PER Selangit! 7 Saham Ini Sudah Kemahalan?

Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
02 October 2025 11:10
Ilustrasi IHSG
Foto: Pexels/Anna Nekrashevich

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal Indonesia menunjukkan gairahnya kembali sepanjang September 2025.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan kinerja positif, ditopang oleh sentimen meredanya inflasi dan sinyal kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari Bank Indonesia serta Menteri Keuangan yang baru.

Namun, di balik penguatan pasar secara umum, ada satu fenomena yang terus menjadi sorotan dan perdebatan di kalangan investor: eksistensi saham-saham dengan valuasi Price-to-Earnings Ratio (PER) yang sangat tinggi.

Laporan Kinerja Pasar September 2025

IHSG berhasil ditutup menguat sekitar 2,94% sepanjang September, menandai bulan yang positif bagi investor.

Penguatan ini terutama didorong oleh sektor keuangan dan rokok. Sektor keuangan merespons positif sinyal pelonggaran suku bunga, sementara sektor industri rokok mendapat angin segar dari dipastikannya nilai bea cukai rokok tidak mengalami peningkatan pada 2026 mendatang.

Di sisi lain, sektor teknologi menunjukkan kinerja yang beragam, sementara sektor komoditas, terutama energi, cenderung bergerak volatil mengikuti pergerakan harga global. Secara keseluruhan, sentimen pasar di bulan September cenderung optimistis.

Berikut kinerja beberapa saham dalam rentan waktu waktu enam bulan yang memiliki tingkat PE Ratio tertinggi selama bulan September 2025 berdasarkan dari daftar saham yang dikategorikan masuk ke dalam saham LQ45 . Mereka adalah:

1. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)
2. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
3. PT Bank Jago Tbk (ARTO)
4.PT XL Axiata Tbk (EXCL)
5. PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
5. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)
6. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
7. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)

Fenomena Saham 'Mahal': Ketika Valuasi Melambung Tinggi

Di tengah pasar yang bergairah, sejumlah saham terus diperdagangkan pada valuasi PER yang melampaui rata-rata industri, bahkan seringkali hingga lebih dari 1.000x.

Saham-saham ini umumnya berasal dari sektor dengan narasi pertumbuhan yang kuat, seperti data center, bank digital, energi, dan beberapa emiten di sektor konsumer premium.

Bagi investor tradisional, valuasi setinggi ini seringkali dianggap tidak masuk akal dan berisiko tinggi. Namun, bagi para growth investor, PER yang tinggi bukanlah sebuah "lampu merah", melainkan cerminan dari ekspektasi pasar terhadap potensi pertumbuhan laba di masa depan.

Di tengah kondisi pasar yang dinamis, investor dituntut untuk selektif dalam memilih emiten.

Analisis kali ini akan membedah tiga perusahaan dari sektor yang berbeda namun sama-sama menarik perhatian. Di antaranya PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dari sektor media, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dari sektor pertambangan, dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) dari sektor bank digital.

PT Surya Citra Media Tbk (SCMA): Menanti Titik Balik di Industri Media

SCMA, sebagai salah satu grup media terkemuka di Indonesia dengan stasiun TV SCTV dan Indosiar serta platform Vidio, sedang berada dalam fase transisi yang menantang.

1. Analisis Fundamental & Kinerja Terkini

Kinerja keuangan SCMA dalam beberapa kuartal terakhir menunjukkan adanya tekanan, terutama dari segmen periklanan TV konvensional.

Laporan keuangan semester I-2025 mencatatkan pendapatan sebesar Rp3,32 triliun dengan laba bersih Rp320,72 miliar, angka yang menunjukkan penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Penurunan ini disebabkan oleh pergeseran belanja iklan dari TV ke platform digital. Namun, titik terang datang dari platform Over-the-Top (OTT) Vidio, yang terus menunjukkan pertumbuhan pelanggan dan pendapatan yang kuat.

2.Valuasi & Prospek Investasi

Berdasarkan data Q2, valuasi saham SCMA telah melonjak ke level premium, diperdagangkan dengan Price-to-Earnings (PER) 42,41x dan Price-to-Book Value (PBV) 3,74x.

Angka ini menunjukkan pergeseran sentimen pasar yang signifikan. Investor kini tidak lagi melihat SCMA sebagai perusahaan media konvensional yang tertekan, melainkan sebagai saham pertumbuhan (growth stock) yang prospeknya sangat bertumpu pada keberhasilan platform digitalnya, Vidio.com.

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN): Raksasa Tambang di Atas Gelombang Komoditas

Sebagai salah satu emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa, kinerja AMMN sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas global, terutama tembaga dan emas.

1.Analisis Fundamental & Kinerja Terkin

AMMN mencatat kerugian di semester I-2025 walaupun didukung oleh harga tembaga dan emas yang bertahan di level tinggi.

PBV Amman juga berada pada titik 6,49x yang dinilai sudah cukup tinggi. Perseroan juga melaporkan rugi bersih sebesar US$146,42 juta dari pendapatan US$ 182,60 juta. Dengan ini, perusahaan secara strategis terus melakukan efisiensi biaya produksi.

2. Valuasi & Prospek Investasi

Valuasi saham AMMN cenderung terlalu premium karena kerugian yang dialami dan ketika terakhir mencatatkan keuntungan AMMN berada pada PER 60,52x pada akhir tahun 2024.

Meskipun mengalami kerugian, Amman mencerminkan skala operasinya yang masif dan statusnya sebagai produsen komoditas krusial untuk transisi energi (tembaga).

Prospek jangka panjang sangat positif dan bertumpu pada proyek ekspansi Fase 8 dan pembangunan smelter tembaga di Sumbawa Barat yang akan meningkatkan nilai tambah produknya secara signifikan. Risiko utama bagi investor adalah volatilitas harga komoditas yang terjadi di pasar global.

PT Bank Jago Tbk (ARTO): Akselerasi Pertumbuhan di Ekosistem Digital

ARTO, sebagai salah satu pionir bank digital di Indonesia, memiliki model bisnis yang unik karena terintegrasi erat dengan ekosistem GoTo.

1. Analisis Fundamental & Kinerja Terkini

Bank Jago menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang kuat pada H1 2025. Pertumbuhan aset mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, mencapai 13,6% secara YoY, ke angka Rp32,43 triliun.

Pertumbuhan ini berhasil menjaga Net Interest Margin (NIM) di level yang sangat sehat. Bank juga berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp127,07 miliar pada periode ini, menunjukkan model bisnisnya mulai mencapai skala yang profitabel.

2. Valuasi & Prospek Investasi

Valuasi saham ARTO, yang diukur dengan PBV, masih tergolong premium dibandingkan bank konvensional yaitu sebesar 3,37x, namun sudah lebih rasional dibandingkan masa puncaknya, walaupun PER ARTO masih duduk tinggi di angka 123,36x.

Prospek ARTO sangat bergantung pada kemampuannya untuk terus berekspansi di dalam ekosistem GoTo Financial. Potensi pertumbuhan datang dari akuisisi jutaan pengguna baru dan penyaluran kredit produktif seperti GoPayLater di dalam ekosistem tersebut. Risiko utamanya adalah persaingan di sektor bank digital yang semakin ketat.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation