MARKET DATA
Newsletter

Sentimen Positif Lokal Melawan Badai Global: RI Bertahan atau Tumbang?

Gelson Kurniawan,  CNBC Indonesia
16 December 2025 06:20
New York Stock Exchange (NYSE)
Foto: Pexels

Dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan Senin atau Selasa dini hari waktu Indonesia.

Bursa jeblok seiring tekanan pada saham-saham kunci di sektor kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Indeks S&P melemah 0,16% dan berakhir di level 6.816,51, setelah sempat bergerak di zona positif pada awal sesi. Dow Jones Industrial Average turun 41,49 poin atau 0,09% ke 48.416,56, sementara Nasdaq Composite jeblok 0,59% ke 23.057,41.

Sejumlah saham AI membebani pergerakan pasar secara keseluruhan pada sesi Senin. Saham Broadcom dan Oracle, dua emiten yang pekan lalu memimpin rotasi keluar dari saham AI, masing-masing anjlok lebih dari 5% dan 2%. Saham lain seperti Microsoft juga mengalami tekanan.

Investor justru beralih ke sektor-sektor yang lebih sensitif terhadap kondisi ekonomi, seperti consumer discretionary dan industri, serta meningkatkan kepemilikan saham kesehatan.

Pergerakan tersebut terjadi setelah S&P 500 dan Nasdaq yang sarat saham teknologi menutup pekan sebelumnya di zona merah, sementara Dow Jones yang eksposurnya terhadap teknologi dan AI lebih kecil justru mencatat kenaikan yang cukup berarti. Sepanjang pekan lalu, saham Oracle anjlok 12,7%, sementara Broadcom turun lebih dari 7%. Sektor teknologi dalam indeks S&P 500 melemah 2,3%.

"Rasanya semua orang sedang membenci perdagangan saham AI saat ini. Tidak diragukan lagi," ujar David Wagner, Head of Equities di Aptus Capital Advisors, kepada CNBC.

Dia menambahkan pasar masih akan dipimpin oleh konsentrasi saham-saham besar, yakni kelompok Magnificent Seven, karena satu faktor utama yaitu operating leverage yang dimiliki perusahaan-perusahaan tersebut.

"Selama masih ada pertumbuhan pendapatan, perusahaan-perusahaan ini akan terus memperluas margin mereka dan akan menjadi penerima manfaat dari imbal hasil yang kuat tahun depan," tambahnya.

 

Dalam jangka pendek, Wagner tidak terlalu khawatir terhadap kinerja pasar secara keseluruhan. Ia menilai koreksi harga merupakan hal yang "sehat" dan "normal". Meski sebagian dari reli akhir tahun (Santa Claus rally) kemungkinan sudah terjadi, ia memperkirakan masih ada "ruang kenaikan" ke depan.

"Untuk mengubah arah pasar, fundamentalnya harus berubah, dan saya tidak melihat itu terjadi dalam waktu dekat," katanya.

Data ekonomi diperkirakan akan menjadi penentu arah pasar pekan ini. Data non-farm payrolls November dijadwalkan rilis pada Selasa, bersamaan dengan data penjualan ritel Oktober. Kedua laporan ini sempat tertunda akibat penutupan pemerintahan AS pada musim gugur lalu.

Ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan data nonfarm payrolls November akan menunjukkan penambahan 50.000 lapangan kerja, turun tajam dibandingkan 119.000 pekerjaan yang tercipta pada September.

Sementara itu, indeks harga konsumen (CPI) November dijadwalkan rilis pada Kamis akhir pekan ini.

(gls/gls)


Most Popular
Features