Ingin Ekonomi Pulih Cepat, Yuk Kenali Ekonomi Syariah!

dob, CNBC Indonesia
23 September 2020 12:38
Tangkapan laya Webinar
Foto: Tangkapan laya Webinar

Jakarta, CNBC IndonesiaPandemi COVID-19 telah berdampak terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Beragam cara telah ditempuh untuk mengatasi dampak tersebut.  Bank Indonesia melihat peran ekonomi syariah Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru yang didukung oleh potensi konsumsi komunitas muslim dunia dapat menjadi alternatif dalam mendorong pemulihan ekonomi.  Hal itu terungkap dalam Webinar Series On Halal Lifestyle, Global Halal Consumer Trend, Rabu (16/09/2020). 

Berdasarkan data McKenzie sekitar 40% konsumen Indonesia optimis ekonomi akan rebound. Sentimen ini cukup stabil dalam sebulan terakhir. Survei juga memperkirakan tren belanja online akan terus meningkat, meski covid-19 nantinya surut. Apalagi 60% konsumen telah mencoba berbagai channel e-commerce.  Selain itu, konsumen telah beradaptasi dengan perilaku atau aktivitas baru tanpa kontak fisik seperti remote learning, telemedicine, online fitness and wellness, yang mungkin akan terus berlanjut setelah pandemi.

Sejalan dengan hal tersebut, pada Juli 2020, ekspor neto produk halal Indonesia mencapai 1,61 miliar dolar AS, tertinggi selama 2 tahun terakhir. Transaksi produk halal di e-commerce juga terus meningkat, didominasi oleh produk fesyen, food and beverage, kosmetik, hal tersebut menandakan prospek bisnis syariah yang cukup menjanjkan di tengah Covid-19 melalui pemanfaatan teknologi digital.

Pada kesempatan yang sama, Chairman of Indonesia Halal Lifestyle Center and Indonesia Tourism Forum Sapta Nirwandar, mengatakan industri pariwisata terkena dampak paling berat dari pandemi Covid-19. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga secara global. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh concern kesehatan yang ada terutama di negara-negara destinasi wisata, dan para wisatawan merasa tidak aman untuk berpergian di masa seperti ini. Akibatnya, berbagai industri mulai mengalami penurunan penghasilan, terutama industri aviasi dan perhotelan.

Lebih lanjut, Nirwan mengungkapkan bahwa pandemi berdampak signifikan pada 4 (empat) area tren perilaku konsumen di industri pariwisata global, yaitu: peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan keamanan dalam perjalanan wisata; pemilihan perjalanan dan destinasi wisata domestik dan kurang populer; jumlah generasi milenial yang berkeinginan kembali melakukan perjalanan wisata lebih banyak dibandingkan generasi baby boomers; peningkatan aktivitas lain yang menggantikan perjalanan wisata dan bentuk rekreasi lainnya.

Industri pariwisata harus bisa menghadapi era baru dan beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen. Pertama, dari penyesuaian strategi, regulasi, dan penerapan protokol penanganan Covid-19 dari pemerintah ketika membuka kembali destinasi wisata. Kedua, memastikan protokol kesehatan dan keamanan di industri pariwisata. Ketiga, edukasi, komunikasi dan marketing untuk mendapatkan kepercayaan wisatawan. Keempat, berinvestasi pada teknologi dan sumber daya manusia sehingga mengurangi sentuhan. Kelima, menerapkan bisnis model terutama di produk dan servisnya, serta bertanggung jawab.

Pada industri makanan global, Nirwan mengungkapkan berbagai bentuk bentuk adaptasi kebiasan baru yang akan menjadi tren pascapandemi, baik dari sisi perilaku konsumen, rantai produksi, dan peran pemerintah. Terkait dengan konsumen, ke depan akan terdapat peningkatan konsumsi makanan sehat dan higienis, belanja secara online, pengolahan atau memasak makanan di rumah, dan pentingnya kepercayaan konsumen terhadap produk makanan yang higienis dan sehat.

Pada sektor fesyen, Ketua Nasional Indonesian Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma, mamaparkan bahwa pengembangan tren fesyen muslim tidak hanya terbatas pada pakaian yang tertutup sesuai syariah, namun juga secara lebih luas memperhatikan keseimbangan alam, baik manusia dan lingkungannya sehingga dapat tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Hal itu penting di tengah  dominasi industri "Fast Fashion" yang mementingkan penurunan biaya dan percepatan waktu produksi untuk mengikuti perkembangan pasar demi menghasilkan keuntungan. Namun di sisi lain, memberikan dampak negatif yang merusak lingkungan akibat penggunaan pewarna pakaian yang murah dan merusak.  

Sebagai informasi Webinar Series On Halal Lifestyle, Global Halal Consumer Trend merupakan rangkaian menuju ISEF 2020 yang mengangkat tema "Mutual Empowerment in Accelerating Sharia Economic Growth through Promoting Halal Industries for Global Prosperity. Puncak ISEF 2020 akan diselenggarakan pada 27 - 31 Oktober 2020.

Rangkaian kegiatan ISEF 2020 terdiri dari 22 serial discussion melalui webinar, 500 exhibitions, 7 business matching, dan 8 business coaching, silahturami pesantren nasional, dialog pemberdayaan ekonomi dan usaha pesantren termasuk pelaksanaan festival ekonomi syariah (fesyar) di 3 Provinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat dan Jawa Timur serta pelaksanaan kompetisi nasional dan 10 international halal product showcase.

Selain itu, berbagai pertemuan internasional akan dilaksanakan, antara lain International Contemporary Fiqih Conference bersama DSN-MUI dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Mesir, Islamic Digital Economy conference bersama SESRIC-OIC, serta International Halal Lifestyle Conference.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Syariah Bisa Jadi Motor Pertumbuhan RI Pasca Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular