/2018), dalam acara Shari'a Economic Festival (ISEF) atau Festival Ekonomi Syariah Indonesia 2018, yang merupakan salah satu strategi promosi untuk memperkenalkan ekonomi syariah kepada masyarakat luas.
Salah satu upaya untuk mengejar target tersebut adalah penerbitan aturan sukuk BI. Sukuk ini bertujuan untuk menambah alternatif instrumen pasar uang syariah yang dapat menjadi solusi jangka pendek kebutuhan likuiditas perbankan dan akan melengkapi instrumen moneter syariah BI yang saat ini sudah ada.
"Sukuk BI sekarang sudah dalam proses harmonisasi. Begitu selesai harmonisasi, akan berlaku," ujar Perry.
Selain itu, upaya yang dilakukan BI adalah mendorong pembiayaan syariah untuk mendorong pengembangan ekonominya.
Senada dengan Perry, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Anwar Bashori juga menyampaikan hal-hal tersebut dalam konferensi pers yang diadakan pada hari kedua penyelenggaraan ISEF di Surabaya, Rabu (12/12/2018).
Namun, ia mengatakan pangsa pasar ekonomi syariah saat ini sudah bisa dibilang besar, dan sangat tidak pas untuk membandingkan pangsa pasar (market share) perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Saat ini pangsa pasar ekonomi syariah masih di sekitaran 5%.
"Kita itu membandingkan yang indikatornya gak pas." Katanya.
Menurut Anwar, indikator ekonomi dan indikator pembiayaan keuangan syariah adalah dua hal yang sangat berbeda.
Anwar juga menjelaskan bahwa saat ini BI beserta lembaga-lembaga lainnya, seperti BPS, MUI, dan KNKS, sedang membicarakan tentang cara untuk menghitung PDB dalam ekonomi syariah. "Kenapa? Karena dari sisi konsumsi saja tidak mungkin 86% penduduk Indonesia itu makanannya makanan haram. Gak ada." Katanya.
"Karena bicara ekonomi itu agak berbeda dengan keuangan. Jadi jangan terlalu pesimis dengan share. Tapi kita harus bicara mengenai faktanya, jadi sebetulnya kita ini sudah cukup besar untuk itu." tambahnya.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Ini Kegundahan Gubernur BI Soal Ekonomi Syariah Indonesia
"Insya Allah jika sektor keuangan kita dorong bisa naik double digit. Inginnya dalam 5 tahun sektor keuangan akan mencapai (market share) 20% dengan pasar modal, instrumen jangka pendek, dan keterlibatan keuangan sosial yaitu wakaf dan zakat," ujar Perry.
"Sukuk BI sekarang sudah dalam proses harmonisasi. Begitu selesai harmonisasi, akan berlaku," ujar Perry.
Selain itu, upaya yang dilakukan BI adalah mendorong pembiayaan syariah untuk mendorong pengembangan ekonominya.
Senada dengan Perry, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Anwar Bashori juga menyampaikan hal-hal tersebut dalam konferensi pers yang diadakan pada hari kedua penyelenggaraan ISEF di Surabaya, Rabu (12/12/2018).
Namun, ia mengatakan pangsa pasar ekonomi syariah saat ini sudah bisa dibilang besar, dan sangat tidak pas untuk membandingkan pangsa pasar (market share) perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Saat ini pangsa pasar ekonomi syariah masih di sekitaran 5%.
"Kita itu membandingkan yang indikatornya gak pas." Katanya.
![]() |
Menurut Anwar, indikator ekonomi dan indikator pembiayaan keuangan syariah adalah dua hal yang sangat berbeda.
Anwar menyebut dalam menghitung ekonomi, banyak aspek yang diperhitungkan di dalamnya, seperti return earning, produk domestik bruto (PDB), dan lainnya. Sementara dalam menghitung keuangan syariah, aspek-aspek itu tidak diperhitungkan.
Anwar juga menjelaskan bahwa saat ini BI beserta lembaga-lembaga lainnya, seperti BPS, MUI, dan KNKS, sedang membicarakan tentang cara untuk menghitung PDB dalam ekonomi syariah. "Kenapa? Karena dari sisi konsumsi saja tidak mungkin 86% penduduk Indonesia itu makanannya makanan haram. Gak ada." Katanya.
"Karena bicara ekonomi itu agak berbeda dengan keuangan. Jadi jangan terlalu pesimis dengan share. Tapi kita harus bicara mengenai faktanya, jadi sebetulnya kita ini sudah cukup besar untuk itu." tambahnya.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Ini Kegundahan Gubernur BI Soal Ekonomi Syariah Indonesia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular